Beramai-Ramai Membaiat
SYAIKH AL-BAGHDADI
Judul
Risalah : Muddu
Al-Ayadi li Bai’at Al-Baghdadi
Judul
Terjemahan : Beramai-ramai Membaiat
Syaikh Al-Baghdadi
Penulis : Syaikh Turki Al-Bin’ali (Abu Sufyan
As-Sulami)
Penerbit : Daulah Islam
Tanggal
Terbit : Dzulhijjah 1435
Publikasi : Al-Maktab Al-I’lami Wilayah
Ninawa
Penerjemah : Ganna Pryadha
Segala puji bagi
Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha memberi nikmat dan petunjuk.
Shalawat serta salam tercurahkan bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diutus kepada segenap manusia di
kota-kota metropolitan maupun di pedesaan, juga kepada para kerabat keluarga,
para sahabat beliau, dan siapa saja yang meniti jalan mereka dengan baik hingga
Hari Kiamat kelak.
Inilah risalah singkat yang ditulis demi
memotivasi kaum muslimin untuk membai’at Khalifah Ibrahim Al-Badri As-Samurra`i
–semoga Allah menjaganya.
NASAB MULIA
Dia adalah seorang syaikh mujahid, ahli
ibadah, zuhud, amirul mukminin, panglima segenap katibah mujahidin,
Abu Bakar Al-Qurasyi Al-Husaini Al-Baghdadi yang merupakan cucu dari ‘Armusy
bin Ali bin ‘Id bin Badri bin Badruddin bin Khalil bin Husain bin Abdullah bin
Ibrahim Al-Awah bin Asy-Syarif Yahya ‘Izzuddin bin Asy-Syarif bin Bisyir bin
Majid bin Athiyah bin Ya’la bin Duwaid bin Majid bin Abdurrahman bin Qasim bin
Asy-Syarif Idris bin Ja’far Az-Zaki bin Ali Al-Hadi bin Muhammad Al-Jawwad bin
Ali Ar-Ridha bin Musa Al-Kazhim bin Ja’far Ash-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin
Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Fathimah binti
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ibnu Katsir berkata di dalam tafsirnya,
“Kita tidak boleh mengingkari orang-orang yang mewasiatkan agar berbuat baik,
menghormati, dan memuliakan Ahul Bait. Karena mereka berasal dari keturunan
yang suci, berasal dari keluarga paling mulia yang pernah ada di muka bumi,
dalam hal keluhuran derajat, kedudukan, dan nasab. Terlebih lagi apabila mereka
adalah orang-orang yang mengikuti Sunnah Nabi yang shahih, jelas, dan terang.
Hal ini sebagaimana telah dilakukan para pendahulu mereka, seperti Al-Abbas dan
kedua putra-putranya, Ali dan keluarganya. Semoga Allah meridhai mereka
semuanya.”
Imam Ahmad melansir sebuah riwayat di
dalam Musnad-nya dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib Radhiyallahu ‘Anhu. Al-Abbas menceritakan, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apabila
sebagian kaum Quraisy bertemu dengan sebagian lainnya, maka mereka akan
menyambut dengan wajah berseri-seri dan sikap baik. Namun apabila mereka
bertemu dengan kami, maka mereka tampil dengan roman muka yang tidak kami
kenali?” Al-Abbas berkata, “Maka Rasulullah marah besar dan bersabda,
وَ
اللهِ لَا يْخُلُ امرئٍ إِيمانٌ حتّى يحبكم الله ولقر ابتي
“Demi Allah, tidak akan masuk keimanan ke dalam hati
seseorang, sehingga dia mencintai kalian karena Allah dan keluarga kerabatku.”
PERJUANGAN MENCARI ILMU
Syaikh Abu Bakar Al-Husaini –semoga Allah
selalu menjaganya—tumbuh dalam keluarga yang baik dan shalih. Beliau tumbuh
dewasa berbekal semangat tinggi mencintai agama dan kebahagiaan hakiki. Sampai
akhirnya melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi dalam bidang syariat
Islam. Syaikh Al-Baghdadi lulus dari Universitas Islam Irak di Baghdad setelah
menyelesaikan jenjang Sarjana S1 (Bachelor
Degree), Magister (S2),
dan Doktoral (S3). Syaikh yang memiliki wawasan sangat luas dalam bidang ilmu
historiografi (sejarah/tarikh) dan genealogi (ilmu nasab) ini juga menguasai
metode baca Al-Quran qira`at ‘asyrah (qiroat sepuluh). Hal ini berkat petunjuk
dan kehendak baik Allah untuknya. Di dalam dua kitab Shahih disebutkan,
diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Nabi Muhammad bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka
Allah akan memahamkannya agama.”
Ini merupakan faktor kedua mengapa Syaikh
Abu Bakar Al-Baghdadi dihormati orang banyak. Al-Hakim dan Ath-Thabarani
meriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit, katanya:
“Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Bukan termasuk golongan umatku siapa yang tidak memuliakan
orang yang lebih tua, menghormati orang yang lebih muda, dan mengetahui hak-hak
orang alim.”
Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Musa
Al-Asy’ari Radhiyallahu Anhu, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah adalah
memuliakan orang yang sudah beruban lagi muslim, memuliakan penghafal Al-Quran
dengan tidak berlebihan dan tidak menyepelekannya, dan memuliakan para pemimpin
yang berbuat adil.”
Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi benar-benar
memiliki dua hal yang tidak dimiliki orang lain, yaitu keilmuan dan nasab yang
bermuara kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam.
Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi sungguh
meneladani pernyataan yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab –sebagaimana
dikeluarkan Imam Al-Bukhari. Umar pernah berkata, “Belajarlah, Sebelum
Kalian Menjadi Pemimpin.” Tidaklah Syaikh Al-Baghdadi dipercaya menjabat
kedudukannya sekarang ini, melainkan telah banyak belajar dan berilmu. Sehingga
membuat Syaikh dipercaya untuk memberi pengajaran, mengimami shalat wajib, dan
menyampaikan khutbah di berbagai masjid di Irak. Lalu Syaikh juga diamanahkan
untuk memimpin sebagai amir di salah satu jamaah jihad di Irak, lalu menjadi
anggota di Majelis Syura Mujahidin (cikal-bakal Daulah Islam), lalu menjadi
amir di Al-Lajnah Al-‘Amah Al-Musyrifah (Dewan Umum Pengawasan) wilayah-wilayah
kekuasaan Daulah Islam, lalu dipercaya sebagai Amir Daulah Islam Irak setelah
mendapatkan baiat dari Majelis Syura dan Ahlul Halli wal Aqdi. Kemudian
beberapa tahun berlalu setelah baiat tersebut, kekuasaan Daulah Islam Irak
melebar ke negeri Syam, dan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi pun diamanahkan
sebagai Amirul Mukminin Daulah Islam Irak dan Syam (Islamic State in Iraq and Syria).
Setelah setahun lebih, melalui tangan
sang imam, Allah membuka dan membersihkan berbagai kawasan di Irak dan Syam
dari kotoran orang-orang Syiah Shafawi, Syiah Nushairiyah, dan para Shahawat murtad, serta memberlakukan hukum Islam di wilayah-wilayah yang telah
ditaklukkan. Akhirnya pada 1 Ramadhan 1435 H, dideklarasikanlah Khilafah
Islamiyah, dan Syaikh Abu Bakar dibaiat sebagai Khalifah kaum muslimin.
AMAL JIHADNYA
Rasanya mustahil apabila Syaikh Abu Bakar
Al-Baghdadi meraih reputasi tinggi tanpa pengorbanan tiada henti yang
mendatangkan hasil manis. Dalam amal jihad, Syaikh Al-Baghdadi sudah sangat
lama mengenakan pakaian tempur yang takkan pernah dilepaskan selamanya. Beliau
dikenal berani menghadapi resiko dengan terjun ke berbagai neraka pertempuran,
dan tidak pernah takut kepada siapapun. Syaikh Al-Baghdadi tidak pernah
melonggarkan semangatnya barang sedetik pun dan pengorbanannya sungguh tiada
batas! Beliau mulai melakukan perlawanan sejak tentara Amerika Serikat (AS)
menginjakkan kaki di negerinya, guna mengusir musuh yang mencoba mencabik-cabik
agama dan kehormatannya. syaikh Al-Baghdadi pun mendirikan Jamaah Salafiyah Jihadiyah
yang telah teruji oleh musuh dengan ujian yang elok, dan sukses menerjang
berbagai cobaan yang datang silih berganti.
Kemudian berkecamuklah jihad Irak. Musuh
pun akhirnya semakin melemah dan semakin dekat menuju kematiannya. Tanpa
menunggu lama, Ahlul Halli wal Aqdi pun membentuk Majelis Syura Mujahidin.
Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi lantas bergabung ke dalamnya bersama para mujahid
lainnya. Kemenangan semakin nampak jelas. Pasukan mujahidin berhasil menguasai
sejumlah kota, desa, dan front pertempuran. Mereka kemudian mendeklarasikan
berdirinya Daulah Islam Irak yang menerapkan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad
bagi hamba-hamba Allah.
Pada fase ini, Syaikh Abu Bakar
Al-Baghdadi benar-benar berjuang luar biasa; berpindah dari satu wilayah ke
wilayah lainnya, mendengarkan segudang keluhan masyarakat, duduk satu lantai
dengan orang-orang yang lebih tua, anak-anak muda, para pembesar kabilah,
masyarakat miskin, untuk menerapkan hukum Allah. Pada masa ini pula, Syaikh blusukan ke sejumlah kabilah, suku, jamaah jihad, bala tentara
dan milisi kaum beriman. Beliau mengajak mereka untuk merapatkan barisan,
mengikis perpecahan dan perbedaan, serta berdialog bersama mereka dengan penuh
netralitas dan rasa keadilan. Syaikh Al-Baghdadi mengajak mereka untuk melakukan
baiat secara syar’i kepada Amirul Mukminin saat itu, yaitu Syaikh Abu Umar
Al-Baghdadi Rahimahullahu. Banyak orang dari kalangan muda dan tua
yang menyambut ajakannya saat itu.
Melihat semakin kokohnya Daulah Islam
Irak mendorong banyak kubu dari kalangan orang-orang murtad, Syiah Rafidhah,
dan Nasrani untuk bersatu padu. Mereka bekerja sama
melancarkan serangan brutal ke arah Daulah Islam Irak yang masih seumur jagung.
Sampai-sampai kaum muslimin berduka cita atas syahidnya dua petinggi, yaitu Abu
Umar Al-Baghdadi dan Abu Hamzah Al-Muhajir, dalam satu pertempuran. Sepeninggal
keduanya, sang imam mulia pun tampil menggantikan mereka yang telah gugur.
Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani Hafizhahullahu
mengisahkan,
“Sesungguhnya kami, segala puji bagi Allah, tidaklah kami didera suatu
serangan, melainkan membuat kami semakin kuat dan solid. Tatkala Abu Umar
gugur, kami sempat mengeluh; kapan lagi kami memiliki pemimpin semisal Abu
Umar? Namun nyatanya, tak lama kemudian muncullah Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi.
Tahukah kalian siapa Abu Bakar Al-Baghdadi?! Jika kalian bertanya
tentang sosoknya, beliau adalah seorang keturunan Al-Husain dari suku Quraisy
dari keturunan Ahlul Bait yang suci. Beliau seorang alim, pengamal ilmu, ahli
ibadah, dan mujahid. Pada diri beliau, saya melihat keselamatan akidah,
ketabahan, tekad kuat, dan ambisi seorang Abu Mush’ab Az-Zarqawi. Ditambah
kesabaran, keadilan, kedewasaan, dan kerendahan hati seorang Abu Umar
Al-Baghdadi. Serta kecerdikan, kebulatan tekad, dan kesabaran seorang Abu Hamzah
Al-Muhajir. Berbagai cobaan yang mendera membuatnya semakin tangguh, segudang
fitnah menjadikannya semakin cemerlang. Dalam delapan tahun fase jihad bak
lautan ganas, memunculkannya sebagai sosok pelaut tangguh. Sehingga Daulah
Islam Irak tampil menjadi tempat berlindung banyak orang, superioritas
dihormati banyak manusia. Tak berlebihan rasanya jika Syaikh Abu Bakar mendapat
apresiasi yang luar biasa, berdasarkan dakwah yang telah dilakukan Amirul
Mukminin, pengorbanan yang telah dilakoninya dengan harta, jiwa, dan
anak-anaknya. Sungguh saya menjadi saksi untuk semuanya. Saya anggap, Allah
telah memilih, menyimpan, dan menyiapkan Syaikh Abu Bakar untuk membawa kita
menjalani masa-masa yang berat. Wahai putra-putra Daulah Islam, semoga saja
Syaikh Abu Bakar dapat membuat kalian merasa senang dan puas!”
Pengamalan terhadap keilmuan yang
dimiliki Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi menjadi faktor ketiga mengapa beliau
dicintai setiap para pencari kebenaran. Mengingat keutamaan yang tiada tara,
masih banyak alasan lainnya untuk mencintai dan menghormati Syaikh Abu Bakar
Al-Baghdadi. Bagi orang yang tidak mau keutamaan-keutamaan Syaikh, orang yang mencela
dan memfitnah keji beliau, maka hentikanlah sendawanya dari kami! Alih-alih
menganiaya kita, tindakan pendengki itu sejatinya justru malah menganiaya
dirinya sendiri.
SYUBHAT DAN BANTAHANNYA
Ada yang mengatakan, “Apakah seluruh syarat
imamah al-‘uzhma (kepemimpinan
tertinggi/khilafaا)
sudah terpenuhi Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi?
Sesungguhnya syarat-syarat imamah
al-‘uzhma adalah syarat-syarat yang telah ditetapkan para ulama Islam. Mereka
berketetapan berdasarkan petunjuk-petunjuk di dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad, dan sedikitpun tidak mengacu kepada kebiasaan-kebiasaan (politik atau
tata negara) yang diterapkan oleh tirani negara-negara modern atau Persatuan
Bangsa-Bangsa.
Imam Badrudin bin Jamaah menerangkan
tentang syarat-syarat imamah, “Kelayakan terhadap imamam mencakup 10 syarat,
yaitu: imam haruslah laki-laki, merdeka, baligh, berakal, muslim, adil, berani,
dari Quraisy, berilmu, kapabel untuk memikul kebijakan (policy) dan kepentingan umat. Kapan saja diselenggarakan suatu baiat terhadap
untuk seseorang dengan karakter tersebut –dan tidak ada lagi imam
selainnya—maka tegakkanlah pembaiatan dan imamahnya, serta patuhilah sang imam
dalam perkara yang bukan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Tahrir Al-Ahkam fi Tadbir Ahli Al-Islam, Ar-Raudhah, Al-Ahkam
As-Sulthaniyah, dan Ghiyats Al-Umam)
Dan Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Husaini
Al-Baghdadi telah memenuhi semua persyaratan tersebut. Tidak ada satu pun
syarat yang tidak terpenuhi, baik syarat-syarat wajib maupun syarat-syarat yang
sunnah.
Lalu apabila ada yang mengatakan, “Apakah
sah kepemimpinan Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi, sedangkan semua orang belum
membaiatnya?”
Tidak Disyaratkan adanya pembaiatan dari semua manusia dan
seluruh ahlul halli wal aqdi. Bahkan cukup apabila hanya dibaiat oleh ahlul
halli wal aqdi yang ada. Imam An-Nawawi berkata di dalam Syarh Shahih Muslim, “Adapun baiat, para ulama sepakat bahwa keabsahan baiat tidak
disyaratkan adanya pembaiatan dari semua manusia dan semua ahlul halli wal aqdi.
Namun cukup disyaratkan dengan adanya kesepakatan para ulama, petinggi, dan
tokoh terkemuka yang ada saja.” Ini adalah pendapat Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dan yang lainnya.
Imam Al-Qalqasyandi berkata di dalam Ma`tsir Al-Anafah, “Kedelapan –pendapat paling shahih dari para sahabat kami ulama
madzhab Asy-Syafi’i—sesungguhnya ia (baiat) dapat terselenggara atas kehadiran
siapa saja yang bisa hadir saat itu di tempat tersebut, dari kalangan ulama,
petinggi, dan orang terkemuka yang memiliki sifat-sifat yang layak sebagai
saksi. Bahkan seandainya hanya ada satu ahlul halli wal aqdi yang dipatuhi,
maka sudah cukup.”
Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Baghdadi
–semoga Allah menjaganya—telah ditahbiskan melalui pembaiatan dari ahlul halli
wal aqdi yang hadir. Karena syarat pembaiatan yang meniscayakan seluruh ahlul
halli wal aqdi merupakan pendapat kelompok sesat Mu’tazilah. Lalu syarat pembaiatan
yang meniscayakan persetujuan seluruh manusia adalah
pendapat para pengusung demokrasi. Perhatikanlah sikap yang diambil oleh
pendengki khilafah; dari dua pendapat tersebut, pendapat mana yang dia ambil?!
Bila dia mengatakan: Bagaimana bisa diakui imamah Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi,
sedangkan sejumlah wilayah penaklukan belum mendapatkan baiat dari ahlul halli
wal aqdi.
Karena wilayah-wilayah yang ditaklukkan
balatentara Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi sejatinya masih berada dalam kekuasaan
penguasa yang tidak berhukum dengan syariat Allah. Merampas kembali tanah yang
mereka kuasai dengan penuh kekuatan (baca: jihad) merupakan puncak ajaran
Islam. Bahkan seandainya Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi mengambil tanah tersebut
dari para penguasa muslim yang berhukum dengan syariat Islam, maka wajib untuk
mendengar dan patuh kepadanya, selama bukan memerintahkan kepada kemaksiatan
dan selama tetap berhukum dengan syariat. Al-Hafizh Ibnu Hajar melansir sebuah ijma’ (konsensus)
tentang hal tersebut, dia menerangkan, “Para fuqaha
menyepakati
kewajiban untuk mematuhi seorag penguasa (raja/sultan) yang menaklukkan suatu
negeri (dengan merampas atau memberontak) dan kita wajib berjihad bersamanya.
Mentaatinya lebih baik daripada memberontak kepadanya, karena mentaatinya
berarti mencegah tertumpahnya darah dan lebih menentramkan masyarakat luas.”
Syaikhul Islam Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab berkata, “Para imama (ulama) dari segenap madzhab bersepakat bahwa siapa
saja yang berhasil menaklukkan suatu negeri atau negeri-negeri, maka dia berhak
ditetapkan sebagai imam dalam segala urusan. Karena jika tidak ada ketetapan
demikian, niscaya kehidupan dunia tidak akan tegak. Karena sesungguhnya manusia
sejak zaman dahulu, sebelum Imam Ahmad sampai sekarang, tidaklah mereka sepakat
atas satu Imam.” (Ad-Durar As-Sunniyah fi Al-Ajwibah
An-Najdiyah, 7/239)
NASIHAT PENUH KASIH
Kepada setiap mujahid yang berperang di
jalan Allah, dan masih senantiasa berperang dan mengorbankan segenap jiwa dan
barang berharganya demi melawan musuh yang menyerang. Kepada para petinggi
jamaah jihad dan petinggi kabilah. Bukankah telah tiba masanya bagi kalian
untuk saling membantu bersama saudara-saudara kalian? Agar kalian menegakkan
dan mengokohkan Daulah kalian? Sesungguhnya musuh telah bersatu-padu memerangi
kalian, maka bersatulah untuk memeranginya! Bala tentara musuh telah bergerak
menyerang kalian, maka sergaplah konvoy pasukan mereka! Karena dengan bersatu
dan bertempurnya kalian bersama Daulah Islam, akan mendatangkan kemuliaan dan tamkin (pengokohan/kekuasaan),
pertolongan dan kemenangan gemilang. Namun sebelum semua hal itu, yang paling
penting adalah mentaati Allah Rabb semesta alam. Wahai para pembesar dan
panglima perang, wahai para pemangku kekuasaan dan komando, apabila kalian melihat
diri kalian sebanding dengan Amirul Mukminin Syaikh Al-Baghdadi yang dipandang
masih di bawah kalian dalam hal keutamaan dan kebaikan, maka bersikap rendah
hatilah demi kebenaran, dan jangan kalian merasa tinggi (arogan) dari yang
lainnya.
Maka ulurkanlah tangan beramai-ramai
membaiat Al-Baghdadi. Betapa mengherankannya sebagian manusia –bukan di antara
kalian—yang rela bersumpah setia (baiat) kepada para thaghut selama
bertahun-tahun, namun tidak senang untuk berbaiat kepada Amirul Mukminin!
UCAPAN SELAMAT
Di penghujung penjelasan ini diucapkan
selamat kepada singa-singa Dulah Islam atas kepemimpinan Syaikh Abu Bakar
Al-Baghdadi. Selamat kepada seluruh kaum muslimin atas terpilihnya khalifah
mereka. Sebaik-baik Daulah, dan sebaik-baik Khalifah. Kesengsaraanlah untuk
para pendengki dan pencela Daulah Islam!
Akhir seruan kami, segala puji bagi Allah
Rabb semesta alam. Shalawat serta salam untuk nabi dan rasul paling luhur.
Al-Maktab Al-I’lami Wilayah Ninawa
Dzulhijjah 1435
Kami Memohon Doa-doa Terbaik Kalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar