Sikap Murji’ah Kontemporer Terhadap
Ulil Amri
Oleh: Abu Luqman
–
Kaum Murji’ah kerap menyeru dan
melarang kaum Muslimin untuk memberontak terhadap para penguasa Muslim yang
dzalim. Mereka berdalih dengan keumuman pendapat mayoritas.
Memang,
sejarah kelam kaum Muslimin sejak dahulu banyak terjadi pemberontakan pada
penguasa Muslim yang dzalim di masanya yang mengakibatkan banyaknya korban
jiwa. Belajar dari sini, banyak pendapat yang memilih untuk bersabar dan tidak
memberontak. Hanya saja, kesabaran mereka adalah untuk menghindari kekejaman
penguasa dzalim dan sama sekali bukan bentuk pengormatan.
Namun
tidak bagi kaum Murji’ah. Mereka menahan diri seraya memberikan penghormatan
dan menerima apa saja yang menyenangkan penguasa, entah yang dilakukan para
penguasa dzalim itu melanggar syariat Allah Ta’ala atau tidak.
Diantara
perbedaan antara penguasa Muslim yang adil dan penguasa Muslim yang dzalim,
adalah membedakan kadar pemberian penghormatan dan pengagungan terhadap
masing-masing mereka, walaupun syariat telah mengharamkan untuk khuruj
(memberontak) dari kedua jenis penguasa ini.
Dari
sudut pandang inilah, kaum Murji’ah kontemporer banyak yang tergelincir,
sehingga merekapun menyandarkan pada Salaf bahwa mereka menyamakan penghormatan
dan pengagungan terhadap mereka (penguasa adil dan penguasa dzalim), tentunya
dengan berdalil dengan hujjah-hujjah tersebut (larangan khuruj).
Padahal,
pemahaman yang benar adalah, bahwa alasan larangan khuruj atau memberontak
terhadap penguasa dzalim itu demi untuk melindungi umat ini agar kedzalimannya tidak
bertambah atau melindungi mereka dari kedzalimannya, dan sama sekali bukan
karena untuk menghormati dan mengagungkannya.
Adapun
kaum Murji’ah kontemporer, maka mereka menyeru agar tidak memberontak kepada
penguasa sembari memberikan pujian, penghormatan dan pengagungan terhadap para
penguasa dzalim, padahal para Salaf kita menyeru agar tidak memberontak dengan
alasan dari sudut pandang keadilan, dan pertimbangan antara maslahat dan
mafsadat. (Al-Khurasaainyah Fi Syarhi ‘Aqiidah Ar-Raaziyain, 468)
Lalu
bagaimana jika penguasa tersebut Murtad?
Namun
begitulah bagi kaum Murji’ah, mereka selalu menempatkan dalil bukan pada
tempatnya, dan realita bukan pada realitanya.
Seluruh
dalil-dalil yang menyeru taat pada penguasa diambil sebagian, namun ditempatkan
bukan pada tempatnya, entah mau penguasanya sekuler, nasionalis, kejawen dan
Syiah. Entah itu penguasanya menjadikan aturan dan hukum buatan dari manusia,
mereka tetap menyandarkannya pada dalil-dalil taat pada penguasa sekalipun
sifat-sifat ulil amri itu tidak ada padanya atau sudah batal dengan perkara kekufuran.
Begitulah
bagi kaum Murji’ah, tidak ada kamus Kafir bagi mereka.
Pembatal
Islam hanya dipelajari tapi tidak dipraktekkan.
Pembahasan
Murtad hanya dihafalkan tapi tidak diamalkan, padahal disekelilingnya
sifat-sifat itu sudah ada, dan bukan satu atau dua saja, bahkan lebih dari itu
dari berbagai pintu-pintu riddah yang banyak diamalkan manusia dan
khususnya para penguasa pada hari ini.
Lalu
bagaimana jika penguasa tersebut Murtad ?
Berikut
ini ada kutipan bagus.
Perihal
penguasa, jika mereka Muslim tapi dzalim, Ahlul Sunnah mempunyai dua (2)
pendapat,
yang
Pertama adalah mereka boleh memberontak
terhadapnya dan inilah yang terjadi di awal generasi. Revolusi al-Hussain
terhadap Yazid, Abdullah ibn az-Zubair terhadap Marwan, Abdul Rahman ibn
al-Ash’ath terhadap Abdul Malik, Muhammad al-Nafs al-Zakiyyah dan Zaid bin Ali
terhadap Abbasiyyah.
Yang
Kedua, kita tidak boleh memberontak terhadap penguasa Muslim
meski ia dzalim, dan inilah pandangan mayoritas.
Para
ulama klasik kita mengambil kesimpulan ini setelah mempelajari sejarah awal
Islam. Menurut mereka, pemberontakan terhadap penguasa Muslim yang dzalim
menimbulkan mafsadah yang lebih besar daripada penindasan penguasa.
Namun,
inti dari perkara ini adalah, jika seorang penguasa tersebut melakukan perkara
kufur, maka menjadi kewajiban untuk menggulingkannya. Inilah perkara yang telah
menjadi ijma’ diantara ulama Salaf Ahlu Sunnah. (Imam Anwar Awlaki rahimahullah).
source: [Edt; Abd/RMC] (Mata-Media.Com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar