8/13/2019

Kisah ABU MUHARIB AL-MUHAJIR (Jihadi Jhon)


Among the Believers Are Men :
ABU MUHARIB AL-MUHAJIR

Abu Muhārib al-Muhājir, mujāhid yang menjadi berita utama di Jazirah seluruh dunia sebagai "Jihadi John," berasal dari timur laut Arab, sementara ibunya dari Yaman. Pada usia muda, saudara yang mulia ini pergi bersama keluarganya ke London. Tempat itulah yang semakin ia benci bersama kekafiran masyarakatnya, yang adat mereka sangat jauh dari nilai-nilai mulia yang ia biasa dengannya. Semata-mata karena kasih sayang dan rahmat Allah Abu Muhārib mencapai 'aqidah yang selamat dan manhaj yang benar meskipun berada di salah satu pusat kekufuran dan semakin bertambahnya penyeru ke pintu Jahannam.

Sekitar waktu serangan diberkahi yang mengguncang London dan sistem transportasinya di tahun "2005," dan ketika jihād di Irak berada di puncaknya, dengan deklarasi Daulah Islam Irak pada tahun berikutnya, Abu Muhārib mulai menapaki jalan hijrah dan jihād. Hari-harinya sibuk dengan pekerjaan yang berhubungan dengan jihād bersama dengan saudara-saudara seakidahnya, termasuk Bilāl al-Barjāwi dan Muhammad Saqr (semoga Allah menerima mereka), keduanya kemudian tebunuh secara terpisah oleh serangan drone di Somalia pada awal 1433 H [1]. Semua ini disadari oleh M15 (intelijen Inggris), yang dengan penuh semangat mulai menargetkan Abu Muhārib dan orang-orang bersamanya. Jadi mulailah operasi penyadapan, pengintaian, penggerebekan, penangkapan, dan daftar cekal naik pesawat, termasuk pencegahan dari segala bentuk perjalanan ke luar negeri.

[1] Catatan editor: Hal itu terjadi sebelum Harakat ash-Shabāb bergabung dalam perang terhadap Khilāfah di bawah kepemimpinan Akhtar Mansour, agen dari intelijen murtad Pakistan.

Meskipun M15 terus berupaya, Abu Muhārib tidak pernah berhenti berusaha berhijrah di jalan Allah. Dalam usaha terakhir untuk meninggalkan Inggris menuju negara asalnya Kuwait, Abu Muhārib dihentikan di bandara dan terus diinterogasi oleh M15, hasilnya adalah ia dilarang melakukan perjalanan. Selama interogasi, Abu Muhārib berpura-pura seperti orang bodoh, sebagaimana metodenya ketika berhadapan dengan badan intelijen. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Perang adalah tipu daya" [HR. al-Bukhāri dan Muslim].

Salah satu agen berkata kepadanya, "Kamu tidak akan bisa ke mana-mana. Kami akan mengikutimu seperti bayang-bayang." Akhirnya ejekan itu kembali padanya, karena hanya berselang berapa hari kemudian Allah membuka jalan bagi Abu Muhārib untuk berhijrah ke Syām. Tepat di bawah hidung badan intelijen Inggris M15, Abu Muhārib bersama sahabatnya dalam hijrah secara hati-hati dan rahasia mengurus keberangkatan mereka, memanfaatkan setiap sarana yang mereka miliki. Bertawakal hanya kepada Allah, Abu Muhārib dan rekannya memulai perjalanan yang panjang dan berat selama sekitar dua bulan dan melalui pegunungan di Eropa dan lahan pertanian yang berawa, menyelinap perbatasan negara, dan ditahan oleh pihak berwenang di berbagai negara setidaknya dua kali. Perjalanan yang membutuhkan kesabaran dan kehati-hatian tingkat tinggi, dua hal yang Abu Muhārib terkenal dengannya.

