7/19/2019

KISAH SYUHADAA


Abu Nu’man Yantari
Sekian lama berjihad di Somalia ... namun dengan licik mereka membunuhnya

Sahabat yang mulia Abdullah Ibn Salam – Radhiyallahu ‘anhu – adalah seseorang yang mempunyai kedudukan diantara para sahabatnya (orang-orang Yahudi). Ia berkata kepada Nabi, ‘alaihis sholatu wa salam ketika masuk islam: “Wahai Rasulullah sesungguhnya Yahudi itu kaum pemfit­nah, sesungguhnya mereka jika mengetahui keislamanku sebelum engkau bertanya kepada mereka, mereka akan memfitnahku”. Maka ketika orang-orang Yahudi datang, Nabi Sholallahu’alaihi wa sallam bertanya kepada mereka: “Lelaki seperti apa Abdullah bagi kalian? Mereka berkata: “Ia ada­lah sebaik-baik kami dan sebaik-baik putra kami, ia adalah tuan kami dan anak lelaki tuan kami”. Berkata Rasulullah: “Bagaimana pendapat kalian jika ‘Abdullah Ibn Salam masuk Islam? Maka mereka berkata: “Semoga Allah melindunginya dari hal itu! Maka keluarlah ‘Abdullah kemudian berkata: “Asyhadu allaa ilaa ha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah” (saya bersaksi tiada sesembahan yang berhak disembah kec­uali Allah dan Muhammad Rasulullah). Mereka berkata: “Seburuk-buruk kami dan seburuk-buruk putra kami!” Dan mereka (orang-orang Yahudi) menghinanya. Abdullah ibn Salam berkata: Inilah yang aku khawatirkan wahai Rasulullah” (HR Bukhari). 

Inilah tabiat Yahudi di setiap tempat, dan demikian juga karakter siapapun yang mengadopsi manhaj batil mere­ka; berupa menyombongkan diri dari mengikuti kebenaran dan membuat makar atas pemeluknya. Hal itu lantaran kedengkian akut dalam diri mer­eka ketika mengetahui kebenaran ada pada pihak lawannya.

 Syaikh Abu Nu’man Yantari – taqob­balahullah, dari sedikit manusia yang selalu berusaha menggali ke­benaran dan menjelajahi jalan pe­tunjuk. Ketika memperolehnya, maka tak dipedulikannya lagi kedudukannya di antara kaumnya, sekalipun mereka akan berbuat makar atasnya dan memfitnahnya. Bahkan, ia meyakini kebenaran itu dengan sepenuh hatinya, melaksanakan konsekuen­sinya, menyeru manusia pada apa yang diya­kininya itu, dan bersabar dengan gangguan yang didapatnya.
Adalah keikutsertaan beliau cukup bagus dalam meletakkan pondasi jihad di Soma­lia. Bahkan beliau termasuk para petinggin­ya yang terkemuka. Berjuang memerangi murtaddin dan salibis dan terluka beberapa kali. Tertimpa celaka, kelaparan, dipenja­ra dan diusir, semuanya fie sabilillah. Yang pada akhirnya, perjalanan emasnya ini be­rakhir terbunuh secara licik ditangan orang-orang yang dahulu menganggapnya sebagai orang terbaik mereka putra terbaik mereka. Hanya dengan kebergabungannya dalam kafilah Khilafah, beliau berubah menjadi target tikaman mereka. Mereka memfit­nahnya, mencederai kehormatannya, yang akhirnya menikamnya dari balik punggun­gnya, setelah sebelumnya beliau menolong, menaungi dan mengamankan mereka.
Syaikh Basyir Adam Feili, yang masyhur (ter­kenal) dengan panggilan Abu Nu’man Yan­tari, lahir di tahun 1390 H di desa Gaduud, distrik Saakow. Nasabnya kembali ke kabilah Yantar yang merupakan bagian dari kabilah Rahanweyn.
Beliau keluar dari kampungnya untuk menuntut ilmu ketika masih kecil. Ia mem­pelajari Al Quran di desa Hakarka di daerah administratif Bay. Kemudian pindah ke kota Baidoa untuk mendaftar di Darul Hadits, lalu bergabung di Ma’had Syar’i di Distrik Luuq dan mendapat pelatihan militer dalam kamp-kamp Al Ittihad Al Islami pada masa pemerintahan milisi Somalia. Kemudian ia pindah ke kota Saakow untuk bertugas se­bagai da’i dan pengajar ilmu-ilmu Syar’i. Tugasnya itu membuatnya berbenturan den­gan orang-orang Sufi musyrik dan pemu­ka-pemuka milisi kabilah yang menguasai kota itu. Allah menyelamatkannya dari usaha pembunuhan yang dirancang mereka, den­gan cara menembakinya ketika sedang men­yampaikan pidato di salah satu jalanan kota.

Setelah peristiwa 11 September, Syaikh langsung terjun ke medan perang. Perjalanan jihadnya ini dimulai dengan bantuannya ke­pada Syaikh Adam Hashi Ayro – taqabbal­ahullah – dalam membentuk Mu’askar Al Huda (Kamp Al Huda) di desa kelahirannya, desa Gaduud. Beliau juga ikut bertugas di kamp tersebut sebagai juru dakwah dan pela­tih rekrutmen.
Setelah itu beliau pindah ke mu’askar Kam­boni sebagai pelatih, yang semakin menam­bah pengalaman jihad dan wawasan militern­ya. Sehingga kemudian beliau ditetapkan sebagai amir dan penanggung jawab syar’i di salah satu desa Distrik Kamboni, yaitu desa Burkabo.
Bersamaan dengan dibentuknya Shahawat di Mogadishu dengan nama “Aliansi Anti Terorisme”, para mujahidin mengirimnya ke desa kelahirannya untuk kembali mem­buka Mu’askar Al Huda, yang dikemudian hari menjadi sumber logistic dan bala ban­tuan penting bagi mujahidin di Mogadishu. Kemudian beliau ikut serta bersama gerakan Ittihad al-Mahakim al-Islamiyyah (Persatuan Pengadilan Islam) dalam penaklukan kota Kismayo. Beliau terus beraktivitas bersama mereka sampai masuknya tentara Salib Ethi­opia menginvasi Somalia. Beliau ikut serta dalam pertempuran Idale yang terkenal itu dan terkena luka tembak.
Pada tahun 1427 H bersamaan dengan kem­balinya momentum perang melawan tentara Ethiopia, beliau – rahimahullah – kemba­li berpartisipasi dalam pertempuran demi pertempuran. Namun, dalam suatu operasi, salibis berhasil menangkapnya. Kemudian beliau dipindah ke salah satu penjara Addis Ababa ibukota Ethiopia dan ditahan selama dua tahun, setelah mengalami masa penah­anan selama enam bulan di salah satu penjara Mogadishu.
Bersamaan dengan kebebasannya, ketika itu Harakah Asy Syabab telah didirikan dan memulai perjuangannya melawan pasukan Aliansi Afrika (AMISOM) dan para agen murtadnya. Beliau kemudian bergabung dan bertempur bersama Harakah Asy Sy­abab. Mereka mengangkatnya menjadi wali daerah administrative Juba Bawah (Jubbada Hoose). Sekalipun demikian, beliau tidaklah lupa dengan isu-isu kaum muslimin di luar Somalia. Adalah beliau amat mendukung Daulah Islamiyah Irak, selalu menyeru un­tuk membela dan mendukungnya.
Setelah deklarasi kembalinya Khilafah, be­liau berada di antara orang-orang yang pertama kali mendukungnya dan selalu be­rusaha untuk bergabung dengannya. Dan itulah yang akhirnya dilakukannya pada bulan Muharram 1438 H. Bai’atnya kepa­da Amirul Mukminin tidak dilakukan se­cara sembunyi-sembunyi, bahkan dengan terang-terangan beliau menantang para kriminal petinggi Harokah Asy Syabab yang mengancam siapa saja yang meninggalkan detasemennya dan menggabungkan diri da­lam jama’ah kaum muslimin dan imam mer­eka.
Para criminal itu, yang berbaiat kepada antek intel Pakistan, Akhtar Manshur, yang fanatic dengan faksinya yang memecah belah kaum muslimin, tidak tinggal diam dengan aksi beliau. Apalagi mereka mengetahui kedudu­kannya di sisi masyarakat Somalia secara umum dan di sisi pejuang Harokah Asy Sy­abab secara khusus, yang mana beliau adalah seorang ‘alim mujahid yang selalu berribath, salah satu penggagas jihad di Somalia, dan pendidik bergenerasi-generasi mujahidin. Maka, merekapun merencanakan pembunuhannya. Beliau menyadari niat mereka, namun beliau tidak mempedulikannya, bahkan beliau terus menyeru para pejuang untuk bergabung dalam jama’ah kaum muslimin.
Mereka merencanakan pembunuhannya. Keislamannya yang lurus, tahun-tahun panjang jihadnya, cobaan demi cobaan yang menimpanya dalam berbagai pertempuran melawan musuh-musuh Dien, dan kesabarannya menghadapi cobaan berat di jalan Allah, sama seka­li tidak menghalangi rencana busuk itu. Pandangan mereka terhadapnya persis sebagimana pandangan Yahudi atas ‘Abdullah Ibn Salam Radhiallahu ’anhu. Maka mereka membunuhn­ya dan tidak menyembunyikan perbuatan kotor itu, bahkan mereka membanggakannya dan mengumumkannya di depan khayalak ramai, untuk menanamkan ketakutan pada diri praju­ritnya, dan memberi pelajaran kepada mereka bahwa para petinggi Harakah tidak segan-segan menumpahkan darah yang suci jika persoalannya menyangkut mashlahat sempit mereka.
Kisah pembunuhannya – taqabbalahullah – adalah contoh nyata pengkhianatan atas prajurit Daulah Islamiyyah yang telah menjadi kebanggaan Tanzhim Al Qa’idah dan sekutunya dari para shahawat.
Setelah beliau mengumumkan bai’atnya kepada Amirul Mu’minin dan menyeru orang-orang untuk bergabung dalam kafilah Khilafah yang diberkahi, petinggi Harokah Asy Syabab mengutus sekolompok mata-matanya yang mempunyai hubungan pribadi dengan beliau untuk menemuinya, dengan alasan mereka ingin membai’at Amirul Mu’minin. Maka beli­au bersedia bertemu mereka, dan mengutus sekelompok ikhwah untuk menjemput mereka. Beliau sendiri yang menanggung ongkos perjalanan mereka. Beliau lalu menyambut mereka dengan sebaik-baiknya, menyampaikan nasihat, mengingatkan mereka atas Allah, dan men­dorong mereka untuk berbaiat kepada Amirul Mukminin. Untuk menjamu mereka, beliau menyembelih seekor kambing, dan memberi makan mereka dari simpanannya sendiri. Un­tuk menjamin keamanan mereka, beliau membiarkan mereka menenteng senjata mereka. Namun, balasan yang didapatkan adalah pengkhianatan dan pembunuhan, setelah kelicikan dan penipuan.
Ketika itu Syaikh Abu Nu’man pergi bersama dua orang ikhwah untuk beristirahat. Tiga ikhwah sisanya ditugaskan untuk melayani tamu-tamunya itu. Namun para pengkhianat itu berhasil menyelinap ke kamarnya dan membunuh beliau beserta dua ikhwah itu. Mereka juga membunuh ikhwah yang melayani mereka. Tidak ada yang selamat kecuali satu ikhwah yang ketika itu sedang turun ke sumur untuk mengambil air. Para penjahat itu lalu kabur ke tuan-tuan mereka membawa kabar pembunuhan Syaikh Asy Syahid – demikianlah anggapan kami dan kami tidak menyucikan seorangpun di hadapan Allah.
Syaikh Abu Nu’man – taqabbalahullah – telah terbunuh, namun pohon Khilafah di bumi dua hijrah belumlah mati, sebagaimana yang diharapkan Yahudi jihadis, bahkan semakin tum­buh – dengan keutamaan Allah – memanjangkan dahan dan rantingnya. Para sahabat beliau, prajuritnya, dan murid-muridnya masih akan dan terus mengalir bergabung dalam kafilah Khilafah. Persatuan dan jihad mereka akan membuahkan, dengan izin Allah, kemuliaan dan tamkin.

Rabiul Akhir 1437 H,  An Nabaa’ Edisi 28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...