8/13/2019

PELIHARALAH DIRIMU DAN KELUARGAMU DARI API NERAKA


WAHAI ORANG ORANG YANG
BERIMAN
PELIHARALAH DIRIMU DAN
KELUARGAMU DARI API NERAKA
OLEH ABU THABIT AL-HIJAZI

Tak lama sebelum berhijrah ke Syam, beberapa tahun yang lalu di sebuah bangsa salib di mana aku dibesarkan, ibu-ku mengatakan kepadaku bahwa dia baru saja berbicara  dengan seorang teman keluarganya yang berada di belakang rumah dan bertanya tentang kondisi kami serta kondisi keluarga lain dari negara yang sama yang tinggal di Barat. Dia mengatakan kepada saya bahwa kami dalam keadaan baik-baik saja - dan pada sudut pandang dunia kami sebenarnya memang cukup baik - tapi pada kenyataannya, sebagaimana yang ibuku katakan, “Setiap keluarga yang datang ke sini menderita sebuah bencana atau mungkin lebih terkait dengan anak-anak mereka.” ia melanjutkan untuk memperjelas bahwa apa yang dia maksud adalah banyaknya pemuda Muslim di Barat yang tak terhitung jumlahnya yang terjerat ke dalam narkoba, alkohol, gengster, pergaulan bebas, dan kejahatan lainnya serta penyakit sosial di mana hal itu akan menjadi tangisan setiap keluarga muslim yang terhormat bila terjadi kepada anak-anaknya.

Dan meskipun kebiasaan buruk ini sangatlah mengerikan, tapi pada kenyataannya mereka masih banyak yang meremehkannya dengan membandingkan dosa-dosa ini dengan kufur akbar. Ini bukanlah untuk meremehkan perbuatan dosa, tapi hanya perspektif yang saya buat untuk memperjelas bahwa ini ditujukan kepada umat Islam yang mempertaruhkan Seluruh akhiratnya dengan terus hidup di bawah otoritas tentara salib yang berperang melawan Islam atau di tanah yang diperintah oleh hukum buatan manusia dibawah pemerintahan tawāghīt murtad.

Dalam beberapa kondisi, hanya mereka yang diberkahi saja yang mampu untuk bertahan hidup dengan Iman yang utuh bersama dengan segunung dosa yang harus dijawab di hari kiamat. Tetapi bahkan dalam kasus lainya, diantara mereka yang telah membuat keputusan untuk meninggalkan tanah seperti itu dan berhijrah ke Darul-Islām setelah Allah memberi mereka petunjuk dan membuka mata mereka atas situasi yang berbahaya ditempat mereka berada, kadang kala hal ini sering terlambat bagi sebagian keluarga mereka. Dalam banyak kasus, keputusan mereka untuk menyelamatkan diri sendiri hadir setelah mereka kehilangan anak-anak mereka, beberapa jatuh kedalam obat-obatan dan perzinaan, dan yang lainnya jatuh kedalam kekufuran, syirik, dan bahkan ateisme. Dan semua itu bermula di sekolah-sekolah.

Banyak dari mereka yang menyekolahkan anaknya ke sekolah orang kafir adalah orang yang “tidak berpendidikan”[1] yang tidak dapat mengajari anak-anak mereka sendiri, sehingga mereka bergantung pada orang lain untuk mengajari mereka. Banyak diantara mereka yang terbentur masalah keuangan, sehingga mereka tidak memiliki uang untuk mendatangkan guru Muslim secara privat yang bisa mengajari anak-anak mereka tanpa menyisipi konsep yang tidak Islami kedalam pelajaran mereka, dan dengan demikian mereka “dipaksa” untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah kufur, atau sebagaimana klaim mereka. Dalam kasus orang-orang yang bermigrasi ke Barat, banyak yang tidak dapat berbicara dalam bahasa asli tanah tujuan, jadi mereka menderita kerugian yang parah ketika memantau apa yang diajarkan oleh sekolah-sekolah kepada anak-anak mereka. Dan dari sanalah, permasalahan muncul.


[1] Ini adalah istilah yang digunakan untuk merujuk secara eksklusif untuk “pendidikan” Sekuler. Banyak orang yang telah ditipu untuk percaya bahwa “Pendidikan” sekuler adalah “kewajiban”, sehingga begitu banyak dari mereka yang menganggap itu penting sebagai “hak” dari anak untuk membuang puluhan tahun di sekolah demi mendapatkan selembar kertas yang pada akhirnya itu mungkin tidak ada hubungannya dengan profesi di tempatnya bekerja! Selain itu, orang bisa menghafal Qur’an dan mempelajari Sunnah kepada ustad, tetapi jika ia -terlepas dari semua itu- tidak menyelesaikan “pendidikan” sekulernya, ia akan dicap sebagai manusia yang “tidak berpendidikan”!

Pada saat pertama kali Anak-anak menghadiri sekolah orang kafir, mereka langsung dikenalkan dengan konsep kufur nasionalisme, dimana mereka diwajibkan untuk berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan, dan di tempat-tempat seperti Amerika, bersumpah setia/membaiat beberapa simbol nasional seperti bendera, atau membaca slogan nasionalis, atau janji kesetiaan kepada raja taghut atau presiden, seperti halnya dengan tanah yang diperintah oleh tawāghīt murtad nasionalis.

Intinya adalah untuk mengindoktrinasi mereka ke dalam sistem sedini mungkin dengan menghantam kepala mereka bahwa kesetiaan mereka yang pertama dan paling utama adalah untuk bangsa atau ras mereka, bukan kepada orang Islam, atau agama mereka, atau bahkan kepada Allah! Dan ini berjalan bertentangan dengan landasan fundamental Islam: wala’ dan bara’. {Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, seraya tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa menjadikan Allah, Rosul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, maka sungguh, pengikut (agama) Allah itulah yang menang} [Al-Ma’idah: 55-56].

Setelah dimulai dengan menghancurkan wala’ dan Bara’ mereka, sekolah kufur kemudian memperkenalkan anak-anak kepada Konsep “toleransi” di usia dini. Mereka mengajari untuk mentolerir dan menghormati agama-agama lain, padahal Allah berfirman, {Dan barang siapa mencarai agama selain islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi} [Ali ‘Imran: 85] dan {wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis} [At Taubah: 28]. Mereka mengajari anak-anak untuk mentolerir dan menghormati pelaku sodomi, meskipun Allah berfirman, {Dan Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya,” mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun sebelum kamu?. Sunnguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki dan bukan kepada perempuan, kamu benar-benar kaum yang melampaui batas”} [Al-A’raf: 80-81].

Terlepas dari mengajari mereka untuk menerima segala macam penyimpangan agama dan sosial, sekolah-sekolah kuffar juga mewajibkan anak didiknya untuk mengambil bagian dalam berbagai festival kufur dan syirik, termasuk Natal, Halloween, dan Paskah, atau yang lainnya. Mereka mendandaninya, merias wajah mereka, menyanyikan lagu-lagu, menghadiri pesta-pesta, bertukar hadiah, dan mengambil bagian dalam drama sekolah yang diadakan di berbagai kesempatan.

Selain mengintegrasikan siswa dengan budaya yang penuh dengan kekufuran dan syirik, mereka juga mengajarkan berbagai konsep yang secara terang-terangan membatalkan ke-Islam-an seseorang, orang-orang kafir lalu berusaha untuk merusak mereka dengan memasukkan konsep anti-fitrah ke dalam kurikulum yang dapat menyebabkan mereka untuk mempertanyakan atau bahkan meninggalkan agama mereka. Ini adalah kasus bagi mereka yang menggunakan “prinsip-prinsip ilmiah” atau yang sering disebut “Metode ilmiah” sebagai alibi untuk mempertanyakan keberadaan Allah, meskipun Allah memberikan manusia daya faham akan panca indra untuk mengamati dan memikirkan tentang penciptaan sebagai sarana untuk meningkatkan kekaguman dan rasa hormat kepada-Nya, dan bukan bertujuan untuk menjerumuskan mereka kepada kekufuran dan atheisme. {sesunggunnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal } [Ali ‘Imran: 190].

Ini hanyalah sebuah ilustrasi singkat dari racun yang menanti pemuda dan anak-anak dari ummat yang dikirim ke sekolah orang-orang kafir, baik itu di Negara tentara salib atau di Negara tawāghīt murtad. Setelah memahami bahaya dari anak-anak Muslim di seluruh dunia yang mungkin terjadi, seseorang hanya bisa bertanya tentang bagaimana bisa orang tua mereka rela melemparkan mereka ke dalam api dari sistem pendidikan Kufur ini!

Memang, membesarkan anak dalam Islam dan mengajari mereka untuk mengetahui dan mengakui kebenaran serta dapat membedakannya dengan kesesatan adalah kepercayaan dari Allah dan beban berat yang ditempatkan di atas pundak setiap orang tua muslim. Dan termasuk dalam hal ini, Dia harus memberi mereka contoh yang sangat baik untuk diikuti dan memprioritaskan apa yang harus diajarkan kepada anak-anak kita sesuai masanya.

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai Anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya
Mempersekutukan Allah adalah 
benar-benar KEDZALIMAN YANG BESAR
[Luqman: 13].

Diriwayatkan bahwa ‘Ali Ibn al-Husain Ibn’ Ali bin Abi Thalib radhiallahuanhu (meninggal 94H) ketika mengajar anaknya, dia mengatakan, “Katakanlah, Aku beriman kepada Allah, dan aku mengkufuri taghut” [HR Ibnu Abi Shaybah dalam Musannaf nya di bawah bab yang berjudul “Apa yang yang diutamakan untuk Diajarkan kepada Anak Ketika Dia Pertama kali Belajar “].

Kemudian bagaimana dengan salah seorang yang telah Allah anugrahi dengan anak-anak, mereka bisa dengan beraninya mengabaikan dan meremehkan kepercayaan yang telah dibebankan atasnya oleh Allah dengan mengirimkan mereka untuk “diajari” oleh musuh-musuh Allah ?! Dan jika ada beberapa yang berkeinginan untuk menyatakan bahwa mereka tidak punya pilihan lain karena anak mereka akan diambil oleh otoritas kafir jika mereka menolak untuk mengirimkanya ke sekolah, maka saya katakan kepada mereka, Anda adalah orang-orang yang rela memilih untuk hidup seperti domba di wilayah serigala, jadi jangan menyalahkan serigala ketika ia datang untuk menggigit mangsanya! Apa yang mendorong Anda untuk menggiring keluarga Anda ke wilayah Tentara Salib sebagai pilihan pertama?, dan apa yang membuat Anda dan keluarga anda untuk tetap melangsungkan hidup diwilayah tawaghit murtad, dan menolak untuk berhijrah ke Negara Islam? Apakah itu sebuah niat yang tulus untuk menyeru orang-orang kafir dan Murtaddin kepada Islam -Semua aspek dalam Islam, termasuk yang tidak ditoleransi oleh musuh-musuh Allah?- Atau itu mungkin niat yang tulus untuk melawan mereka di tanah mereka sendiri? Atau itu hanya mimpi yang memperdayai Anda untuk mendapakan dunia ataukah itu keengganan Anda untuk mengorbankannya demi tujuan hijrah? Jika yang terakhir adalah jawabannya -dan mereka yang jujur _ _akan mengakui bahwa itu adalah dosa- maka jangan berharap Allah akan memberkahi usaha Anda untuk tinggal dengan damai di tanah kufur demi mengejar kemewahan dunia ini, sementara anda mengabaikan perintah yang jelas dari Allah dan agama-Nya. Sebaliknya, Anda harus takut bahwa Dia akan menghukum anda di dunia ini - melalui anak-anak Anda, atau dengan cara lain - sebelum menghukum Anda di akhirat jika Anda menolak untuk sungguh-sungguh bertobat sebelum terlambat.

Dalam kasus ibu saya, dia sering menyatakan bahwa dilema yang dialaminya merupakan hukuman dari Allah, dan ia menunjukkan pengertiannya ketika saya akan mengungkapkan rasa jijik akan ide untuk membangun sebuah keluarga di antara orang-orang kafir atau mengirim anak saya ke sekolah kufur. Dalam salah satu percakapan kami tentang topik ini, ia menggambarkan kondisi salah satu dari saudara saya dan menyesalkan bahwa dia lebih baik hidup sebagai pengemis daripada bermigrasi demi kepentingan Dunia dan risiko kehilangan anak-anaknya dalam proses tersebut.

Bagi orang lain yang benar-benar peduli kepada putra dan putri mereka dan belum kehilangan mereka, tetapi telah membuat kesalahan yang sama dengan mengirimkan mereka untuk “dididik” oleh serigala dengan harapan yang salah untuk melihat mereka berhasil, saya menawarkan Anda dengan nasehat yang paling tulus dalam artikel ini sebelum itu sangat terlambat: {Hai Orang-Orang Yang Beriman! Peliharalah Dirimu Dan Keluargamu Dari Api Neraka Yang Bahan Bakarnya Adalah Manusia Dan Batu} [At-Tahrim: 6].

Semoga Allah melindungi umat Islam dan anak-anak mereka serta pemuda dari kerusakan yang ditimbulkan oleh tangan orang-orang kafir dan munāfiqīn.


Source: DABIQ 12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...