WAHAI ORANG ORANG YANG
BERIMAN
PELIHARALAH DIRIMU DAN
KELUARGAMU DARI API NERAKA
OLEH ABU THABIT AL-HIJAZI
Tak lama sebelum berhijrah ke Syam, beberapa tahun yang
lalu di sebuah bangsa salib di mana aku dibesarkan, ibu-ku mengatakan kepadaku
bahwa dia baru saja berbicara dengan
seorang teman keluarganya yang berada di belakang rumah dan bertanya tentang kondisi
kami serta kondisi keluarga lain dari negara yang sama yang tinggal di Barat.
Dia mengatakan kepada saya bahwa kami dalam keadaan baik-baik saja - dan pada
sudut pandang dunia kami sebenarnya memang cukup baik - tapi pada kenyataannya,
sebagaimana yang ibuku katakan, “Setiap keluarga yang datang ke sini menderita sebuah
bencana atau mungkin lebih terkait dengan anak-anak mereka.” ia melanjutkan
untuk memperjelas bahwa apa yang dia maksud adalah banyaknya pemuda Muslim di
Barat yang tak terhitung jumlahnya yang terjerat ke dalam narkoba, alkohol,
gengster, pergaulan bebas, dan kejahatan lainnya serta penyakit sosial di mana hal
itu akan menjadi tangisan setiap keluarga muslim yang terhormat bila terjadi
kepada anak-anaknya.
Dan meskipun kebiasaan buruk ini sangatlah mengerikan,
tapi pada kenyataannya mereka masih banyak yang meremehkannya dengan
membandingkan dosa-dosa ini dengan kufur akbar. Ini bukanlah untuk meremehkan
perbuatan dosa, tapi hanya perspektif yang saya buat untuk memperjelas bahwa
ini ditujukan kepada umat Islam yang mempertaruhkan Seluruh akhiratnya dengan
terus hidup di bawah otoritas tentara salib yang berperang melawan Islam atau
di tanah yang diperintah oleh hukum buatan manusia dibawah pemerintahan
tawāghīt murtad.
Dalam beberapa kondisi, hanya mereka yang diberkahi saja
yang mampu untuk bertahan hidup dengan Iman yang utuh bersama dengan segunung
dosa yang harus dijawab di hari kiamat. Tetapi bahkan dalam kasus lainya,
diantara mereka yang telah membuat keputusan untuk meninggalkan tanah seperti
itu dan berhijrah ke Darul-Islām setelah Allah memberi mereka petunjuk dan
membuka mata mereka atas situasi yang berbahaya ditempat mereka berada, kadang
kala hal ini sering terlambat bagi sebagian keluarga mereka. Dalam banyak
kasus, keputusan mereka untuk menyelamatkan diri sendiri hadir setelah mereka
kehilangan anak-anak mereka, beberapa jatuh kedalam obat-obatan dan perzinaan,
dan yang lainnya jatuh kedalam kekufuran, syirik, dan bahkan ateisme. Dan semua
itu bermula di sekolah-sekolah.
Banyak dari mereka yang menyekolahkan anaknya ke sekolah orang
kafir adalah orang yang “tidak berpendidikan”[1] yang tidak dapat mengajari
anak-anak mereka sendiri, sehingga mereka bergantung pada orang lain untuk
mengajari mereka. Banyak diantara mereka yang terbentur masalah keuangan,
sehingga mereka tidak memiliki uang untuk mendatangkan guru Muslim secara
privat yang bisa mengajari anak-anak mereka tanpa menyisipi konsep yang tidak
Islami kedalam pelajaran mereka, dan dengan demikian mereka “dipaksa” untuk
mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah kufur, atau sebagaimana klaim
mereka. Dalam kasus orang-orang yang bermigrasi ke Barat, banyak yang tidak
dapat berbicara dalam bahasa asli tanah tujuan, jadi mereka menderita kerugian yang
parah ketika memantau apa yang diajarkan oleh sekolah-sekolah kepada anak-anak
mereka. Dan dari sanalah, permasalahan muncul.
[1] Ini adalah istilah yang digunakan untuk merujuk
secara eksklusif untuk “pendidikan” Sekuler. Banyak orang yang telah ditipu
untuk percaya bahwa “Pendidikan” sekuler adalah “kewajiban”, sehingga begitu
banyak dari mereka yang menganggap itu penting sebagai “hak” dari anak untuk
membuang puluhan tahun di sekolah demi mendapatkan selembar kertas yang pada
akhirnya itu mungkin tidak ada hubungannya dengan profesi di tempatnya bekerja!
Selain itu, orang bisa menghafal Qur’an dan mempelajari Sunnah kepada ustad,
tetapi jika ia -terlepas dari semua itu- tidak menyelesaikan “pendidikan”
sekulernya, ia akan dicap sebagai manusia yang “tidak berpendidikan”!
Pada saat pertama kali Anak-anak menghadiri sekolah orang
kafir, mereka langsung dikenalkan dengan konsep kufur nasionalisme, dimana mereka
diwajibkan untuk berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan, dan di tempat-tempat
seperti Amerika, bersumpah setia/membaiat beberapa simbol nasional seperti
bendera, atau membaca slogan nasionalis, atau janji kesetiaan kepada raja
taghut atau presiden, seperti halnya dengan tanah yang diperintah oleh tawāghīt
murtad nasionalis.
Intinya adalah untuk mengindoktrinasi mereka ke dalam
sistem sedini mungkin dengan menghantam kepala mereka bahwa kesetiaan mereka
yang pertama dan paling utama adalah untuk bangsa atau ras mereka, bukan kepada
orang Islam, atau agama mereka, atau bahkan kepada Allah! Dan ini berjalan
bertentangan dengan landasan fundamental Islam: wala’ dan bara’. {Sesungguhnya
penolongmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang
melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah). Dan
barang siapa menjadikan Allah, Rosul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai
penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang}
[Al-Ma’idah: 55-56].
Setelah dimulai dengan menghancurkan wala’ dan Bara’
mereka, sekolah kufur kemudian memperkenalkan anak-anak kepada Konsep “toleransi”
di usia dini. Mereka mengajari untuk mentolerir dan menghormati agama-agama
lain, padahal Allah berfirman, {Dan barang siapa mencarai agama selain islam,
dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi} [Ali
‘Imran: 85] dan {wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik
itu najis} [At Taubah: 28]. Mereka mengajari anak-anak untuk mentolerir dan
menghormati pelaku sodomi, meskipun Allah berfirman, {Dan Luth, ketika dia
berkata kepada kaumnya,” mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum
pernah dilakukan oleh seorangpun sebelum kamu?. Sunnguh, kamu telah
melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki dan bukan kepada perempuan, kamu
benar-benar kaum yang melampaui batas”} [Al-A’raf: 80-81].
Terlepas dari mengajari mereka untuk menerima segala
macam penyimpangan agama dan sosial, sekolah-sekolah kuffar juga mewajibkan anak
didiknya untuk mengambil bagian dalam berbagai festival kufur dan syirik,
termasuk Natal, Halloween, dan Paskah, atau yang lainnya. Mereka mendandaninya,
merias wajah mereka, menyanyikan lagu-lagu, menghadiri pesta-pesta, bertukar
hadiah, dan mengambil bagian dalam drama sekolah yang diadakan di berbagai
kesempatan.
Selain mengintegrasikan siswa dengan budaya yang penuh
dengan kekufuran dan syirik, mereka juga mengajarkan berbagai konsep yang secara
terang-terangan membatalkan ke-Islam-an seseorang, orang-orang kafir lalu
berusaha untuk merusak mereka dengan memasukkan konsep anti-fitrah ke dalam
kurikulum yang dapat menyebabkan mereka untuk mempertanyakan atau bahkan
meninggalkan agama mereka. Ini adalah kasus bagi mereka yang menggunakan
“prinsip-prinsip ilmiah” atau yang sering disebut “Metode ilmiah” sebagai alibi
untuk mempertanyakan keberadaan Allah, meskipun Allah memberikan manusia daya
faham akan panca indra untuk mengamati dan memikirkan tentang penciptaan
sebagai sarana untuk meningkatkan kekaguman dan rasa hormat kepada-Nya, dan
bukan bertujuan untuk menjerumuskan mereka kepada kekufuran dan atheisme.
{sesunggunnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal } [Ali ‘Imran:
190].
Ini hanyalah sebuah ilustrasi singkat dari racun yang
menanti pemuda dan anak-anak dari ummat yang dikirim ke sekolah orang-orang
kafir, baik itu di Negara tentara salib atau di Negara tawāghīt murtad. Setelah
memahami bahaya dari anak-anak Muslim di seluruh dunia yang mungkin terjadi,
seseorang hanya bisa bertanya tentang bagaimana bisa orang tua mereka rela
melemparkan mereka ke dalam api dari sistem pendidikan Kufur ini!
Memang, membesarkan anak dalam Islam dan mengajari mereka
untuk mengetahui dan mengakui kebenaran serta dapat membedakannya dengan
kesesatan adalah kepercayaan dari Allah dan beban berat yang ditempatkan di
atas pundak setiap orang tua muslim. Dan termasuk dalam hal ini, Dia harus
memberi mereka contoh yang sangat baik untuk diikuti dan memprioritaskan apa
yang harus diajarkan kepada anak-anak kita sesuai masanya.
“Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, “Wahai Anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya
Mempersekutukan
Allah adalah
benar-benar KEDZALIMAN YANG BESAR”
[Luqman:
13].
Diriwayatkan bahwa ‘Ali Ibn al-Husain Ibn’ Ali bin Abi
Thalib radhiallahuanhu (meninggal 94H) ketika mengajar anaknya, dia mengatakan,
“Katakanlah, Aku beriman kepada Allah, dan aku mengkufuri taghut” [HR Ibnu Abi
Shaybah dalam Musannaf nya di bawah bab yang berjudul “Apa yang yang diutamakan
untuk Diajarkan kepada Anak Ketika Dia Pertama kali Belajar “].
Kemudian bagaimana dengan salah seorang yang telah Allah
anugrahi dengan anak-anak, mereka bisa dengan beraninya mengabaikan dan meremehkan
kepercayaan yang telah dibebankan atasnya oleh Allah dengan mengirimkan mereka
untuk “diajari” oleh musuh-musuh Allah ?! Dan jika ada beberapa yang
berkeinginan untuk menyatakan bahwa mereka tidak punya pilihan lain karena anak
mereka akan diambil oleh otoritas kafir jika mereka menolak untuk mengirimkanya
ke sekolah, maka saya katakan kepada mereka, Anda adalah orang-orang yang rela
memilih untuk hidup seperti domba di wilayah serigala, jadi jangan menyalahkan
serigala ketika ia datang untuk menggigit mangsanya! Apa yang mendorong Anda
untuk menggiring keluarga Anda ke wilayah Tentara Salib sebagai pilihan
pertama?, dan apa yang membuat Anda dan keluarga anda untuk tetap melangsungkan
hidup diwilayah tawaghit murtad, dan menolak untuk berhijrah ke Negara Islam?
Apakah itu sebuah niat yang tulus untuk menyeru orang-orang kafir dan Murtaddin
kepada Islam -Semua aspek dalam Islam, termasuk yang tidak ditoleransi oleh
musuh-musuh Allah?- Atau itu mungkin niat yang tulus untuk melawan mereka di
tanah mereka sendiri? Atau itu hanya mimpi yang memperdayai Anda untuk mendapakan
dunia ataukah itu keengganan Anda untuk mengorbankannya demi tujuan hijrah?
Jika yang terakhir adalah jawabannya -dan mereka yang jujur _ _akan mengakui
bahwa itu adalah dosa- maka jangan berharap Allah akan memberkahi usaha Anda untuk
tinggal dengan damai di tanah kufur demi mengejar kemewahan dunia ini,
sementara anda mengabaikan perintah yang jelas dari Allah dan agama-Nya.
Sebaliknya, Anda harus takut bahwa Dia akan menghukum anda di dunia ini -
melalui anak-anak Anda, atau dengan cara lain - sebelum menghukum Anda di
akhirat jika Anda menolak untuk sungguh-sungguh bertobat sebelum terlambat.
Dalam kasus ibu saya, dia sering menyatakan bahwa dilema
yang dialaminya merupakan hukuman dari Allah, dan ia menunjukkan pengertiannya
ketika saya akan mengungkapkan rasa jijik akan ide untuk membangun sebuah
keluarga di antara orang-orang kafir atau mengirim anak saya ke sekolah kufur.
Dalam salah satu percakapan kami tentang topik ini, ia menggambarkan kondisi
salah satu dari saudara saya dan menyesalkan bahwa dia lebih baik hidup sebagai
pengemis daripada bermigrasi demi kepentingan Dunia dan risiko kehilangan
anak-anaknya dalam proses tersebut.
Bagi orang lain yang benar-benar peduli kepada putra dan
putri mereka dan belum kehilangan mereka, tetapi telah membuat kesalahan yang
sama dengan mengirimkan mereka untuk “dididik” oleh serigala dengan harapan
yang salah untuk melihat mereka berhasil, saya menawarkan Anda dengan nasehat
yang paling tulus dalam artikel ini sebelum itu sangat terlambat: {Hai
Orang-Orang Yang Beriman! Peliharalah Dirimu Dan Keluargamu Dari Api Neraka
Yang Bahan Bakarnya Adalah Manusia Dan Batu}
[At-Tahrim: 6].
Semoga Allah melindungi umat Islam dan anak-anak mereka
serta pemuda dari kerusakan yang ditimbulkan oleh tangan orang-orang kafir dan
munāfiqīn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar