Among the
Believers Are Men :
ABU MUHARIB AL-MUHAJIR
Abu Muhārib al-Muhājir, mujāhid yang menjadi berita utama di
Jazirah seluruh dunia sebagai "Jihadi John,"
berasal dari timur laut Arab, sementara ibunya dari Yaman. Pada usia muda, saudara
yang mulia ini pergi bersama keluarganya ke London. Tempat itulah yang semakin
ia benci bersama kekafiran masyarakatnya, yang adat mereka sangat jauh dari
nilai-nilai mulia yang ia biasa dengannya. Semata-mata karena kasih sayang dan
rahmat Allah Abu Muhārib mencapai 'aqidah yang selamat dan manhaj yang benar
meskipun berada di salah satu pusat kekufuran dan semakin bertambahnya penyeru
ke pintu Jahannam.
Sekitar waktu serangan diberkahi yang mengguncang London dan
sistem transportasinya di tahun "2005," dan ketika jihād di Irak
berada di puncaknya, dengan deklarasi Daulah Islam Irak pada tahun berikutnya,
Abu Muhārib mulai menapaki jalan hijrah dan jihād. Hari-harinya sibuk dengan
pekerjaan yang berhubungan dengan jihād bersama dengan saudara-saudara seakidahnya,
termasuk Bilāl al-Barjāwi dan Muhammad Saqr (semoga Allah menerima mereka),
keduanya kemudian tebunuh secara terpisah oleh serangan drone di Somalia pada
awal 1433 H [1]. Semua ini disadari oleh M15 (intelijen
Inggris), yang dengan penuh semangat mulai menargetkan Abu Muhārib dan orang-orang
bersamanya. Jadi mulailah operasi penyadapan, pengintaian, penggerebekan,
penangkapan, dan daftar cekal naik pesawat, termasuk pencegahan dari segala
bentuk perjalanan ke luar negeri.
[1] Catatan editor: Hal itu terjadi sebelum Harakat ash-Shabāb
bergabung dalam perang terhadap Khilāfah di bawah kepemimpinan Akhtar Mansour,
agen dari intelijen murtad Pakistan.
Meskipun M15 terus berupaya, Abu Muhārib tidak pernah berhenti
berusaha berhijrah di jalan Allah. Dalam usaha terakhir untuk meninggalkan
Inggris menuju negara asalnya Kuwait, Abu Muhārib
dihentikan di bandara dan terus diinterogasi oleh M15, hasilnya adalah ia
dilarang melakukan perjalanan. Selama interogasi, Abu Muhārib berpura-pura
seperti orang bodoh, sebagaimana metodenya ketika berhadapan dengan badan intelijen.
Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, "Perang adalah tipu daya" [HR.
al-Bukhāri dan Muslim].
Salah satu agen berkata kepadanya, "Kamu tidak akan
bisa ke mana-mana. Kami akan mengikutimu seperti bayang-bayang." Akhirnya
ejekan itu kembali padanya, karena hanya berselang berapa hari kemudian Allah
membuka jalan bagi Abu Muhārib untuk berhijrah ke Syām. Tepat di bawah hidung badan intelijen Inggris M15, Abu Muhārib bersama sahabatnya dalam hijrah secara hati-hati
dan rahasia mengurus keberangkatan mereka, memanfaatkan
setiap sarana yang mereka miliki. Bertawakal hanya kepada Allah, Abu Muhārib dan rekannya memulai perjalanan yang panjang dan
berat selama sekitar dua bulan dan melalui pegunungan di Eropa dan lahan pertanian yang berawa, menyelinap perbatasan
negara, dan ditahan oleh pihak berwenang di berbagai negara setidaknya dua
kali. Perjalanan yang membutuhkan kesabaran
dan kehati-hatian tingkat tinggi, dua hal yang Abu
Muhārib terkenal dengannya.
Melalui ketekunan dan kegigihan mereka, Allah karuniai mereka
keselamatan hingga sampai ke Syām di akhir tahun "2012." Setelah tiba, Abu
Muhārib tidak membuang waktu dan segera berpegang kepada Jamā'ah, bergabung
dengan Daulah Islam sewaktu beroperasi dengan nama "Jabhat
an-Nusrah," sebelum pengkhianatan al-Jaulāni. Dia tidak tertipu oleh
ratusan kelompok, atau banyaknya bendera mereka yang memuat nama-nama dan
logo-logo kemunafikan. Dengan sifat visioner dan ketegasan seperi inilah Allah
memberikan Abu Muhārib ketabahan di banyak cobaan yang ditemui Daulah Islam, termasuk
pengkhianatan al-Jaulāni dan pembatalan bai'atnya untuk Amirul-Mu'minin Abu
Bakr al-Baghdādi (hafidzahullāh). Abu Muhārib merupakan salah satu yang pertama
menyatakan pengingkarannya terhadap al-Jaulāni dan mengatakan tentangnya,
"Dia hanya akan menjadi Syaikh Sharif berikutnya," merujuk kepada
mantan kepala Persatuan Pengadilan Islam Somalia – Syaikh Syarif Ahmed - yang
melakukan kemurtadan terang-terangan dengan masuk ke dalam parlemen syirik dan mendukung
Amerika Serikat dan negara-negara salib Afrika dalam memerangi Islam dan kaum
muslimin.
Ketulusan, ambisi, dan antusiasme untuk bekerja dan meletihkan
dirinya untuk Allah menyebabkan Abu Muhārib
menonjol dan semakin dicintai dan dihormati banyak orang. Dia ikut dalam
penaklukan bandara Taftanāz dekat Idlib dan basis Divisi 17 dekat ar-Raqqah.
Dia juga ikut dalam operasi di Salqin dekat Idlib - di mana Abu Mu'āwiyah al-Misri
syahid – serta dalam banyak medan tempur lainnya. Dia juga ikut dalam memerangi
sahwāt di Syām dan terluka dalam minggu pertama Sahwah, mendapat luka tembak di
punggung saat pertempuran merebut kembali Huraytān.
Sikap kerasnya kepada orang-orang kafir telah diwujudkan
dalam bentuk perbuatan yang membuat marah semua bangsa, agama, dan kelompok kufur,
seluruh dunia menjadi saksi atas hal ini. {Itu karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan
kelaparan di jalan Allah, dan tidak menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah
orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan
dituliskanlah bagi mereka dengan itu amal saleh} [at-Taubah: 120].
Sisi lain Abu Muhārib yang tidak diketahui kecuali oleh mereka
yang mengenalnya adalah, rasa kasih sayang, kebaikan, dan kemurahan hati
terhadap orang mukmin, kecemburuannya untuk Islam dan kaum muslimin, dan kasih
sayangnya terhadap anak yatim. Di antara perbuatan yang membuktikan kebaikan
dan kemurahan hatinya adalah setelah ia diberi hadiah sabiyyah (hamba sahaya) sebagai hadiah, ia tidak ragu untuk memberikannya – juga sebagai
hadiah - kepada ikhwah mushāb (terluka) yang belum menikah. Dan di antara yang
membuktikan kecemburuan untuk Islam dan kaum Muslimin adalah bahwa setelah ia
berdebat dengan Madkhali ("Salafi"
pro-Saudi) di salah satu
"masjid" di negeri kufur, orang Madkhali berkomentar
mengenai pelanggaran dari Yahudi pendengki terhadap saudari-saudari kita di Palestina
bahwasanya wanita itu "layak mendapatkannya." Abu Muhārib harus dicegah dari memukul si Madkhali ini oleh jamaah lain di "masjid" tersebut.
Ikhwah yang menyaksikan insiden itu menuturkan," Abu Muhārib mulai
menangis keras. Aku melihat dia dalam shalatnya menangis saat sujud seolah-olah
ia telah kehilangan yang dicintai."
Dan di antara perbuatan yang membuktikan kasih sayang terhadap
anak yatim adalah setelah kesyahidan Bilāl al-Barjāwi, Abu Muhārib sering
mengunjungi anaknya, membawanya ke masājid dan menghibur dia dengan berjalan-jalan
ke taman dan kebun binatang. Dia juga akan mengajarkan Qur'an untuk anak dari
syuhadā' lainnya. “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir; Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar” [Al-Fath: 29].
Hari Kamis, tanggal 29 Muharram 1437 H,
Abu Muhārib akhirnya mendapat syahādah di jalan Allah, yang telah lama ia cari,
ketika mobilnya menjadi target tembakan pesawat tak berawak di kota ar-Raqqah,
menghancurkan mobilnya dan membunuhnya seketika. Semoga Allah menerima saudara
kita di antara syuhadā', menyelimutinya dengan rahmat-Nya, dan memasukkannya ke
firdaus
yang tertinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar