7/10/2019

JIHAD; Jalan Thaifah Manshurah (Bagian 1)


J I H A D
Jalan Thaifah Manshurah
(Bagian 1)
Oleh: Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi


“PERANGILAH ORANG-ORANG YANG TIDAK BERIMAN KEPADA ALLAH DAN TIDAK (PULA) KEPADA HARI KEMUDIAN, DAN MEREKA TIDAK MENGHARAMKAN APA YANG DIHARAMKAN OLEH ALLAH DAN RASUL-NYA DAN TIDAK BERAGAMA DENGAN AGAMA YANG BENAR (AGAMA ALLAH), (YAITU ORANG-ORANG) YANG DIBERIKAN AL-KITAB KEPADA MEREKA, SAMPAI MEREKA MEMBAYAR JIZYAH DENGAN PATUH SEDANG MEREKA DALAM KEADAAN TUNDUK.”
(At-Taubah: 29)
 Segala puji bagi Allah yang memuliakan Islam dengan pertolongan-Nya dan yang menghinakan kesyirikan dengan kuasa-Nya. Dia mengatur segala perkara dengan perintah-Nya. Dia pelan-pelan menghancurkan orang-orang kafir dengan makar-Nya. Dialah yang mempergilirkan hari-hari dengan keadilan-Nya, dan dengan keutamaan-Nya, kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa. Shalawat dan salam atas Nabi yang dengan pedangnya Allah menjulangkan menara Islam. Amma ba’du.

Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan makhluk itu untuk mengibadahi-Nya dan mengikuti syariat-Nya. Dia tidak mengabaikan mereka begitu saja. Diutus-Nya para rasul untuk menyeru dan menunjuki mereka pada-Nya. Maka hamba-hamba-Nya terbelah menjadi dua. Allah memberi petunjuk pada sebagian mereka dengan keutamaan dan rahmat-Nya, dan sebagian yang lain disesatkan-Nya dengan ilmu dan keadilan-Nya. Berdasarkan ketentuan dan sunnah-Nya, dua kelompok ini; kebenaran dan penolongnya serta kebatilan dan kroninya, akan saling bertikai, selama masa berganti dan zaman berlalu, hingga Allah mewarisi bumi dan seisinya, “Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.” (Al-Ahzab: 62).

Hal itu karena kebenaran dan kebatilan adalah dua hal berlawanan yang tak akan bersatu selamanya. Kemunculan salah satu pihak di dunia ini, maka, tidak bisa tidak, pihak lain harus lenyap, atau lemah karena kehilangan pondasi tempat berdirinya atau prinsip-prinsip yang menopang kewujudannya. Tak terbayangkan di dunia nyata ini kebenaran dan kebatilan hidup bersama dalam satu tempat tanpa berusaha saling mengalahkan dan menguasai. Taruhlah jika pada suatu waktu kebenaran itu mengistirahatkan posisi bertahannya sebentar saja, maka ketika itu juga kebatilan akan memanfaatkan kesempatan itu dengan serbuan yang membuat kewalahan kebenaran dan pengusungnya. Bisa jadi serbuan itu akan mengalahkan, atau bahkan menghabisi mereka. Atau paling tidak melucuti mereka dari ciri khas utama yang membedakannya dengan kebatilan, melalui kompromi demi kompromi yang akhirnya tidak ada kebenaran yang tersisa kecuali nama atau tulisannya saja. Hingga pada akhirnya meleburlah ia menjadi bagian dari kekuasaan kebatilan dan kroni-kroninya. Betapa akhir yang teramat buruk.

Al-Quran penuh dengan ayat-ayat yang mengakui dan menetapkan hakikat ini. Allah subhanahu wa ta’ala  berfirman, Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka, “Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami”. (Ibrahim: 13).  

Inilah hakikat pertempuran antara kebenaran dan kebatilan. Suatu hakikat yang tetap lagi kokoh, tak berubah dengan berubahnya masa dan tak berganti dengan bergantinya tempat. Bagi seluruh millah kafir, pengusung keimanan dari para rasul dan pengikutnya itu hanya mempunyai dua pilihan; dibunuh, dihabisi, diusir, dan diasingkan hingga tak bersisa agar mereka leluasa dengan kekafiran dan perusakannya, atau melepaskan kebenaran yang diusung lalu menyerah dan melebur dalam masyarakat kebatilan dan pengusungnya, namun tabiat Din ini tak membiarkan hal itu dilakukan pengikutnya.

Allah berfirman, Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.” (Al-Baqarah: 61).

Allah berfirman, Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”.” (Al-Anbiyaa: 68).

Allah berfirman, Maka tidak adalah jawaban kaum Ibrahim, selain mengatakan: “Bunuhlah atau bakarlah dia”.” (Al-Ankabut: 24).

Allah berfirman, Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (Al-Anfal: 30).


Sayyid Quthub rahimahullah berkata, “Ketetapan pasti dari Yang Maha Mengetahui ini mengungkap kegigihan busuk atas keburukan dan memfitnah kaum muslimin dari Dinnya. Ketetapan ini menggambarkan suatu target tetap yang dicanangkan musuh-musuh mereka. Target tak berubah musuh-musuh jama’ah muslimin di setiap tempat dan pada tiap generasi. Eksistensi Islam itu saja adalah kebencian dan kegentaran musuh-musuh agama ini. Metode dan sarana mereka untuk memerangi kaum muslimin bisa bermacam-macam, namun targetnya tetap satu; menghalangi kaum muslimin yang jujur dari agamanya sebisa mungkin. Tiap kali satu senjata patah, maka mereka segera menghunus lainnya. Kabar pasti dari Yang Maha Mengetahui ini masih terus memperingatkan jama’ah muslimin agar tidak menyerah, mengingatkan mereka dari bahaya yang membayangi, dan menyeru mereka untuk bersabar menghadapi perang dan tipu daya. Karena jika tidak, maka berarti kerugian dunia akhirat dan azab yang tak bisa dihalangi dengan uzur maupun justifikasi.”

Perhatikanlah kalam Allah subhanahu wa ta’ala  , Mereka berkata, “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”.” (Hud: 91).

Sekalipun kebatilan mengakui bahwa pengusung kebenaran itu lemah secara materi dan tidak memiliki faktor-faktor kekuatan, namun yang ada hanyalah kekuatan brutal yang tak mengenal belas kasih dan tak mengakui hubungan apapun, “Kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu.” (Hud: 91). Bahkan ketika Nabi mereka, Syu’aib alaihissalam, meminta mereka untuk membiarkannya dan orang-orang yang beriman padanya bersabar hingga Allah sendirilah yang menentukan keputusan antara dua kelompok ini melalui takdir di sisi-Nya, mereka tetap menolak. Mereka menyodorkan pilihan yang juga disodorkan oleh tiap thaghut pada tiap waktu dan tempat kepada pengusung kebenaran; diusir, diasingkan, disiksa, dihabisi, dan dibunuh, atau difitnah dari agamanya.

Allah subhanahu wa taala  berfirman mengisahkan Syu’aib alaihissalam, Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. Pemuka-pemuka dan kaum Syu’aib yang menyombongkan berkata ‘Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali kepada agama kami.’ Berkata Syu’aib, ‘Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?(Al-A’raf: 87-88). Kebatilan tak akan menoleransi eksistensi kelompok yang beriman kepada Allah dan risalah-Nya di negerinya. Meskipun hanya kelompok lemah yang tak memiliki faktor-faktor kekuatan materi sedikitpun, dan meskipun kelompok ini menyeru kebatilan untuk bersabar hingga Allah sendirilah yang menetapkan putusan di antara mereka dengan takdir-Nya.

Hikmah Allah menetapkan bahwa kebatilan dan pengusungnya menjajah kebenaran dan pengusungnya sesuai takdir-Nya itu untuk menguji dan menyaring hamba-hamba-Nya. Allah berfirman, Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am: 112).


Ini adalah sebuah putusan kewujudan yang pasti terjadi tak bisa dihindari dan dihalangi. Tiap orang yang berpegang teguh pada perintah dan larangan agama ini dan memikul tanggung jawab penerapan hukumnya di dunia nyata maka pasti akan merasakan bagian dari penjajahan ini dan permusuhan itu. Tergambar jelas dalam ucapan Waraqah bin Naufal kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Tak ada seorangpun yang membawa seperti yang engkau bawa itu kecuali pasti akan dimusuhi.”

Setiap orang yang menapaki dan menyeru untuk menapaki jejak Nabi dan para sahabatnya radhiallahu’anhum maka pasti akan mendapatkan permusuhan dan gangguan dari kebatilan sesuai dengan kondisi dan komitmennya. Faktor penyebab permusuhan ini adalah bahwa ketika pengusung kebatilan melihat kebenaran, meskipun kebenaran sedang dalam kondisi terlemahnya, mereka segera teringat dengan kebatilannya. Terputuslah seluruh kesenangannya. Terganggulah kenikmatan mereka memperturutkan syahwatnya. Tersingkaplah jati diri jiwa mereka di depan mereka. Jiwa yang hina dina lagi palsu kekuatannya karena telah menjadi hamba hina yang tunduk patuh pada syahwat dan hawa nafsunya.

Allah berfirman, Katakanlah, ‘Hai Ahli Kitab, apakah kamu memandang kami salah, hanya lantaran kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang fasik? (Al-Maidah: 59). Satu-satunya faktor permusuhan mereka pada orang-orang beriman, sebagaimana teks jelas ayat tersebut, karena orang-orang beriman berpegang teguh dan menegakkan agamanya, namun mereka tidak mampu melakukan hal yang sama lantaran terhalangi kefasikan mereka sendiri. Inilah yang membuat hati mereka penuh bara dengki dan permusuhan. Martabat tinggi yang tak mampu mereka raih itu membuktikan keterpurukan dan kehinaan mereka. Maka mereka berharap kalau saja pengusung kebenaran terfitnah dari kebenaran yang mereka usung dan ikut serta bersama mereka dalam kebatilan, sebagaimana kalam Yang Maha Mengetahui relung hati mereka, Mereka ingin supaya kamu menjadi KAFIR sebagaimana mereka telah menjadi KAFIR, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).” (An-Nisaa: 89). Oleh karena itu, pengusung kebatilan tak bisa lari dari perangkap itu kecuali dengan semakin melampaui batas dalam menekan, menghabis, mencerai-beraikan, dan mengusir pengusung kebenaran tanpa mempedulikan kehormatan, janji, dan perlindungan agar bisa terlepas dari kebenaran dan pengusungnya dan demi memuaskan jiwanya yang kalah.

Allah telah menentukan bahwa kebatilan dan pengusungnya akan terus memusuhi dan menjajah kebenaran dan pengusungnya dengan segala bentuk gangguan dan siksaan. Maka Allah memerintahkan para wali-Nya untuk menghunuskan pedang permusuhan dan kebencian di hadapan kebatilan dan pengusungnya, dan mengibarkan bendera anti loyalitas dari kekafiran dan sekutunya.

Allah berfirman, Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja’.” (Al-Mumtahanah: 4).

Syaikh Hamd bin ‘Atiq berkata, “Ada poin menarik pada kalam-Nya ta’ala, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah.’ Di sini Allah mendahulukan berlepas diri dari orang-orang musyrik penyembah selain Allah sebelum berlepas diri dari berhala-berhala yang disembah selain Allah. Hal itu karena yang pertama itu lebih penting daripada yang kedua. Mungkin saja seseorang itu berlepas diri dari berhala-berhala namun tidak berlepas diri dari penyembahnya, yang berarti ia tidak melaksanakan sesuatu yang wajib atasnya. Adapun jika berlepas diri dari orang-orang musyrik maka hal itu berarti telah berlepas diri dari sesembahan mereka.”

Beliau melanjutkan, “Hendaknya anda garis bawahi poin ini, karena merupakan pintu gerbang berlepas diri dari musuh-musuh Allah. Betapa banyak orang yang tidak terjerumus dalam kesyirikan namun tidak memusuhi pelakunya. Karena itu ia tidaklah dianggap menjadi muslim, karena telah meninggalkan keyakinan yang diyakini seluruh kaum muslimin. Kemudian Allah berfirman, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.’ Kalam-Nya بَدَا , bermakna tampak dan jelas.

Perhatikanlah bagaimana permusuhan disebutkan lebih dahulu daripada kebencian. Hal itu karena yang pertama (permusuhan) itu lebih penting daripada yang kedua (kebencian). Seseorang mungkin saja membenci orang-orang musyrik namun tidak memusuhi mereka. Maka ia tidaklah dianggap melaksanakan sesuatu yang dibebankan kepadanya hingga ia membenci sekaligus memusuhi, dan keduanya (kebencian dan permusuhan) itu haruslah tampak, jelas, dan terang.”

Jihad para pengusung kebenaran melawan kebatilan bentuknya bisa bermacam-macam. Terkadang dengan pena dan lisan, dan ini adalah jihad pengusung kebenaran melawan orang-orang munafik, sesat, dan ahli bid’ah dengan membongkar rahasia mereka, menerangkan kebatilan mereka, dan menyingkap kepalsuan madzhab mereka. Allah berfirman, MAKA JANGANLAH KAMU MENGIKUTI ORANG-ORANG KAFIR, DAN BERJIHADLAH TERHADAP MEREKA DENGAN AL QURAN DENGAN JIHAD YANG BESAR.” (Al-Furqan: 52). Juga terkadang dengan pedang dan kekuatan, yaitu jihad pengusung kebenaran melawan orang-orang kafir dan murtad hingga masuk Islam atau tunduk dengan hukum Islam.


Allah berfirman, Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (At-Taubah: 29).

Kalam-Nya, Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.(Al-Anfal: 39).

Para pengusung kebenaran melaksanakan kedua jenis jihad itu; jihad dengan kekuatan dan jihad melalui penjelasan. Mereka yakin bahwa kebenaran yang mereka usung itu harus dilindungi dan dibantu dengan kekuatan. Karena jika tidak maka kebenaran tak akan mampu tetap bercokol di akal dan hilang pengaruhnya dalam hati betapapun kuat argumentasinya dan terang benderang bukti-buktinya. Oleh karena itu, Allah subhanahu wa taala  memerintahkan pengusung kebenaran untuk mempersiapkan kekuatan agar mampu meneror pengusung kebatilan dan mencegah mereka memusuhi pengusung kebenaran. Allah berfirman, Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (Al-Anfal: 60).

Oleh karena itu, agama Allah yang haq ini ditegakkan di atas Kitabullah dan pedang. Islam adalah agama yang benar yang tidak bisa berdiri kecuali di atas dua tiang; ilmu dan jihad. Jika salah satu tiang itu rubuh maka seluruh sistemnya akan tergoncang dan musuh-musuhnya akan mampu berbuat sekehendaknya. Tegaknya agama adalah dengan Kitabullah yang memberi petunjuk dan besi yang menolong sebagaiman kalam Allah subhanahu wa ta’ala, Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Hadid: 25). Bagus sekali syair yang berkata,

Tak ada kecuali wahyu atau kilatan pedang
Yang tajamnya menebas urat leher penyimpang
Inilah obat penyakit setiap orang bodoh
dan itulah obat penyakit setiap pengomel

Orang berakal yang fitrahnya bagus itu penjelasan akan bermanfaat baginya dan ia akan bersedia mengikuti kebenaran beserta dalilnya. Namun orang zalim yang memperturutkan hawa nafsunya maka tidak akan bisa jera kecuali dengan pedang. Kebenaran yang tak memiliki kekuatan untuk membumikannya dalam kehidupan nyata adalah kebenaran sia-sia betapapun kuat argumentasinya dan terang benderang bukti-buktinya, dan meskipun argumentasinya tak bisa dipatahkan sama sekali. Kebenaran sia-sia itu tak bermakna dan tak berharga sama sekali, karena ia terpenjara dan terkerangkeng tak mampu mempengaruhi manusia, dan tak terdengar suaranya kecuali gumaman samar yang tertutupi teriakan keras kebatilan.

Kapan saja anda memiliki hati suci
dan fanatisme, kekuatan, serta keteguhan
Niscaya orang-orang zalim menjauhimu

Al-Faruq yang diberi ilham radhiallahu’anh berkata, “Kalimat kebenaran yang tak berkuasa itu tak bermanfaat sama sekali.” Orang-orang yang paling berhak atas ilmu adalah ahli jihad, dan orang-orang yang paling berhak untuk berjihad adalah ahli ilmu. Inilah yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Disebutkan dalam hadits, “Dua golongan dari ummatku yang jika mereka baik maka orang-orang ikut baik; para ulama dan pemimpin.”
Betapa dalam ungkapan Al-Ghazali rahimahullah, “Dunia ini adalah ladang akhirat. Agama tidak akan sempurna tanpa dunia. Kekuasaan dan agama itu saling melengkapi. Agama adalah pondasi dan kekuasaan penjaganya. Sesuatu yang tak berpondasi maka akan hancur, dan sesuatu yang tak berpenjaga maka akan tercerai berai.”

DI MAKKAH, SANG TERPILIH TELAH MENYERU-SERU NAMUN TAK ADA JAWABAN
IA TELAH BERSUSAH PAYAH DAN BERLEMAH LEMBUT
NAMUN KETIKA PEDANG TERHUNUS DI TANGANNYA
MEREKA SEGERA MENYERAH, BERTAUBAT, DAN MASUK ISLAM


Source: AL FATIHIN 06

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...