Melalui ketekunan dan kegigihan mereka, Allah karuniai mereka keselamatan hingga sampai ke Syām di akhir tahun "2012." Setelah tiba, Abu Muhārib tidak membuang waktu dan segera berpegang kepada Jamā'ah, bergabung dengan Daulah Islam sewaktu beroperasi dengan nama "Jabhat an-Nusrah," sebelum pengkhianatan al-Jaulāni. Dia tidak tertipu oleh ratusan kelompok, atau banyaknya bendera mereka yang memuat nama-nama dan logo-logo kemunafikan. Dengan sifat visioner dan ketegasan seperi inilah Allah memberikan Abu Muhārib ketabahan di banyak cobaan yang ditemui Daulah Islam, termasuk pengkhianatan al-Jaulāni dan pembatalan bai'atnya untuk Amirul-Mu'minin Abu Bakr al-Baghdādi (hafidzahullāh). Abu Muhārib merupakan salah satu yang pertama menyatakan pengingkarannya terhadap al-Jaulāni dan mengatakan tentangnya, "Dia hanya akan menjadi Syaikh Sharif berikutnya," merujuk kepada mantan kepala Persatuan Pengadilan Islam Somalia – Syaikh Syarif Ahmed - yang melakukan kemurtadan terang-terangan dengan masuk ke dalam parlemen syirik dan mendukung Amerika Serikat dan negara-negara salib Afrika dalam memerangi Islam dan kaum muslimin.

Ketulusan, ambisi, dan antusiasme untuk bekerja dan meletihkan dirinya untuk Allah menyebabkan Abu Muhārib menonjol dan semakin dicintai dan dihormati banyak orang. Dia ikut dalam penaklukan bandara Taftanāz dekat Idlib dan basis Divisi 17 dekat ar-Raqqah. Dia juga ikut dalam operasi di Salqin dekat Idlib - di mana Abu Mu'āwiyah al-Misri syahid – serta dalam banyak medan tempur lainnya. Dia juga ikut dalam memerangi sahwāt di Syām dan terluka dalam minggu pertama Sahwah, mendapat luka tembak di punggung saat pertempuran merebut kembali Huraytān.

Sikap kerasnya kepada orang-orang kafir telah diwujudkan dalam bentuk perbuatan yang membuat marah semua bangsa, agama, dan kelompok kufur, seluruh dunia menjadi saksi atas hal ini. {Itu karena mereka  tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan itu amal saleh} [at-Taubah: 120].

Sisi lain Abu Muhārib yang tidak diketahui kecuali oleh mereka yang mengenalnya adalah, rasa kasih sayang, kebaikan, dan kemurahan hati terhadap orang mukmin, kecemburuannya untuk Islam dan kaum muslimin, dan kasih sayangnya terhadap anak yatim. Di antara perbuatan yang membuktikan kebaikan dan kemurahan hatinya adalah setelah ia diberi hadiah sabiyyah (hamba sahaya) sebagai hadiah, ia tidak ragu untuk memberikannya – juga sebagai hadiah - kepada ikhwah mushāb (terluka) yang belum menikah. Dan di antara yang membuktikan kecemburuan untuk Islam dan kaum Muslimin adalah bahwa setelah ia berdebat dengan Madkhali ("Salafi" pro-Saudi) di salah satu "masjid" di negeri kufur, orang Madkhali berkomentar mengenai pelanggaran dari Yahudi pendengki terhadap saudari-saudari kita di Palestina bahwasanya wanita itu "layak mendapatkannya." Abu Muhārib harus dicegah dari memukul si Madkhali ini oleh jamaah lain di "masjid" tersebut. Ikhwah yang menyaksikan insiden itu menuturkan," Abu Muhārib mulai menangis keras. Aku melihat dia dalam shalatnya menangis saat sujud seolah-olah ia telah kehilangan yang dicintai."

Dan di antara perbuatan yang membuktikan kasih sayang terhadap anak yatim adalah setelah kesyahidan Bilāl al-Barjāwi, Abu Muhārib sering mengunjungi anaknya, membawanya ke masājid dan menghibur dia dengan berjalan-jalan ke taman dan kebun binatang. Dia juga akan mengajarkan Qur'an untuk anak dari syuhadā' lainnya. “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir; Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” [Al-Fath: 29].

Hari Kamis, tanggal 29 Muharram 1437 H, Abu Muhārib akhirnya mendapat syahādah di jalan Allah, yang telah lama ia cari, ketika mobilnya menjadi target tembakan pesawat tak berawak di kota ar-Raqqah, menghancurkan mobilnya dan membunuhnya seketika. Semoga Allah menerima saudara kita di antara syuhadā', menyelimutinya dengan rahmat-Nya, dan memasukkannya ke firdaus yang tertinggi.


Source: DABIQ 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...