NASIHAT KEPADA TENTARA
DAULAH ISLAMIYAH
Oleh Abu Hamzah Al-Muhajir (Rahimahullah)
Segala
puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah atas Rasulullah, kepada
keluarganya dan kepada orang-orang yang berwala kepadanya. Amma ba’du:
Wahai
saudaraku mujahid, ini adalah sebagian nasihat, yang aku kumpulkan dari lisan
para lelaki dan dari perut kitab-kitab, dan aku tidak mengaku sebagai manusia
bijak, aku mengharap kepada Allah agar ini bisa memberikan manfaat bagi diriku
dan kalian semua, dan hanya Allah yang tahu tujuan di balik semua amal.
[1]
Ikhlas kepada Allah dalam segala amal dan perkataan,
karena
sesungguhnya Allah tidak menerima amal apa pun kecuali yang ikhlas dan benar.
Rasulullah (Shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Setiap amal tergantung
dengan niatnya, dan seseorang itu akan mendapatkan sesuai niatnya”. Beliau juga
bersabda; “Dan demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada satu luka pun yang
diperoleh di jalan Allah kecuali kelak di hari Kiamat akan didatangkan dengan
bentuk lukanya, warnanya warna darah dan baunya bau misk”.
Dan
dengannya diperoleh kemenangan di dunia dan akhirat, Rasulullah (Shallallahu
alaihi wa sallam) bersabda: “Allah menjamin bagi siapa saja yang berjihad di
jalan-Nya, tidak ada yang mengeluarkannya kecuali karena jihad di Jalan-Nya dan
membenarkan kalimat-Nya, bahwa Dia akan memasukkannya ke dalam surga atau
mengembalikannya ke tempat tinggalnya yang dari sana dia keluar, dengan membawa
pahala yang dia peroleh atau dengan mem-bawa ghanimah”.
Maka
niatkanlah jihad kalian untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi. Dari Abu
musa (radhiyallahu anhu) bahwasanya Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam)
ditanya tentang seorang laki-laki yang berperang karena keberanian, berperang
karena semangat kesukuan, dan berperang karena ingin dilihat orang lain,
siapakah dari mereka yang di jalan Allah? Maka Rasulullah menjawab: “Barangsiapa
yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi, maka dia di jalan
Allah”.
[2]
Bertanyalah kepada para ahli ilmu dari setiap apa yang kalian kerjakan dalam
menjalankan kewajiban jihad di jalan Allah,
karena
ijma’ menyatakan bahwa hendaklah kita berilmu sebelum beramal (al-ilmu qobla
al-‘amal). Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Menuntut ilmu
adalah kewajiban atas setiap muslim”. Maka janganlah engkau membunuh, janganlah
engkau mengambil ghanimah, kecuali engkau tahu ilmu mengapa engkau
melakukannya. Batas minimal adalah ada yang memberikan fatwa kepadamu siapa
yang engkau percayai ilmu dan agamanya.
[3]
Janganlah engkau lebih condong kepada karib kerabat atau orang-orang yang
engkau cintai dari-pada menolong agama Allah, dan sungguh kami tahu bahwa hal
itu terasa berat di dalam jiwa,
tapi
ingatlah firman Allah: {Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau
menjadikan musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman karib yang kalian berikan
kepada mereka kasih sayang, padahal mereka telah kufur dengan apa yang kalian
bawa dari kebenaran} [Mumtahanah: 1]. Sungguh hak Allah lebih wajib dan
menolong agama Allah lebih diutamakan.
[4] Demi
Allah aku mencintai kalian dan mencintai apa yang akan menyelamatkan kalian,
maka dengarlah nasihatku dalam masalah yang sangat penting, yaitu masalah
‘Takfier’.
Rasulullah
(shallallahu alihi wasallam) bersabda: “Siapa yang mengatakan kepada seorang
mukmin apa yang tidak ada padanya, maka Allah akan mengenakan padanya pakaian
dari al-Khabal hingga dia mencabut perkataannya itu”. Maka ketahuilah wahai
saudaraku, bahwa nama dan hukum kafir adalah hak Allah Ta’ala dan tidak boleh
menjatuhkannya kepada siapa pun kecuali atas orang yang berhak secara syar’i,
dan itu semua memiliki syarat dan penghalang, dan kita tidak akan mengkafirkan
seseorang kecuali setelah terpenuhi syaratnya dan hilang penghalangnya, karena
bisa jadi terkadang keluar peryataan atau perbuatan kufur dari seseorang tetapi
dia tidak menjadi kafir karena adanya salah satu penghalang dari
penghalang-penghalang takfier, maka siapa yang telah ditetapkan keislamannya
dengan keyakinan, maka dia tidak keluar darinya kecuali dengan keyakinan juga.
Maka janganlah engkau berprasangka, dan jadilah engkau di atas petunjuk dan
kejelasan dari apa yang diperselisihkan oleh para ahli ilmu.
[5]
Menepati perjanjian dan jaminan keamanan yang benar secara syar’i, dan penuh
waspadalah dari jebakan setan.
Allah
berfirman {maka barang-siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar
atas (janji) sendiri;} [Al-Fath: 10]. Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam)
bersabda: “Kaum muslimin sama derajatnya dalam darah mereka, jaminan keamanan
mereka berlaku walau diberikan oleh orang yang paling rendah dari mereka, dan
dengannya terlindungi orang yang paling jauh dari mereka, mereka adalah satu
tangan terhadap para musuh mereka, yang terkuat dari mereka melindungi orang
yang lemah, dan orang yang mampu berperang atas orang yang tidak berperang”.
Dan
ketahuilah bahwa kita tidak mengizinkan bagi seorang tentara pun untuk
memberikan perjanjian atau memberikan jaminan keamanan, dan itu hanya untuk
amirul mukminin atau orang yang mewakil-inya, karena pandangan mereka – pada
umumnya – lebih luas dan mengerti akan kemashlahatan Dau-lah.
[6]
Bersungguh-sungguh dalam ketaatan, dan waspadalah dari sikap putus asa,
kemaksiatan dan keburukan jiwa dan setan.
Umar
Al-Faruq telah mengirimkan surat kepada Sa’ad bin Abi Waqqash (radhiyallahu
anhuma): […maka aku perintahkan kepadamu dan para tentara yang bersamamu untuk
bertakwa kepada Allah, dan aku perintahkan engkau dan pasukanmu untuk lebih
waspada dari kemaksiatan diri kalian daripada kepada musuh kalian. Karena
dosa-dosa pasukan jauh lebih menakutkan bagi mereka daripada musuh mereka, maka
berharaplah kepada Allah agar Dia menolong diri kalian dari dosa-dosa
sebagaimana kalian meminta kepada-Nya pertolongan dari musuh-musuh kalian].
[7]
Ingatlah shalat, ingatlah shalat wahai tentara Allah,
karena
dia akan menguatkan hati dan menggiatkan badan dan mencegah dari perbuatan keji
dan mungkar, dia adalah tempat untuk bermunajat kepada Rabb dan meminta
kemenangan, dan posisi terdekat seorang hamba kepada Rabbnya adalah di saat
sujud, dia adalah tiang agama dan syiar kaum muslimin, jangan engkau menundanya
kecuali karena udzur, dan Allah tahu orang yang jujur dan yang tidak.
[8]
Janganlah engkau bersikap ujub (bangga terhadap diri sendiri) dan senang
sanjungan,
terutama
di saat mendapat kemenangan dari para musuh, karena se-sungguhnya itu adalah
kesempatan paling kuat setan untuk menghilangkan buah jihad kalian, dan panjangnya
ribath kalian di dunia dan akhiran.
[9] Dua
hal yang akibatnya adalah kehinaan dan kerugian:
Kezhaliman:
Allah Ta’ala berfirman: {Wahai manusia! Sesungguhnya kezhalimanmu bahayanya
akan menimpa dirimu sendiri;} [Yunus: 23], karena itu tidak ada kemenangan
bersama kezhaliman.
Rencana
jahat: Allah berfirman: {Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang
merencanakannya sendiri.} [Fathir: 43]. Karena itu tidak ada persahabatan
dengan pengkhianatan.
[10]
Hancurkanlah hawa nafsumu di saat syahwat membara, dan tidak setiap yang
diinginkan harus dipenuhi.
{karena
sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan,} [Yusuf: 53].
Perban-yaklah puasa karena dia akan memberikan penjagaan diri (iffah). Maka secara
umum: kuasailah hawa nafsumu, pelitlah kepada dirimu atas apa yang tidak halal
bagimu, karena bersikap kikir terhadap diri sendiri berarti Inshaf
(pertengahan) antara apa yang dia suka dan apa yang dia benci.
[11]
Jujurlah kepada Allah atas perkara yang dibebankan kepadamu,
dan
janganlah membebani diri sendiri dari yang bukan menjadi urusanmu, karena Allah
tidak akan menanyakan hal itu, tapi jagalah kejujuran atas seluruh urusanmu,
karena kejujuran adalah keselamatan dan kedustaan adalah kebinasaan. Rasulullah
bersabda; “Cukuplah seorang disebut berdosa jika dia mengatakan setiap apa yang
dia dengar”.
[12]
Jadilah orang yang selalu sepakat dengan saudara-saudaramu dalam hal yang akan
mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan diri dari maksiat,
perbanyaklah
senyum di hadapan mereka, dan dengarlah orang yang lebih tua darimu, dan jika
engkau melihat mereka sedang bekerja, maka ikutlah bersama mereka, karena sikap
dudukmu di saat mereka bekerja akan membuat dada sempit. Jika saudaramu sedang
merasa senang, maka merendah dirilah, dan bukan suatu keadilan sikap
tergesa-gesa dalam menjatuhkan tuduhan.
13]
Janganlah mencari-cari aib orang lain, terutama amirmu dan saudara-saudaramu,
tutuplah aib mereka sesuai kemampuanmu, maka Allah akan menutup aibmu.
Dan
janganlah berusaha menyingkap apa yang luput darimu tentang aib mereka. Rasulullah
(shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Jauhilah sikap berprasangka karena
prasangka adalah ucapan paling dusta, janganlah saling membenci, janganlah
saling memata-matai, jangalah saling mendengki, jangalah saling membelakangi,
janganlah saling bermusuhan, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”.
Telah
disebutkan oleh Imam Malik (rahimahullah), dia berkata: “Aku telah mendapati
suatu kaum yang tidak memiliki aib, lalu mereka mencari-cari aib orang lain
maka orang-orang pun menyebutkan aib mereka, dan aku dapati orang-orang yang
memiliki aib tapi mereka diam dari aib orang lain, maka orang-orang pun diam
dari aib mereka.”
[14]
Ketahuilah wahai tentara Allah, aku dan kalian mendapatkan kemuliaan dengan
tegaknya Daulah Islam di negeri dua aliran sungai
(Irak_nasihat
ini disampaikan sebelum deklarasi Daulah Khilafah_pent) dan melindunginya, tapi
ketahuilah bahwa daulah ini bukan Daulah Harun Ar-Rasyid sehingga kita bisa
bercakap-cakap dengan awan sebagaimana dulu (maksudnya ketika mereka
menginginkan hujan turun mereka cukup berdoa dan hujan akan segera turun atas
negeri kaum muslimin, menandakan akan kemakmuran kekhilafahan saat itu), tapi
ini adalah Daulah orang-orang lemah, kita khawatir terhadap musuh dan
berjaga-jaga, sebagaimana dahulu para shahabat di Daulah Islam pertama kali di
kota Madinah, mereka tidak men-inggalkan senjata mereka karena rasa khawatir,
karena bisa jadi ada orang Yahudi yang menyusup dan masuk ke dalam benteng di
dalamnya terdapat kaum wanita dan anak-anak, dan tidak ada yang akan
membunuhnya kecuali wanita. Karena itu berlemah lembutlah kepada manusia dan
berilah mereka perasaan akan manisnya Islam dan kemuliaannya, dan janganlah
kalian memberikan rasa takut kepada mereka tentang Islam dan hukum-hukumnya.
Dan jika terdapat hal-hal yang pahit atas saudara kita, maka berlakulah dengan
sikap manis dan baik dari perkataan dan perbuatan sehingga mereka tidak
merasakan pahitnya. Secara umum: Buatlah orang-orang cinta kepada agama mereka,
hukum-hukumnya dan Daulah Islam, maka sebaik-baik hamba Allah adalah
orang-orang yang mem-buat orang lain cinta kepada Allah dan membuat Allah cinta
kepada hamba-Nya, mereka adalah orang yang berjalan di muka bumi dan gemar
mem-beri nasihat.
[15]
Shahib ibn Abbad berkata: “Menghormati sulthan adalah kewajiban yang ditekankan,
dan terlebih atas orang yang menyaksikannya secara langsung”.
Maka
jadikanlah dirimu merasakan penghormatan kepada Amirul Mukminin, karena
(Rasulullah bersabda) “Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah dengan
memuliakan orang yang telah lanjut usia dari kalangan muslim, dan memuliakan
penguasa yang adil”. Mentaatinya selain pada kemaksiatan kepada Allah adalah
kewajiban, baik dia seorang penguada yang baik atau pun buruk. Dan janganlah
engkau menuduhnya tanpa hak, karena terkadang ia menjadi sebuah dosa besar yang
membinasakan seorang hamba, dan di antara wasiat Aktsam ibn Shaifi:
“Sedikitkanlah perselisihan dengan pemimpin kalian, karena tidak ada jama’ah
bagi orang yang berselisih dengannya”.
[16]
Serahkanlah dirimu kepada amirmu, dan sepakatlah kepada pandangan dan
gagasannya, hingga tidak terjadi perselisihan pada suara kalian dan tidak
terpecah belah barisan kalian,
selama
hal itu adalah sekedar pandangan atau masalah ijtihadi atau ada kelapangan
dalam syariat dan bukan sebuah kemaksiatan, dan selama engkau mencari pahala
dari hal itu maka sesungguhnya pahala ada pada mendengar dan taat selama itu
tidak menyelisihi syariat.
Janganlah
engkau menyembunyikan suatu hal dari amirmu, yang engkau lihat terdapat
kemashlahatan syar’i jika engkau menyebutkannya, seperti bahaya yang akan
menimpa sebagian orang misalnya, karena dengan memberitahukannya adalah nasihat
dan menyembunyikannya adalah kecurangan, dan ini bukanlah ghibah yang
diharamkan atau namimah yang tercela, dengan syarat apa yang akan engkau sebutkan
adalah hal yang telah engkau yakini kebenarannya atau menguasai persangkaanmu.
Imam An-Nawawi berkata: “Jika ada kebutuhan yang mengharuskan hal itu maka itu
tidak dilarang, seperti misalnya memberi tahu seorang imam, atau seseorang yang
memiliki kekuasaan bahwa si fulan telah melakukan ini dan itu, dan berusaha
melakukan sesuatu yang mengandung kerusakan, maka wajib bagi pemegang kekuasaan
untuk menyingkap hal ini dan menghilangkannya, dan yang seperti ini bukanlah
suatu yang haram, bahkan terkadang sebagian hal ini adalah wajib atau
dianjurkan, sesuai dengan keadaan”.
Dan
janganlah engkau menjadi pengkhianat, atau pelindung para pengkhianat, sungguh
telah dikatakan; “Cukuplah seorang disebut pengkhianat ketika dia melindungi
para pengkhianat”. Allah berfirman: {Dan apabila sampai kepada mereka suatu
berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya.
(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara
mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Sekiranya bukan
karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan,
kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).} [An-Nisa: 83].
[17]
Bersabarlah kepada pemimpin kalian walau mereka berbuat buruk, karena ini
termasuk kewajiban agama.
Rasulullah
(shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Barangsiapa yang melihat dari
pemimpin-nya sesuatu yang tidak dia suka, maka hendaknya dia bersabar atasnya”.
Dan
inilah yang dikatakan oleh Ibnu Umar kepada Abdullah bin Muthi’ bin Aswad
ketika dia melepas ketaatan kepada pemimpin saat itu, yakni Yazid, walaupun
ketika itu terjadi kedzaliman darinya, seperti yang disebutkan di dalam Shahih
Muslim: Datanglah Abdullah bin Umar (Radhiyallahu anhuma) menemui Abdullah bin
Muthi’ ketika pada masa ke-jadian al-Harrah yang terjadi di masa Yazid bin Mu’awiyah
dan berkata: “Hamparkanlah bagi Abu Abdurrahman bantal”. Abdullah bin Umar
menjawab: “Aku mendatangimu bukan untuk duduk, tapi aku mendatangimu untuk
menyampaikan sebuah hadits yang aku dengar dari Rasulullah (Shallallahu alaihi
wa sallam) ketika bersabda: “Barangsiapa yang melepas tangannya dari ketaatan
maka kelak akan bertemu Allah pada hari Kiamat tanpa memiliki hujjah, dan siapa
yang mati sedang di lehernya tidak terdapat bai’at maka dia mati dalam keadaan
jahiliah”.
Dan
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “Dan aku berpendapat bahwa jihad akan
terus berlangsung bersama setiap imam, yang baik maupun yang fajir, dan aku berpendapat
akan kewajiban mendengar dan taat kepada imam kaum muslimin, yang baik maupun
yang fajir selama mereka tidak memerintah pada kemaksiatan kepada Allah”.
[18] Di
bumi jihad mana pun kalian berada, maka kalian harus berjaga malam,
dan
aku tidak membolehkan bagi tiga orang untuk tidur tanpa dia memiliki amir dan
tidak ada yang berjaga, dan termasuk di antara wasiat Abu Bakar kepada salah
satu koman-dannya: “Berjagalah dari sergapan musuh di malam hari, karena
orang-orang Arab dapat menyergapmu tiba-tiba”. Dan jangnalah engkau sibuk
ketika mendapat giliran berjaga malam, karena engkau sedang berada di garis
depan (tsughur), takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah dalam menjaga
saudaramu.
[19]
Berlatihlah dan berlatihlah wahai saudara muslimku,
sesungguhnya
Allah Ta’ala telah berfirman: {Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk
menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari kuda-kuda yang
tertambat} [Al-Anfal: 60] dan termasuk I’dad adalah berlatih olahraga yang
dapat meningkatkan kekuatan badan, dan gerakan-gerakan pertempuran. Telah
dikatakan; “Segala sesuatu yang engkau cari di saat engkau membu-tuhkannya maka
itu berarti telah terlambat, persiapkanlah sekarang untuk besok, sebelum engkau
memasuki waktu esok”.
[20] Ribat
dan ribatlah,
maknanya
adalah ikatlah (kondisikanlah) dirimu untuk berjihad di jalan Allah, untuk
menjaga perbatasan, memperbanyak pasukan, dan meneror musuh, walau engkau
melakukan hal ini untuk waktu yang lama. Jika engkau berada di suatu tempat
yang membuat musuh takut kepadamu dan engkau takut kepada musuh, maka itulah
ribath. Allah berfirman: {Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.} [Ali Im-ran: 200]. Rasulullah
(shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Ribath sehari di jalan Allah lebih
baik dari dunia dan seisinya”.
[21]
Wahai saudaraku, janganlah engkau berharap bertemu musuh
–
jika harapan ini berlandaskan karena sikap ‘ujub, bangga diri, atau percaya
diri berlebihan, dan semisalnya. Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam)
bersabda: “Janganlah kalian berharap untuk bertemu musuh, dan mintalah kepada
Allah keselamatan, namun apabila kalian bertemu mereka maka bersabarlah, dan
ketahuilah bahwa surga di bawah naungan pedang”. Dan hendaknya kalian
memanjatkan doa ketika bertemu dengan pasukan musuh, karena itu waktu mustajab,
dan Nabi telah berdoa di saat perang Ahzab: “Ya Allah yang menurunkan kitab,
menjalankan awan, yang menghancurkan ahzab (pasukan sekutu), hancurkanlah
mereka dan tolonglah kami atas mereka”. Dan juga di antara doanya: “Ya Allah,
Eng-kaulah penguatku dan penolongku, dengan-Mu aku bergerak, dengan-Mu aku
menyerbu dan dengan-Mu aku berperang”.
[22]
Beranikanlah hatimu, karena itu salah satu sebab kemenangan dan pertolongan,
dan
ketahuilah bahwa latihan yang paling berat bagi tentara Allah adalah banyaknya
peperangan dan kebiasaan akannya, dan perbanyaklah mengingat kedengkian musuh,
karena itu akan membuatmu lebih berani untuk maju, dan ingatlah bahwa musuh
telah memperkosa ibumu dan saudara perempuanmu, melarangmu shalat jum’at dan
shalat berjama’ah, melarangmu bercocok tanam dan berjual beli, yang intinya
tidak menyisakan sedikitpun untukmu bagian dien dan dunia.
[23]
Jika engkau berjalan di daerah musuh maka engkau harus membawa penunjuk jalan
jika
engkau tidak bisa mempelajari keadaan daerahmu dan daerah musuhmu, bawalah
secukupnya bekal; senjata, makanan, dan obat-obatan. Janganlah engkau terpisah
dari apa yang akan menolongmu dalam jihad, karena itu bergeraklah bersama
senjatamu, jarummu, benangmu dan sentermu, bawalah secukupnya obat yang dapat
mengobati luka dan mengurangi rasa sakit. Dan bawalah sedikit pakaian.
[24]
Lakukanlah amalan shalih sebelum engkau berperang, karena sesungguhnya kalian
memerangi manusia dengan amal kalian,
dan
sebail-baik amal adalah yang menyatukan kalimat dan mengokohkan barisan. Allah
berfirman: {Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh.} [Ash-Shaf: 4]. Dan waspadalah dari perbedaaan niat,
karena kalimat jika telah bersatu namun niatnya berbeda maka akan menuju kepada
perpecahan di antara satu sama lain. Dan ketahuilah bahwa manusia tergantung
kepada saudara-saudaranya, sebagaimana yang dikatakan dalam peribahasa: “Orang
yang kalah adalah yang turun sendirian”.
[25]
Jangan sekali-kali musuh membuatmu gentar.
Allah
berfirman: {Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang
telah diberi nikmat oleh Allah, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri)
itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu
hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.”} [Al-Maidah: 23].
Dan
ketahuilah bahwa kemenangan dan tamkin ada di tangan Allah semata. Allah
berfirman {Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu,
tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang
dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakal.} [Ali Imran: 160]. Ath-Thabari berkata di dalam
tafsirnya: “Tidak ada yang dapat mengalahkanmu” mak-sudnya dari kalangan
manusia, dia berkata: ‘Maka tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkan kalian
jika kalian mendapat pertolongan dari-Nya, seandainya seluruh makhluk dari
segala penjuru berkumpul untuk menyerangmu, maka janganlah engkau takut kepada
musuh Allah lantaran sedikitnya jumlah kalian dan banyaknya jumlah mereka,
selama engkau di atas perintah-Nya dan istiqamah di atas ketaatan kepada-Nya
dan kepada rasul-Nya, maka kemenangan ada di fihak kalian dan kejayaan tidak
akan bersama mereka”. Maka mintalah pertolongan kepada Allah dengan doa, dan
mintalah bantuan kepada-Nya, dan di dalam ibadah doa terdapat pengaruh
menakjubkan dalam kemenangan dan meluruskan niat. Allah berfirman: {Bukankah
Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia
berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia)
sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang
lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.} [An-Naml: 62].
[26]
Curahkanlah seluruh daya upayamu dalam memerangi musuh yang menyerang.
Janganlah
engkau malas dan lemah, ini adalah dua penyakit berbahaya yang Nabi telah
berlindung dari keduanya di dalam doanya, maka hendaknya kalian juga berlindung
dari keduanya, dan ketahuilah bahwa pahala – dalam ibadah yang seperti ini –
tergantung dari kadar kesusahannya. Allah berfirman: {dan tidaklah mereka
memberikan infak, baik yang kecil maupun yang besar dan tidak (pula) melintasi
suatu lembah (berjihad), kecuali akan dituliskan bagi mereka (sebagai amal
kebajikan), untuk diberi balasan oleh Allah (dengan) yang lebih baik daripada
apa yang telah mereka kerjakan.} [At-Taubah: 121]. Dan Rasulullah bersabda:
“Semangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada
Allah dan janganlah bersikap lemah”.
[27]
“Wahai Muslim, sesungguhnya kesabaran adalah kemuliaan, dan sesungguhnya
kegagalan adalah kelemahan, dan sesungguhnya kemenangan itu bersama kesabaran”.
Sesungguhnya
sifat pengecut sangat mematikan, dan semangat adalah pertahanan. Dan orang yang
mati terbunuh dalam peperangan dalam keadaan mundur itu jauh lebih banyak dari
pada orang yang terbunuh dalam keadaan maju. Sungguh merupakan kewajiban di
awal masa Islam adalah seorang muslim tidak boleh lari lantaran musuh sepuluh
kali lipat banyaknya, dan alangkah butuhnya kita akan hal ini hari ini. Allah
berfirman: {Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk
(siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sungguh,
orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah. Tempatnya ialah neraka
Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali.} [Al- Anfal: 16]. Maka kuatkanlah
kesabaranmu bersama amirmu, dan sabarkanlah ia dalam peperangan dan ketika dua
barisan telah beradu, sungguh mem-perkuat kesabaran adalah keharusan untuk
meraih kemenangan, dan kesudahan dari sabar adalah ke-baikan, dan kesudahan
dari sabar adalah kemenangan, dan tujuan itu tidak akan diraih hanya melalui
angan-angan.
[28]Dianjurkan
untuk bertakbir ketika menyaksikan musuh,
seperti
yang disabdakan oleh Nabi (shallallahu alaihi wa sallam) ketika melihat penduduk
Khaibar keluar membawa cangkul mereka; “Allahu Akbar – tiga kali – Khaibar akan
runtuh, sesungguhnya kami ketika telah tiba di pelataran suatu kaum, maka
alangkah buruk hari orang-orang yang telah diberi peringatan”. An-Nawawi
erkata: “Di dalamnya ada anjuran untuk bertakbir ketika berhadapan dengan
musuh”. Dan takbir merupakan salah satu keumuman dzikir kepada Allah yang dianjurkan
ketika berhadapan dengan musuh.
Akan
tetapi dalam riwayat Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Rasulullah (shallallahu alaihi
wa sallam) tidak suka mengangkat suara ketika berperang. Dan dari Qais bin
Ubbad berkata; “Bahwasanya para shahabat Nabi (Shallallahu alaihi wa sallam)
tidak suka bersuara ketika berperang”. Dan telah berkata Utbah bin Rabi’ah
kepada kawan-kawannya ketika melihat pasukan Rasulullah di perang Badar;
“Tidakkah kalian melihat mereka…mereka bergu-mam seperti bergumamnya ular”.
(Yakni tidak bersuara_pent). Dan ketika Aisyah (radhiyallahu anha) mendengar
pasukannya bertakbir pada perang Ja-mal, dia berkata: “Janganlah banyak
berteriak, karena banyaknya bertakbir ketika berhadapan dengan musuh termasuk
kekalahan”. Dan berdzikir dengan suara pelan itulah yang dianjurkan, kecuali
ketika mundur
[29]
Jangan berbuat ghulul (mencuri/berkhianat) sedikit pun dalam ghanimah.
Allah
berfirman: {Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang
membawa apa yang dikhianatkannya itu.} [Ali Imran: 161]. Diriwayatkan bahwa
Ibnu Abbas (Radhiyallahu anhuma) berkata: “Tidaklah perbuatan ghulul terjadi
pada suatu kaum, kecuali akan ditanamkan ke dalam hati mereka rasa takut”.
[31]
Wasiat Allah telah mengumpulkan bagi kita adab-adab berperang,
Allah
berfirman: {Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan
(musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak
(berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung. Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan
janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu
hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.} [Al-Anfal:
45-46].
Begitu
juga wasiat Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam): “Berperanglah di jalan
Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah, janganlah berbuat ghulul
(mencuri ghanimah), janganlah berkhi-anat, dan janganlah mencincang mayat…”
[31]
Berdoalah dan berdoalah untuk amirul mukminin tanpa sepengetahuannya (dzahril
ghaib),
kemudian
untuk saudara-saudaramu yang malang. Barangsiapa yang sayang kepada saudaranya
dan agamanya maka janganlah luput untuk mendoakannya di waktu penghujung malam,
di saat sujud, di saat adzan, dan yang terpenting di saat berhadap-hadapan
dengan musuh. Berkata Fudhai bin Iyadh: “Jika aku memiliki kesempatan satu doa
yang pasti dijawab, maka aku tidak akan menjadikannya kecuali untuk pemimpin,
karena jika dia baik maka akan suburlah negeri dan amanlah para manusia”, lalu
Ibnu al-Mubarak mencium kepalanya dan men-gatakan: “Tidak ada seseorang
selainmu yang bisa berbuat baik seperti ini”.
Dan sesungguhnya aku akan berdoa, maka aminilah oleh kalian:
Ya Allah, karuniakanlah aku keikhlasan dalam perkataan dan perbuatan,
ya Allah teguhkanlah aku di atas kebenaran dan luruskanlah pandanganku,
ya
Allah lembutkanlah hatiku untuk orang-orang yang taat kepada-Mu dan menetapi
kebenaran, dan karuniakanlah sikap kasar dan keras kepadaku atas
musuh-musuh-Mu.
Ya Allah aku adalah orang yang lemah untuk melaksanakan
ketaatan kepada-Mu, maka karuniakanlah aku semangat dan kekuatan untuknya, dan
janganlah Engkau jadikan aku orang-orang yang lalai.
Ya Allah jadikanlah aku
orang yang besar dalam pandangan-Mu, orang yang hina dalam pandanganku, dan
orang yang dicinta dan pemurah di sisi saudara-sadaraku.
Ya Allah lindungilah
aku dari menjadi tawanan, dan karuniakanlah aku kesyahidan di jalan-Mu, jangan
cabut nyawaku secara tiba-tiba, dan perbaikilah akhir dari setiap urusanku,
wahai yang Maha Mebolak-balikkan Hati.
Saudaramu
Abu
Hamzah Al-Muhajir
1
Ramadhan 1428 H
Dabiq
06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar