7/10/2019

BERAMAI-RAMAI MEMBAIAT SYAIKH AL-BAGHDADI


Beramai-Ramai Membaiat
SYAIKH AL-BAGHDADI


                                 Judul Risalah   : Muddu Al-Ayadi li Bai’at Al-Baghdadi
                         Judul Terjemahan   : Beramai-ramai Membaiat Syaikh Al-Baghdadi
                                          Penulis   : Syaikh Turki Al-Bin’ali (Abu Sufyan As-Sulami)
                                         Penerbit   : Daulah Islam
                               Tanggal Terbit   : Dzulhijjah 1435
                                        Publikasi   : Al-Maktab Al-I’lami Wilayah Ninawa
                                   Penerjemah   : Ganna Pryadha

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha memberi nikmat dan petunjuk. Shalawat serta salam tercurahkan bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diutus kepada segenap manusia di kota-kota metropolitan maupun di pedesaan, juga kepada para kerabat keluarga, para sahabat beliau, dan siapa saja yang meniti jalan mereka dengan baik hingga Hari Kiamat kelak.

Inilah risalah singkat yang ditulis demi memotivasi kaum muslimin untuk membai’at Khalifah Ibrahim Al-Badri As-Samurra`i –semoga Allah menjaganya.

NASAB MULIA


Dia adalah seorang syaikh mujahid, ahli ibadah, zuhud, amirul mukminin, panglima segenap katibah mujahidin, Abu Bakar Al-Qurasyi Al-Husaini Al-Baghdadi yang merupakan cucu dari ‘Armusy bin Ali bin ‘Id bin Badri bin Badruddin bin Khalil bin Husain bin Abdullah bin Ibrahim Al-Awah bin Asy-Syarif Yahya ‘Izzuddin bin Asy-Syarif bin Bisyir bin Majid bin Athiyah bin Ya’la bin Duwaid bin Majid bin Abdurrahman bin Qasim bin Asy-Syarif Idris bin Ja’far Az-Zaki bin Ali Al-Hadi bin Muhammad Al-Jawwad bin Ali Ar-Ridha bin Musa Al-Kazhim bin Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fathimah binti Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ibnu Katsir berkata di dalam tafsirnya, “Kita tidak boleh mengingkari orang-orang yang mewasiatkan agar berbuat baik, menghormati, dan memuliakan Ahul Bait. Karena mereka berasal dari keturunan yang suci, berasal dari keluarga paling mulia yang pernah ada di muka bumi, dalam hal keluhuran derajat, kedudukan, dan nasab. Terlebih lagi apabila mereka adalah orang-orang yang mengikuti Sunnah Nabi yang shahih, jelas, dan terang. Hal ini sebagaimana telah dilakukan para pendahulu mereka, seperti Al-Abbas dan kedua putra-putranya, Ali dan keluarganya. Semoga Allah meridhai mereka semuanya.”

Imam Ahmad melansir sebuah riwayat di dalam Musnad-nya dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib Radhiyallahu ‘Anhu. Al-Abbas menceritakan, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apabila sebagian kaum Quraisy bertemu dengan sebagian lainnya, maka mereka akan menyambut dengan wajah berseri-seri dan sikap baik. Namun apabila mereka bertemu dengan kami, maka mereka tampil dengan roman muka yang tidak kami kenali?” Al-Abbas berkata, “Maka Rasulullah marah besar dan bersabda,

وَ اللهِ لَا يْخُلُ امرئٍ إِيمانٌ حتّى يحبكم الله ولقر ابتي

Demi Allah, tidak akan masuk keimanan ke dalam hati seseorang, sehingga dia mencintai kalian karena Allah dan keluarga kerabatku.”


PERJUANGAN MENCARI ILMU

Syaikh Abu Bakar Al-Husaini –semoga Allah selalu menjaganya—tumbuh dalam keluarga yang baik dan shalih. Beliau tumbuh dewasa berbekal semangat tinggi mencintai agama dan kebahagiaan hakiki. Sampai akhirnya melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi dalam bidang syariat Islam. Syaikh Al-Baghdadi lulus dari Universitas Islam Irak di Baghdad setelah menyelesaikan jenjang Sarjana S1 (Bachelor Degree), Magister (S2), dan Doktoral (S3). Syaikh yang memiliki wawasan sangat luas dalam bidang ilmu historiografi (sejarah/tarikh) dan genealogi (ilmu nasab) ini juga menguasai metode baca Al-Quran qira`at ‘asyrah (qiroat sepuluh). Hal ini berkat petunjuk dan kehendak baik Allah untuknya. Di dalam dua kitab Shahih disebutkan, diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Nabi Muhammad bersabda, Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkannya agama.”

Ini merupakan faktor kedua mengapa Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi dihormati orang banyak. Al-Hakim dan Ath-Thabarani meriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit, katanya:

“Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Bukan termasuk golongan umatku siapa yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menghormati orang yang lebih muda, dan mengetahui hak-hak orang alim.”

Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari Radhiyallahu Anhu, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim, memuliakan penghafal Al-Quran dengan tidak berlebihan dan tidak menyepelekannya, dan memuliakan para pemimpin yang berbuat adil.”

Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi benar-benar memiliki dua hal yang tidak dimiliki orang lain, yaitu keilmuan dan nasab yang bermuara kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi sungguh meneladani pernyataan yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab –sebagaimana dikeluarkan Imam Al-Bukhari. Umar pernah berkata, “Belajarlah, Sebelum Kalian Menjadi Pemimpin.” Tidaklah Syaikh Al-Baghdadi dipercaya menjabat kedudukannya sekarang ini, melainkan telah banyak belajar dan berilmu. Sehingga membuat Syaikh dipercaya untuk memberi pengajaran, mengimami shalat wajib, dan menyampaikan khutbah di berbagai masjid di Irak. Lalu Syaikh juga diamanahkan untuk memimpin sebagai amir di salah satu jamaah jihad di Irak, lalu menjadi anggota di Majelis Syura Mujahidin (cikal-bakal Daulah Islam), lalu menjadi amir di Al-Lajnah Al-‘Amah Al-Musyrifah (Dewan Umum Pengawasan) wilayah-wilayah kekuasaan Daulah Islam, lalu dipercaya sebagai Amir Daulah Islam Irak setelah mendapatkan baiat dari Majelis Syura dan Ahlul Halli wal Aqdi. Kemudian beberapa tahun berlalu setelah baiat tersebut, kekuasaan Daulah Islam Irak melebar ke negeri Syam, dan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi pun diamanahkan sebagai Amirul Mukminin Daulah Islam Irak dan Syam (Islamic State in Iraq and Syria).

Setelah setahun lebih, melalui tangan sang imam, Allah membuka dan membersihkan berbagai kawasan di Irak dan Syam dari kotoran orang-orang Syiah Shafawi, Syiah Nushairiyah, dan para Shahawat murtad, serta memberlakukan hukum Islam di wilayah-wilayah yang telah ditaklukkan. Akhirnya pada 1 Ramadhan 1435 H, dideklarasikanlah Khilafah Islamiyah, dan Syaikh Abu Bakar dibaiat sebagai Khalifah kaum muslimin.


AMAL JIHADNYA

Rasanya mustahil apabila Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi meraih reputasi tinggi tanpa pengorbanan tiada henti yang mendatangkan hasil manis. Dalam amal jihad, Syaikh Al-Baghdadi sudah sangat lama mengenakan pakaian tempur yang takkan pernah dilepaskan selamanya. Beliau dikenal berani menghadapi resiko dengan terjun ke berbagai neraka pertempuran, dan tidak pernah takut kepada siapapun. Syaikh Al-Baghdadi tidak pernah melonggarkan semangatnya barang sedetik pun dan pengorbanannya sungguh tiada batas! Beliau mulai melakukan perlawanan sejak tentara Amerika Serikat (AS) menginjakkan kaki di negerinya, guna mengusir musuh yang mencoba mencabik-cabik agama dan kehormatannya. syaikh Al-Baghdadi pun mendirikan Jamaah Salafiyah Jihadiyah yang telah teruji oleh musuh dengan ujian yang elok, dan sukses menerjang berbagai cobaan yang datang silih berganti.

Kemudian berkecamuklah jihad Irak. Musuh pun akhirnya semakin melemah dan semakin dekat menuju kematiannya. Tanpa menunggu lama, Ahlul Halli wal Aqdi pun membentuk Majelis Syura Mujahidin. Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi lantas bergabung ke dalamnya bersama para mujahid lainnya. Kemenangan semakin nampak jelas. Pasukan mujahidin berhasil menguasai sejumlah kota, desa, dan front pertempuran. Mereka kemudian mendeklarasikan berdirinya Daulah Islam Irak yang menerapkan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad bagi hamba-hamba Allah.

Pada fase ini, Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi benar-benar berjuang luar biasa; berpindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya, mendengarkan segudang keluhan masyarakat, duduk satu lantai dengan orang-orang yang lebih tua, anak-anak muda, para pembesar kabilah, masyarakat miskin, untuk menerapkan hukum Allah. Pada masa ini pula, Syaikh blusukan ke sejumlah kabilah, suku, jamaah jihad, bala tentara dan milisi kaum beriman. Beliau mengajak mereka untuk merapatkan barisan, mengikis perpecahan dan perbedaan, serta berdialog bersama mereka dengan penuh netralitas dan rasa keadilan. Syaikh Al-Baghdadi mengajak mereka untuk melakukan baiat secara syar’i kepada Amirul Mukminin saat itu, yaitu Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi Rahimahullahu. Banyak orang dari kalangan muda dan tua yang menyambut ajakannya saat itu.

Melihat semakin kokohnya Daulah Islam Irak mendorong banyak kubu dari kalangan orang-orang murtad, Syiah Rafidhah, dan Nasrani untuk bersatu padu. Mereka bekerja sama melancarkan serangan brutal ke arah Daulah Islam Irak yang masih seumur jagung. Sampai-sampai kaum muslimin berduka cita atas syahidnya dua petinggi, yaitu Abu Umar Al-Baghdadi dan Abu Hamzah Al-Muhajir, dalam satu pertempuran. Sepeninggal keduanya, sang imam mulia pun tampil menggantikan mereka yang telah gugur. Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani Hafizhahullahu mengisahkan, “Sesungguhnya kami, segala puji bagi Allah, tidaklah kami didera suatu serangan, melainkan membuat kami semakin kuat dan solid. Tatkala Abu Umar gugur, kami sempat mengeluh; kapan lagi kami memiliki pemimpin semisal Abu Umar? Namun nyatanya, tak lama kemudian muncullah Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi. Tahukah kalian siapa Abu Bakar Al-Baghdadi?! Jika kalian bertanya tentang sosoknya, beliau adalah seorang keturunan Al-Husain dari suku Quraisy dari keturunan Ahlul Bait yang suci. Beliau seorang alim, pengamal ilmu, ahli ibadah, dan mujahid. Pada diri beliau, saya melihat keselamatan akidah, ketabahan, tekad kuat, dan ambisi seorang Abu Mush’ab Az-Zarqawi. Ditambah kesabaran, keadilan, kedewasaan, dan kerendahan hati seorang Abu Umar Al-Baghdadi. Serta kecerdikan, kebulatan tekad, dan kesabaran seorang Abu Hamzah Al-Muhajir. Berbagai cobaan yang mendera membuatnya semakin tangguh, segudang fitnah menjadikannya semakin cemerlang. Dalam delapan tahun fase jihad bak lautan ganas, memunculkannya sebagai sosok pelaut tangguh. Sehingga Daulah Islam Irak tampil menjadi tempat berlindung banyak orang, superioritas dihormati banyak manusia. Tak berlebihan rasanya jika Syaikh Abu Bakar mendapat apresiasi yang luar biasa, berdasarkan dakwah yang telah dilakukan Amirul Mukminin, pengorbanan yang telah dilakoninya dengan harta, jiwa, dan anak-anaknya. Sungguh saya menjadi saksi untuk semuanya. Saya anggap, Allah telah memilih, menyimpan, dan menyiapkan Syaikh Abu Bakar untuk membawa kita menjalani masa-masa yang berat. Wahai putra-putra Daulah Islam, semoga saja Syaikh Abu Bakar dapat membuat kalian merasa senang dan puas!”

Pengamalan terhadap keilmuan yang dimiliki Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi menjadi faktor ketiga mengapa beliau dicintai setiap para pencari kebenaran. Mengingat keutamaan yang tiada tara, masih banyak alasan lainnya untuk mencintai dan menghormati Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi. Bagi orang yang tidak mau keutamaan-keutamaan Syaikh, orang yang mencela dan memfitnah keji beliau, maka hentikanlah sendawanya dari kami! Alih-alih menganiaya kita, tindakan pendengki itu sejatinya justru malah menganiaya dirinya sendiri.


SYUBHAT DAN BANTAHANNYA

Ada yang mengatakan, “Apakah seluruh syarat imamah al-‘uzhma (kepemimpinan tertinggi/khilafaا) sudah terpenuhi Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi?

Sesungguhnya syarat-syarat imamah al-‘uzhma adalah syarat-syarat yang telah ditetapkan para ulama Islam. Mereka berketetapan berdasarkan petunjuk-petunjuk di dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad, dan sedikitpun tidak mengacu kepada kebiasaan-kebiasaan (politik atau tata negara) yang diterapkan oleh tirani negara-negara modern atau Persatuan Bangsa-Bangsa.

Imam Badrudin bin Jamaah menerangkan tentang syarat-syarat imamah, “Kelayakan terhadap imamam mencakup 10 syarat, yaitu: imam haruslah laki-laki, merdeka, baligh, berakal, muslim, adil, berani, dari Quraisy, berilmu, kapabel untuk memikul kebijakan (policy) dan kepentingan umat. Kapan saja diselenggarakan suatu baiat terhadap untuk seseorang dengan karakter tersebut –dan tidak ada lagi imam selainnya—maka tegakkanlah pembaiatan dan imamahnya, serta patuhilah sang imam dalam perkara yang bukan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Tahrir Al-Ahkam fi Tadbir Ahli Al-Islam, Ar-Raudhah, Al-Ahkam As-Sulthaniyah, dan Ghiyats Al-Umam)

Dan Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Husaini Al-Baghdadi telah memenuhi semua persyaratan tersebut. Tidak ada satu pun syarat yang tidak terpenuhi, baik syarat-syarat wajib maupun syarat-syarat yang sunnah.

Lalu apabila ada yang mengatakan, “Apakah sah kepemimpinan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi, sedangkan semua orang belum membaiatnya?”

Tidak Disyaratkan adanya pembaiatan dari semua manusia dan seluruh ahlul halli wal aqdi. Bahkan cukup apabila hanya dibaiat oleh ahlul halli wal aqdi yang ada. Imam An-Nawawi berkata di dalam Syarh Shahih Muslim, “Adapun baiat, para ulama sepakat bahwa keabsahan baiat tidak disyaratkan adanya pembaiatan dari semua manusia dan semua ahlul halli wal aqdi. Namun cukup disyaratkan dengan adanya kesepakatan para ulama, petinggi, dan tokoh terkemuka yang ada saja.” Ini adalah pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan yang lainnya.

Imam Al-Qalqasyandi berkata di dalam Ma`tsir Al-Anafah, “Kedelapan –pendapat paling shahih dari para sahabat kami ulama madzhab Asy-Syafi’i—sesungguhnya ia (baiat) dapat terselenggara atas kehadiran siapa saja yang bisa hadir saat itu di tempat tersebut, dari kalangan ulama, petinggi, dan orang terkemuka yang memiliki sifat-sifat yang layak sebagai saksi. Bahkan seandainya hanya ada satu ahlul halli wal aqdi yang dipatuhi, maka sudah cukup.”

Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Baghdadi –semoga Allah menjaganya—telah ditahbiskan melalui pembaiatan dari ahlul halli wal aqdi yang hadir. Karena syarat pembaiatan yang meniscayakan seluruh ahlul halli wal aqdi merupakan pendapat kelompok sesat Mu’tazilah. Lalu syarat pembaiatan yang meniscayakan persetujuan seluruh manusia adalah pendapat para pengusung demokrasi. Perhatikanlah sikap yang diambil oleh pendengki khilafah; dari dua pendapat tersebut, pendapat mana yang dia ambil?! Bila dia mengatakan: Bagaimana bisa diakui imamah Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi, sedangkan sejumlah wilayah penaklukan belum mendapatkan baiat dari ahlul halli wal aqdi.

Karena wilayah-wilayah yang ditaklukkan balatentara Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi sejatinya masih berada dalam kekuasaan penguasa yang tidak berhukum dengan syariat Allah. Merampas kembali tanah yang mereka kuasai dengan penuh kekuatan (baca: jihad) merupakan puncak ajaran Islam. Bahkan seandainya Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi mengambil tanah tersebut dari para penguasa muslim yang berhukum dengan syariat Islam, maka wajib untuk mendengar dan patuh kepadanya, selama bukan memerintahkan kepada kemaksiatan dan selama tetap berhukum dengan syariat. Al-Hafizh Ibnu Hajar melansir sebuah ijma’ (konsensus) tentang hal tersebut, dia menerangkan, “Para fuqaha menyepakati kewajiban untuk mematuhi seorag penguasa (raja/sultan) yang menaklukkan suatu negeri (dengan merampas atau memberontak) dan kita wajib berjihad bersamanya. Mentaatinya lebih baik daripada memberontak kepadanya, karena mentaatinya berarti mencegah tertumpahnya darah dan lebih menentramkan masyarakat luas.”

Syaikhul Islam Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab berkata, “Para imama (ulama) dari segenap madzhab bersepakat bahwa siapa saja yang berhasil menaklukkan suatu negeri atau negeri-negeri, maka dia berhak ditetapkan sebagai imam dalam segala urusan. Karena jika tidak ada ketetapan demikian, niscaya kehidupan dunia tidak akan tegak. Karena sesungguhnya manusia sejak zaman dahulu, sebelum Imam Ahmad sampai sekarang, tidaklah mereka sepakat atas satu Imam.” (Ad-Durar As-Sunniyah fi Al-Ajwibah An-Najdiyah, 7/239)


NASIHAT PENUH KASIH

Kepada setiap mujahid yang berperang di jalan Allah, dan masih senantiasa berperang dan mengorbankan segenap jiwa dan barang berharganya demi melawan musuh yang menyerang. Kepada para petinggi jamaah jihad dan petinggi kabilah. Bukankah telah tiba masanya bagi kalian untuk saling membantu bersama saudara-saudara kalian? Agar kalian menegakkan dan mengokohkan Daulah kalian? Sesungguhnya musuh telah bersatu-padu memerangi kalian, maka bersatulah untuk memeranginya! Bala tentara musuh telah bergerak menyerang kalian, maka sergaplah konvoy pasukan mereka! Karena dengan bersatu dan bertempurnya kalian bersama Daulah Islam, akan mendatangkan kemuliaan dan tamkin (pengokohan/kekuasaan), pertolongan dan kemenangan gemilang. Namun sebelum semua hal itu, yang paling penting adalah mentaati Allah Rabb semesta alam. Wahai para pembesar dan panglima perang, wahai para pemangku kekuasaan dan komando, apabila kalian melihat diri kalian sebanding dengan Amirul Mukminin Syaikh Al-Baghdadi yang dipandang masih di bawah kalian dalam hal keutamaan dan kebaikan, maka bersikap rendah hatilah demi kebenaran, dan jangan kalian merasa tinggi (arogan) dari yang lainnya.

Maka ulurkanlah tangan beramai-ramai membaiat Al-Baghdadi. Betapa mengherankannya sebagian manusia –bukan di antara kalian—yang rela bersumpah setia (baiat) kepada para thaghut selama bertahun-tahun, namun tidak senang untuk berbaiat kepada Amirul Mukminin!

UCAPAN SELAMAT

Di penghujung penjelasan ini diucapkan selamat kepada singa-singa Dulah Islam atas kepemimpinan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi. Selamat kepada seluruh kaum muslimin atas terpilihnya khalifah mereka. Sebaik-baik Daulah, dan sebaik-baik Khalifah. Kesengsaraanlah untuk para pendengki dan pencela Daulah Islam!

Akhir seruan kami, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam untuk nabi dan rasul paling luhur.


Al-Maktab Al-I’lami Wilayah Ninawa
Dzulhijjah 1435
Kami Memohon Doa-doa Terbaik Kalian


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...