MANFAATKAN
WAKTU LUANGMU
S
E B E L U M
DATANG
WAKTU SIBUKMU
Waktu
luang adalah kenikmatan yang memperdaya kebanyakan pemiliknya. Orang-orang yang
telah Allah cukupkan kebutuhan hidup dan usaha mendapatkan rezeki, akan tetapi
mereka tidak memanfaatkannya dan tidak pula menggunakannya, dan bahkan malah
menyia-nyiakannya untuk hal sia-sia dan senda gurau. Hingga ketika kematian
menjemput mereka, mereka dalam keadaan bermain-main dan melalaikan apa yang
diinginkan Allah dari mereka. Mereka hidup dalam gelimang karunia yang kelak
akan ditanya tentangnya. Allah Ta’ala berfirman tentangnya, “Kemudian
kalian akan ditanya pada hari itu tentang nikmat-nikmat tersebut.” (At-Takatsur:
8).
Ya,
mereka akan ditanya mengenainya. Karena Allah Ta’ala tidaklah menciptakan
makhluk untuk bersenang-senang dengan kenikmatan fana, melainkan Dia
menciptakan mereka untuk beribadah kepada-Nya, Dialah Maha Kaya tidak
membutuhkan makhluk-makhlukNya dan tidak memerlukan ibadah mereka. Dan atas karunia
dan rahmat-Nya, Allah menyiapkan bagi hamba-hamba yang taat sesuatu yang belum
pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah terlintas
di hati manusia. Dia akan membalasnya dengan kenikmatan kekal sebagai balasan atas pemanfaatan waktu kosong dengan
melakukan ketaatan kepada-Nya. Sebaik-baik kompensasi adalah Jannah tempat
kembali.
Adapun bagi siapa yang berpaling dari akhirat dan condong
kepada dunia fana dan kehidupan yang binasa ini, maka keadaannya setelah
dibangkitkan dari kematian nanti sebagaimana yang dikabarkan Allah subhanahu wa
ta’ala: “Ya
Rabbku, kembalikan aku ke dunia, agar aku dapat berbuat kebaikan yang telah ku
tinggalkan.” (Al-Mukminun:
99-100).
Apakah manusia mau mengambil pelajaran, lalu menyibukkan
dirinya Dalam ketaatan kepada Allah dan mengharap ridha-Nya selama ruh masih
menyatu bersama raga? Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda, “Ya
Allah tiada kehidupan (hakiki) melainkan kehidupan akhirat, maka ampunilah
dosa-dosa Muhajirin dan Anshar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Perhatikanlah sabda beliau shallallahu ‘alihi wasallam yang menegasikan bahwa
nikmat dunia adalah kehidupan hakiki sampai meniscayakan kerja keras untuk
mendapatkannya. Pasalnya, kehidupan hakiki adalah kehidupan akhirat di
surga-Nya yang mulia.
Alangkah Baiknya Kiranya Dulu Aku Mengerjakan
Kebaikan untuk Hidupku Ini
Begitu banyak manusia yang menyia-nyiakan barometer antara
amalan-amalan dunia dan amalan-amalan akhirat, juga mereka tidak dapat
menyelaraskan keduanya. Kebanyakan dari mereka bersemangat mengumpulkan harta
kekayaan dan berlebih-lebihan dalam perkara-perkara yang permisif. Engkau
menyaksikannya kaya-raya dan berkecukupan dalam hidup, namun miskin
amalan-amalan guna memenangkan jannah Allah dan keridhaan-Nya. Allah memberikan
nikmat waktu luang kepadanya, namun dia malah menyibukkan diri dengan dunia.
Padahal dia tak butuh semua itu, dan sungguh dia orang yang tertipu.
Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu
‘alihi wasallam bersabda, “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya,
yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
Wahai pemilik kekayaan dan waktu luang, namun lalai karena
dunianya, sesungguhnya engkau adalah termasuk orang yang terhalang kebaikan.
Karena sejatinya engkau tidak menghargai nilai dari waktu-waktu yang telah
berlalu dari umurmu, sebagaimana disadari para pemilik tekad tinggi yang mana
mereka tidak mendapati waktu kosong untuk menyempurnakan amalan-amalan dan
jihad mereka. Wahai pemilik waktu luang yang akan menapaki perkara agung yang
telah lenyap darimu dan engkau melalaikannya, waktu saat engkau mengatakan, “Alangkah
baiknya jika dulu aku mengerjakan kebaikan untuk hidupku ini.” (Al-Fajr:
25).
Imam Ath-Thabariy rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala
berfirman menginformasikan tentang penyesalan anak-cucu Adam di Hari Kiamat
kelak, berupa rasa penyesalan karena mengabaikan amalan-amalan salih di dunia
yang mewariskan jaminan keabadian hidup dalam nikmat tak terputus. Alangkah
baiknya jika dulu aku mengerjakan amalan kebaikan untuk hidupku di dunia untuk
bekalku di kehidupan sekarang ini (akhirat) yang tak ada lagi kematian setelah
ini, yang menyelamatkanku dari kemurkaan Allah dan memperoleh keridhaan-Nya.” (Jami’
Al-Bayan)
Ya,
ada di antara manusia yang dianugerahi Allah kenikmatan dan dicukupkannya
segala kebutuhan hidupnya, namun dia tidak peduli ketika dirinya tersesat dan
melalaikan perintah-perintah Rabbnya. Alih-alih memanfaatkan waktu luangnya
untuk mempelajari agamanya dan mencari tahu apa yang diinginkan Allah darinya,
dia jutsru malah menyibukkan diri dalam hal-hal haram atau terlalu banyak
bergumul dalam hal-hal permisif. Wahai orang yang tersesat lagi lalai,
persiapkanlah banyak jawaban untuk menjawab banyak pertanyaan. Karena
sesungguhnya engkau –demi Allah— tidaklah engkau diciptakan untuk hal sia-sia
dan engkau tidak akan dibiarkan begitu saja. Engkau akan ditanya tentang waktu
luangmu; untuk apa engkau menghabiskannya.
Tatkala Satu Hari Terlewati, Maka Hilang Pula Sebagian Dirimu
Ada orang yang sudah mencapai umur senja, punggungnya telah
membungkuk, dia memiliki sesuatu yang dapat menopang urusan dunianya baik
berupa harta maupun anak. Bersamaan dengan kenikmatan-kenikmatan tersebut,
Allah juga telah menganugerahkan kenikmatan waktu luang kepadanya, akan tetapi
dia tidak tahu bagaimana memanfaatkannya. Kepada orang yang memiliki keadaan
seperti itu, maka renungkanlah dengan seksama tahun-tahun yang telah engkau
lalui, namun ternyata engkau tidak punya bagian keberuntungan di akhirat kelak.
Pikirkanlah betapa dekatnya dirimu dengan pertemuan Rabb-mu? Bukankah telah
tiba saatnya untuk dirimu mengobarkan semangat anak-anakmu dan cucu-cucumu
untuk mengorbankan diri demi agama Allah dan menolongnya? Bukankan telah tiba
waktunya untuk dirimu melewatkan waktu luangmu dengan berkhalwat bersama Allah;
berdoa untuk dirimu, untuk kaum muslimin yang tertindas, dan untuk mujahidin
hamba Allah? bukankah telah tiba waktunya untuk engkau berkontemplasi menuju
Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan segala bentuk pendekatan diri?
Tatkala menjelang usia senja, kebanyakan manusia malah durhaka.
Engkau menyaksikan mereka hidup menggunakan nalar para pemuda tersesat yang
tidak pernah berpikir mengenai kematian, mengenai waktu menjawab pertanyaan
kelak dan hari perhitungan. Dan hal demikian –demi Allah- adalah bentuk dari
panjang angan-angan dan kebinasaan itu sendiri. Di mana engkau memposisikan
dirimu dari firman Allah Ta’ala:
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah
yang dahulu hendak kamu hindari.” (Qaf: 19)
Imam Al-Baghawi berkata, “Dan datanglah sakaratul maut’:
kesengsaraan dan kepedihannya menggerus manusia dan mengalahkan akalnya.
‘Dengan sebenar-benarnya’: yaitu hakikat kematian. Disebutkan: dengan
sebenar-benarnya dari perkara akhirat sampai menjadi jelaslah bagi manusia dan
dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Dan disebutkan: yang mengubah
urusan manusia berupa kebahagiaan dan kesengsaraan. Dan dikatakan juga: bagi
orang yang dijemput sakaratul maut. ‘Itulah yang dahulu hendak kamu hindari’
artinya engkau berpaling. Al-Hasan berkata, ‘Artinya adalah engkau
melarikan diri.’ Ibnu Abbas berkata, ‘Engkau membencinya.’” (Ma’alim
At-Tanzil Fi Tafsir Al-Qur`an)
Dengan demikian, gunakanlah waktu luangmu sebelum engkau
berada di dalam kubur. Manfaatkanlah waktu pagimu karena barangkali engkau
tidak mendapati waktu petangmu. Dari Al-Hasan, dia berkata, “Wahai anak Adam,
sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka
akan hilang pula sebagian dirimu.” (Az-Zuhd, karya Ahmad bin Hanbal).
Maka teladanilah orang-orang yang telah beruban yang
mempersembahkan tubuh mereka di jalan Allah, mereka mendahului para pemuda demi
surga, bukan demi dunia.
Manfaatkan Waktu Luangmu
Ada golongan orang-orang berbakti yang telah Allah Ta’ala
cukupkan kebutuhan hidup mereka, namun rezeki mereka berada di bawah bayangan
tombak. Mereka memanfaatkannya untuk mengacaukan kehidupan orang-orang kafir
dan menolong agama Rabb Semesta Alam. Di antara orang-orang yang mendapatkan
taufik itu, ada lagi menekuni diri dalam ribathnya, menghabiskan shift (pergantian)
waktu berjaga beberapa jam saja, lalu kembali ke waktu luang yang panjang.
Waktu-waktu itu merupakan kenikmatan bagi seorang mujahid yang tekadang tidak
disadarinya. Seandainya dia memanfaatkannya dengan dzikrullah (berzikir),
membaca Al-Quran, berdoa, menjaga shalat-shalat sunnah, atau sejenak memberi
peringatan kepada saudara-saudaranya dan saling mengobarkan semangat satu sama
lainnya, niscaya ada manfaat agung dan keteguhan ketika berhadapan dengan
orang-orang kafir, memperoleh ketinggian derajat unggul, dan juga tambahan
kebaikan-kebaikan.
Ketahuilah wahai mujahid, sesungguhnya waktu luangmu adalah
nikmat dari Allah,
maka gunakanlah sebaik-baiknya sehingga engkau tidak menjadi orang-orang yang
tertipu dan jadikan nikmat itu sebagai amunisi bagimu di sisi Allah Ta’ala.
Sesungguhnya Allah telah menyiapkan seratus derajat di surga bagi para mujahid.
Derajat mujahid yang berzikir kepada Allah Ta’ala, mengerjakan shalat sunnah,
membaca Al-Quran, bersungguh-sungguh dalam ribath, dan peperangan, berbeda
dengan derajat seorang mujahid murabith yang hanya sedikit berzikir
kepada Allah, sekadar menunaikan waktu giliran berjaga, kemudian kembali ke
waktu luang yang panjang.
Kepada para mujahid murabith yang jujur, hendaklah
bersungguh-sungguhlah memanfaatkan waktu-waktu luang kalian demi memperoleh
derajat tertinggi, dan ketahuilah bahwa jarak antara derajat satu ke derajat
lainnya sejarak langit dan bumi. Dan sesungguhnya kenikmatan
kedudukan-kedudukan yang tinggi lebih utama dan paripurna daripada yang ada di
bawahnya. Jangan sampai seorang murabith tidak membekali diri dengan amal
shalih, di samping keagungan amalan yang telah dikabarkan oleh Nabi shallallahu
‘alihi wasallam: “Ribath sehari semalam lebih baik dari puasa dan shalat malam
selama satu bulan. Dan jika dia mati, maka mengalirlah amalan yang diperbuatnya
dan mengalirkan rezekinya, serta aman dari fitnah.” (HR. Muslim)
Keutamaan apa lagi yang lebih agung bagi murabith yang
apabila terbunuh maka mengalirlah amalan yang dikerjakannya di waktu luangnya?
Maka hendaklah engkau melazimkan membaca Al-Quran, shalat tahajud, dan
ibadah-ibadah lainnya. Dan tamaklah dalam mencari ilmu, memahami agama, dan
menghafalkan Kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Waktu luang yang engkau jalani di
sela-sela waktu giliran berjaga-jaga ribath, adalah sesuatu yang dicemburui
orang-orang shalih lainnya.
Source: RUMIYAH edisi 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar