Shahawat dan Intelijen,
Kisah yang Terulang
Dengan
bermulanya jihad di Syam, dimulailah perlombaan segenap institusi intelijen
para thaghut di areana dengan mengundang siapa saja yang mereka sanggupi
dari para komandan faksi-faksi, melalui godaan uang, bantuan, dan publisitas di
sejumlah media. Setelah menerima tawaran, para pemimpin menjadikan keputusan-keputusan
segenap faksi mereka tunduk kepada syahwat para donatur. Mereka mendapatkan
jumlah lebih banyak dari kebutuhan mereka, demi mengimplementasikan
rencana-rencana mereka, sedikit dari mereka yang bersedia membayar harga untuk
pelayanan mereka.
Ketika
itu, kebanyakan dari kaum murtad itu membantah untuk menjustifikasi hubungan
mereka dengan para intelijen thaghut. Melalui klaim bahwa mereka sejatinya
tengah memperdaya segenap institusi itu demi mendapatkan bantuan dan pendanaan.
Mereka menafikan keinginan untuk merealisasikan berbagai tuntutan para thaghut.
Dengan sumpah tegas, mereka bersumpah sesungguhnya mereka adalah mujahidin yang
jujur dan berusaha menggapai tujuan jihad mereka, yaitu
menegakkan agama
dan berhukum dengan syariat.
Tidak
butuh waktu lama sampai akhirnya mereka mulai melakukan setiap hal yang diwanti-wanti
mujahidin. Maka mulailah keluar berbagai pernyataan dari para pemimpin faksi
secara berturut-turut.
Mereka
mendeklarasikan hasrat mereka untuk mendirikan “negara sipil” dan mengokohkan
demokrasi. Kemudian tersingkaplah rahasia-rahasia pertemuan mereka di Antakiya
dan Istanbul tentang kesepakatan para yang ditandatangani para pemimpin
faksi-faksi itu untuk memerangi Daulah Islam sebagai barter atas bantuan yang
mereka dapat, segera setelah mendapatkan bantuan. Meskipun begitu, mereka _ada
hen_ berdusta dan mengklaim bahwa ini merupakan bagian dari strategi untuk
mengelabui para thaghut dan salibis. Mereka mengingkari kesungguhan mereka
untuk merealisasikan apa yang telah mereka janjikan kepada para majikan mereka.
Tidak
ragu lagi, bahwa para pemimpin faksi-faksi itu telah murtad dari agama mereka,
hanya disebabkan ucapan atau penandatanganan mereka atas kekafiran. Meskipun
mereka mengklaim bahwa mereka tidaklah mengimani perkataan mereka atau apa yang
telah mereka tanda tangani.
Para
pengikut mereka pun tidak ketinggalan mengikuti kekafiran mereka, tatkala telah
nyata tindakan para pemimpin mereka, namun mereka tetap loyal, dan menisbatkan
diri mereka kepada kelompok-kelompok murtad itu.
Namun
dari perspektif politik tema, seseorang akan tercengang bagaimana setan
dapat menghiasi amalan buruk mereka itu. Dan mereka membayangkan bahwa mereka
lebih cerdik dari segenap institusi intelijen kafir. Ketika mereka mengklaim
sukses mengelabui segenap institusi tersebut. Sehingga mereka mengambil
uang dan senjata tanpa berpikir harus merealisasikan apa yang diinginkan para
intelejen kafir itu. Mereka pura-pura lupa bahwa perangkat-perangkat intelijen
kafir itu telah bermain di medan ini selama puluhan tahun. Mereka senantiasa
memiliki tipu muslihat di dalamnya.
Sejatinya
para thaghut tidak akan memberikan sebutir peluru pun sampai mereka yakin bahwa
peluru itu tidak akan ditembakkan kecuali ke arah yang mereka kehendaki. Setiap
faksi yang telah tunduk kepada perangkat intelejen tertentu, maka pastilah ia
akan menyusupkan sejumlah besar mata-mata yang akan mengirimkan setiap
informasi detil tentang faksi tersebut kepada para donatur. Terlebih lagi di
tengah berbagai konflik kekuasaan yang terjadi di dalam tubuh setiap faksi. Dan
setiap orang yang berpengaruh berupaya menguasai jalur bantuan dengan cara
menyenangkan para donatur.
Tidak
butuh waktu lama, faksi-faksi itu akhirnya benar-benar terjerat kekuasaan para
perangkat intelijen, dan tak ubahnya carikan kertas negosiasi di tangan para
thaghut. Faksi mana pun yang berusaha menampakkan bentuk pembangkangan, maka
saat itu pula para komandannya akan dipanggil untuk bertemu majikan-majikan
mereka. Jika mereka eng gan kembali kepada kepatuhan absolut, maka akan diinformasikan
terkait kesulitan keberlangsungan pendanaan. Hal itu berarti pemutusan bantuan
dan penghentian gaji para anggotanya yang berpotensi membelot kepada
faksi-faksi lain yang masih mendapatkan bantuan. Oleh sebab itu, sang komandan
faksi akan berpikir seribu kali sebelum memutuskan untuk menentang perintah apa
pun yang datang dari para majikannya.
Demikianlah,
kita melihat faksi-faksi murtad itu mencurahkan tenaga dan pikiran untuk
memerangi Daulah Islam bertahun-tahun, dan tidak pernah membuka satu
pertempuran pun melawan rezim Nushairi. Pasalnya, bantuan finansial khusus
ditujukan untuk memerangi kaum muwahid saja, bukan kaum musyrik. Hal ini
sebagaimana terjadi kawasan pinggiran Aleppo Utara. Begitu pula , kita juga
melihat mereka menyerahkan banyak kota dan mundur dari berbagai kawasan tanpa pertempuran.
Karena para donatur mereka telah sepakat dengan Rusia dan AS terkait hal itu,
sebagaimana terjadi di Kota Aleppo, kawasan-kawasan pesisir (as-sahil), dan
pinggiran Aleppo Selatan.
Demikianlah,
kita melihat hampir di semua front tersebut dilarang membuka pertempuran apa
pun melawan rezim Nushairi, sehingga pasukannya dapat dialihkan ke front-front
pertempuran lain yang masih berkobar. Kemudian setelah bertahun-tahun, rezim Nushairi
kembali lagi ke sana untuk menerima kawasan-kawasan tersebut dari Shahawat.
Setelah rezim mengusir mereka dan keluarga, serta orang-orang yang menaruh
kepercayaan kepada mereka, ke daerah-daerah lain, setelah mereka mendapat restu
dari para donatur. Seperti yang terjadi di Ghoutah saat ini.
Sebagaimana
skenario tersebut juga diharapkan terjadi di Hawran dan Homs Utara. Sesungguhnya,
kebanyakan bencana yang terjadi di Syam disebabkan ulah para pejuang Shahawat
murtad yang menyerahkan gelanggang kepada institusi-institusi intelijen, untuk
menggerakkan moncong senjata ke dadapara muwahhid, setelah diarahkan ke arah
para pemimpin Nushairi. Kemudian senapan-senapan itu bisu total, setelah
tercapainya tujuan, lalu diserahkan militer Nushairi agar dapat digunakan untuk
menindas kaum muslimin.
Sejatinyanya,
kisah Shahawat dan lembaga-lembaga intelijen di Syam bukanlah satu-satunya
kisah. Tidak ada satu pun medan jihad, kecuali segenap lembaga intelijen kafir
pas_ bermain di dalamnya, setelah menjumpai orang yang mengambil keuntungan dengan
menjual agamanya, dan memperdagangkan para pengikutnya. Sedangkan orang yang
berbahagia adalah orang yang dapat mengambil pelajaran dari orang lain, dan
Allah tidak memberikan petunjuk bagi kaum yang kafir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar