7/06/2019

MANFAATKAN WAKTU LUANGMU SEBELUM DATANG WAKTU SIBUKMU


MANFAATKAN WAKTU LUANGMU
S E B E L U M
DATANG WAKTU SIBUKMU

Waktu luang adalah kenikmatan yang memperdaya kebanyakan pemiliknya. Orang-orang yang telah Allah cukupkan kebutuhan hidup dan usaha mendapatkan rezeki, akan tetapi mereka tidak memanfaatkannya dan tidak pula menggunakannya, dan bahkan malah menyia-nyiakannya untuk hal sia-sia dan senda gurau. Hingga ketika kematian menjemput mereka, mereka dalam keadaan bermain-main dan melalaikan apa yang diinginkan Allah dari mereka. Mereka hidup dalam gelimang karunia yang kelak akan ditanya tentangnya. Allah Ta’ala berfirman tentangnya, “Kemudian kalian akan ditanya pada hari itu tentang nikmat-nikmat tersebut.” (At-Takatsur: 8).

Ya, mereka akan ditanya mengenainya. Karena Allah Ta’ala tidaklah menciptakan makhluk untuk bersenang-senang dengan kenikmatan fana, melainkan Dia menciptakan mereka untuk beribadah kepada-Nya, Dialah Maha Kaya tidak membutuhkan makhluk-makhlukNya dan tidak memerlukan ibadah mereka. Dan atas karunia dan rahmat-Nya, Allah menyiapkan bagi hamba-hamba yang taat sesuatu yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas di hati manusia. Dia akan membalasnya dengan kenikmatan kekal sebagai balasan atas pemanfaatan waktu kosong dengan melakukan ketaatan kepada-Nya. Sebaik-baik kompensasi adalah Jannah tempat kembali.

Adapun bagi siapa yang berpaling dari akhirat dan condong kepada dunia fana dan kehidupan yang binasa ini, maka keadaannya setelah dibangkitkan dari kematian nanti sebagaimana yang dikabarkan Allah subhanahu wa ta’ala: “Ya Rabbku, kembalikan aku ke dunia, agar aku dapat berbuat kebaikan yang telah ku tinggalkan.” (Al-Mukminun: 99-100).

Apakah manusia mau mengambil pelajaran, lalu menyibukkan dirinya Dalam ketaatan kepada Allah dan mengharap ridha-Nya selama ruh masih menyatu bersama raga? Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Ya Allah tiada kehidupan (hakiki) melainkan kehidupan akhirat, maka ampunilah dosa-dosa Muhajirin dan Anshar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Perhatikanlah sabda beliau shallallahu ‘alihi wasallam yang menegasikan bahwa nikmat dunia adalah kehidupan hakiki sampai meniscayakan kerja keras untuk mendapatkannya. Pasalnya, kehidupan hakiki adalah kehidupan akhirat di surga-Nya yang mulia.

Alangkah Baiknya Kiranya Dulu Aku Mengerjakan
Kebaikan untuk Hidupku Ini

Begitu banyak manusia yang menyia-nyiakan barometer antara amalan-amalan dunia dan amalan-amalan akhirat, juga mereka tidak dapat menyelaraskan keduanya. Kebanyakan dari mereka bersemangat mengumpulkan harta kekayaan dan berlebih-lebihan dalam perkara-perkara yang permisif. Engkau menyaksikannya kaya-raya dan berkecukupan dalam hidup, namun miskin amalan-amalan guna memenangkan jannah Allah dan keridhaan-Nya. Allah memberikan nikmat waktu luang kepadanya, namun dia malah menyibukkan diri dengan dunia. Padahal dia tak butuh semua itu, dan sungguh dia orang yang tertipu.

Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)

Wahai pemilik kekayaan dan waktu luang, namun lalai karena dunianya, sesungguhnya engkau adalah termasuk orang yang terhalang kebaikan. Karena sejatinya engkau tidak menghargai nilai dari waktu-waktu yang telah berlalu dari umurmu, sebagaimana disadari para pemilik tekad tinggi yang mana mereka tidak mendapati waktu kosong untuk menyempurnakan amalan-amalan dan jihad mereka. Wahai pemilik waktu luang yang akan menapaki perkara agung yang telah lenyap darimu dan engkau melalaikannya, waktu saat engkau mengatakan, “Alangkah baiknya jika dulu aku mengerjakan kebaikan untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 25).

Imam Ath-Thabariy rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala berfirman menginformasikan tentang penyesalan anak-cucu Adam di Hari Kiamat kelak, berupa rasa penyesalan karena mengabaikan amalan-amalan salih di dunia yang mewariskan jaminan keabadian hidup dalam nikmat tak terputus. Alangkah baiknya jika dulu aku mengerjakan amalan kebaikan untuk hidupku di dunia untuk bekalku di kehidupan sekarang ini (akhirat) yang tak ada lagi kematian setelah ini, yang menyelamatkanku dari kemurkaan Allah dan memperoleh keridhaan-Nya.” (Jami’ Al-Bayan)

Ya, ada di antara manusia yang dianugerahi Allah kenikmatan dan dicukupkannya segala kebutuhan hidupnya, namun dia tidak peduli ketika dirinya tersesat dan melalaikan perintah-perintah Rabbnya. Alih-alih memanfaatkan waktu luangnya untuk mempelajari agamanya dan mencari tahu apa yang diinginkan Allah darinya, dia jutsru malah menyibukkan diri dalam hal-hal haram atau terlalu banyak bergumul dalam hal-hal permisif. Wahai orang yang tersesat lagi lalai, persiapkanlah banyak jawaban untuk menjawab banyak pertanyaan. Karena sesungguhnya engkau –demi Allah— tidaklah engkau diciptakan untuk hal sia-sia dan engkau tidak akan dibiarkan begitu saja. Engkau akan ditanya tentang waktu luangmu; untuk apa engkau menghabiskannya.

Tatkala Satu Hari Terlewati, Maka Hilang Pula Sebagian Dirimu

Ada orang yang sudah mencapai umur senja, punggungnya telah membungkuk, dia memiliki sesuatu yang dapat menopang urusan dunianya baik berupa harta maupun anak. Bersamaan dengan kenikmatan-kenikmatan tersebut, Allah juga telah menganugerahkan kenikmatan waktu luang kepadanya, akan tetapi dia tidak tahu bagaimana memanfaatkannya. Kepada orang yang memiliki keadaan seperti itu, maka renungkanlah dengan seksama tahun-tahun yang telah engkau lalui, namun ternyata engkau tidak punya bagian keberuntungan di akhirat kelak. Pikirkanlah betapa dekatnya dirimu dengan pertemuan Rabb-mu? Bukankah telah tiba saatnya untuk dirimu mengobarkan semangat anak-anakmu dan cucu-cucumu untuk mengorbankan diri demi agama Allah dan menolongnya? Bukankan telah tiba waktunya untuk dirimu melewatkan waktu luangmu dengan berkhalwat bersama Allah; berdoa untuk dirimu, untuk kaum muslimin yang tertindas, dan untuk mujahidin hamba Allah? bukankah telah tiba waktunya untuk engkau berkontemplasi menuju Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan segala bentuk pendekatan diri?

Tatkala menjelang usia senja, kebanyakan manusia malah durhaka. Engkau menyaksikan mereka hidup menggunakan nalar para pemuda tersesat yang tidak pernah berpikir mengenai kematian, mengenai waktu menjawab pertanyaan kelak dan hari perhitungan. Dan hal demikian –demi Allah- adalah bentuk dari panjang angan-angan dan kebinasaan itu sendiri. Di mana engkau memposisikan dirimu dari firman Allah Ta’ala:

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak kamu hindari.” (Qaf: 19)

Imam Al-Baghawi berkata, “Dan datanglah sakaratul maut’: kesengsaraan dan kepedihannya menggerus manusia dan mengalahkan akalnya. ‘Dengan sebenar-benarnya’: yaitu hakikat kematian. Disebutkan: dengan sebenar-benarnya dari perkara akhirat sampai menjadi jelaslah bagi manusia dan dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Dan disebutkan: yang mengubah urusan manusia berupa kebahagiaan dan kesengsaraan. Dan dikatakan juga: bagi orang yang dijemput sakaratul maut. ‘Itulah yang dahulu hendak kamu hindari’ artinya engkau berpaling. Al-Hasan berkata, ‘Artinya adalah engkau melarikan diri.’ Ibnu Abbas berkata, ‘Engkau membencinya.’” (Ma’alim At-Tanzil Fi Tafsir Al-Qur`an)

Dengan demikian, gunakanlah waktu luangmu sebelum engkau berada di dalam kubur. Manfaatkanlah waktu pagimu karena barangkali engkau tidak mendapati waktu petangmu. Dari Al-Hasan, dia berkata, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Az-Zuhd, karya Ahmad bin Hanbal).

Maka teladanilah orang-orang yang telah beruban yang mempersembahkan tubuh mereka di jalan Allah, mereka mendahului para pemuda demi surga, bukan demi dunia.

Manfaatkan Waktu Luangmu

Ada golongan orang-orang berbakti yang telah Allah Ta’ala cukupkan kebutuhan hidup mereka, namun rezeki mereka berada di bawah bayangan tombak. Mereka memanfaatkannya untuk mengacaukan kehidupan orang-orang kafir dan menolong agama Rabb Semesta Alam. Di antara orang-orang yang mendapatkan taufik itu, ada lagi menekuni diri dalam ribathnya, menghabiskan shift (pergantian) waktu berjaga beberapa jam saja, lalu kembali ke waktu luang yang panjang. Waktu-waktu itu merupakan kenikmatan bagi seorang mujahid yang tekadang tidak disadarinya. Seandainya dia memanfaatkannya dengan dzikrullah (berzikir), membaca Al-Quran, berdoa, menjaga shalat-shalat sunnah, atau sejenak memberi peringatan kepada saudara-saudaranya dan saling mengobarkan semangat satu sama lainnya, niscaya ada manfaat agung dan keteguhan ketika berhadapan dengan orang-orang kafir, memperoleh ketinggian derajat unggul, dan juga tambahan kebaikan-kebaikan.

Ketahuilah wahai mujahid, sesungguhnya waktu luangmu adalah nikmat dari Allah, maka gunakanlah sebaik-baiknya sehingga engkau tidak menjadi orang-orang yang tertipu dan jadikan nikmat itu sebagai amunisi bagimu di sisi Allah Ta’ala. Sesungguhnya Allah telah menyiapkan seratus derajat di surga bagi para mujahid. Derajat mujahid yang berzikir kepada Allah Ta’ala, mengerjakan shalat sunnah, membaca Al-Quran, bersungguh-sungguh dalam ribath, dan peperangan, berbeda dengan derajat seorang mujahid murabith yang hanya sedikit berzikir kepada Allah, sekadar menunaikan waktu giliran berjaga, kemudian kembali ke waktu luang yang panjang.

Kepada para mujahid murabith yang jujur, hendaklah bersungguh-sungguhlah memanfaatkan waktu-waktu luang kalian demi memperoleh derajat tertinggi, dan ketahuilah bahwa jarak antara derajat satu ke derajat lainnya sejarak langit dan bumi. Dan sesungguhnya kenikmatan kedudukan-kedudukan yang tinggi lebih utama dan paripurna daripada yang ada di bawahnya. Jangan sampai seorang murabith tidak membekali diri dengan amal shalih, di samping keagungan amalan yang telah dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alihi wasallam: Ribath sehari semalam lebih baik dari puasa dan shalat malam selama satu bulan. Dan jika dia mati, maka mengalirlah amalan yang diperbuatnya dan mengalirkan rezekinya, serta aman dari fitnah.” (HR. Muslim)

Keutamaan apa lagi yang lebih agung bagi murabith yang apabila terbunuh maka mengalirlah amalan yang dikerjakannya di waktu luangnya? Maka hendaklah engkau melazimkan membaca Al-Quran, shalat tahajud, dan ibadah-ibadah lainnya. Dan tamaklah dalam mencari ilmu, memahami agama, dan menghafalkan Kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Waktu luang yang engkau jalani di sela-sela waktu giliran berjaga-jaga ribath, adalah sesuatu yang dicemburui orang-orang shalih lainnya.

Source: RUMIYAH edisi 13



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...