7/16/2019

NASIHAT KEPADA TENTARA DAULAH ISLAMIYAH


NASIHAT KEPADA TENTARA
DAULAH ISLAMIYAH
Oleh Abu Hamzah Al-Muhajir (Rahimahullah)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah atas Rasulullah, kepada keluarganya dan kepada orang-orang yang berwala kepadanya. Amma ba’du:

Wahai saudaraku mujahid, ini adalah sebagian nasihat, yang aku kumpulkan dari lisan para lelaki dan dari perut kitab-kitab, dan aku tidak mengaku sebagai manusia bijak, aku mengharap kepada Allah agar ini bisa memberikan manfaat bagi diriku dan kalian semua, dan hanya Allah yang tahu tujuan di balik semua amal.

[1] Ikhlas kepada Allah dalam segala amal dan perkataan,
karena sesungguhnya Allah tidak menerima amal apa pun kecuali yang ikhlas dan benar. Rasulullah (Shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Setiap amal tergantung dengan niatnya, dan seseorang itu akan mendapatkan sesuai niatnya”. Beliau juga bersabda; “Dan demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak ada satu luka pun yang diperoleh di jalan Allah kecuali kelak di hari Kiamat akan didatangkan dengan bentuk lukanya, warnanya warna darah dan baunya bau misk”.

Dan dengannya diperoleh kemenangan di dunia dan akhirat, Rasulullah (Shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Allah menjamin bagi siapa saja yang berjihad di jalan-Nya, tidak ada yang mengeluarkannya kecuali karena jihad di Jalan-Nya dan membenarkan kalimat-Nya, bahwa Dia akan memasukkannya ke dalam surga atau mengembalikannya ke tempat tinggalnya yang dari sana dia keluar, dengan membawa pahala yang dia peroleh atau dengan mem-bawa ghanimah”.

Maka niatkanlah jihad kalian untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi. Dari Abu musa (radhiyallahu anhu) bahwasanya Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) ditanya tentang seorang laki-laki yang berperang karena keberanian, berperang karena semangat kesukuan, dan berperang karena ingin dilihat orang lain, siapakah dari mereka yang di jalan Allah? Maka Rasulullah menjawab: “Barangsiapa yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi, maka dia di jalan Allah”.

[2] Bertanyalah kepada para ahli ilmu dari setiap apa yang kalian kerjakan dalam menjalankan kewajiban jihad di jalan Allah,
karena ijma’ menyatakan bahwa hendaklah kita berilmu sebelum beramal (al-ilmu qobla al-‘amal). Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim”. Maka janganlah engkau membunuh, janganlah engkau mengambil ghanimah, kecuali engkau tahu ilmu mengapa engkau melakukannya. Batas minimal adalah ada yang memberikan fatwa kepadamu siapa yang engkau percayai ilmu dan agamanya.

[3] Janganlah engkau lebih condong kepada karib kerabat atau orang-orang yang engkau cintai dari-pada menolong agama Allah, dan sungguh kami tahu bahwa hal itu terasa berat di dalam jiwa,
tapi ingatlah firman Allah: {Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau menjadikan musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman karib yang kalian berikan kepada mereka kasih sayang, padahal mereka telah kufur dengan apa yang kalian bawa dari kebenaran} [Mumtahanah: 1]. Sungguh hak Allah lebih wajib dan menolong agama Allah lebih diutamakan.

[4] Demi Allah aku mencintai kalian dan mencintai apa yang akan menyelamatkan kalian, maka dengarlah nasihatku dalam masalah yang sangat penting, yaitu masalah ‘Takfier’.
Rasulullah (shallallahu alihi wasallam) bersabda: “Siapa yang mengatakan kepada seorang mukmin apa yang tidak ada padanya, maka Allah akan mengenakan padanya pakaian dari al-Khabal hingga dia mencabut perkataannya itu”. Maka ketahuilah wahai saudaraku, bahwa nama dan hukum kafir adalah hak Allah Ta’ala dan tidak boleh menjatuhkannya kepada siapa pun kecuali atas orang yang berhak secara syar’i, dan itu semua memiliki syarat dan penghalang, dan kita tidak akan mengkafirkan seseorang kecuali setelah terpenuhi syaratnya dan hilang penghalangnya, karena bisa jadi terkadang keluar peryataan atau perbuatan kufur dari seseorang tetapi dia tidak menjadi kafir karena adanya salah satu penghalang dari penghalang-penghalang takfier, maka siapa yang telah ditetapkan keislamannya dengan keyakinan, maka dia tidak keluar darinya kecuali dengan keyakinan juga. Maka janganlah engkau berprasangka, dan jadilah engkau di atas petunjuk dan kejelasan dari apa yang diperselisihkan oleh para ahli ilmu.

[5] Menepati perjanjian dan jaminan keamanan yang benar secara syar’i, dan penuh waspadalah dari jebakan setan.
Allah berfirman {maka barang-siapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia melanggar atas (janji) sendiri;} [Al-Fath: 10]. Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Kaum muslimin sama derajatnya dalam darah mereka, jaminan keamanan mereka berlaku walau diberikan oleh orang yang paling rendah dari mereka, dan dengannya terlindungi orang yang paling jauh dari mereka, mereka adalah satu tangan terhadap para musuh mereka, yang terkuat dari mereka melindungi orang yang lemah, dan orang yang mampu berperang atas orang yang tidak berperang”.
Dan ketahuilah bahwa kita tidak mengizinkan bagi seorang tentara pun untuk memberikan perjanjian atau memberikan jaminan keamanan, dan itu hanya untuk amirul mukminin atau orang yang mewakil-inya, karena pandangan mereka – pada umumnya – lebih luas dan mengerti akan kemashlahatan Dau-lah.

[6] Bersungguh-sungguh dalam ketaatan, dan waspadalah dari sikap putus asa, kemaksiatan dan keburukan jiwa dan setan.
Umar Al-Faruq telah mengirimkan surat kepada Sa’ad bin Abi Waqqash (radhiyallahu anhuma): […maka aku perintahkan kepadamu dan para tentara yang bersamamu untuk bertakwa kepada Allah, dan aku perintahkan engkau dan pasukanmu untuk lebih waspada dari kemaksiatan diri kalian daripada kepada musuh kalian. Karena dosa-dosa pasukan jauh lebih menakutkan bagi mereka daripada musuh mereka, maka berharaplah kepada Allah agar Dia menolong diri kalian dari dosa-dosa sebagaimana kalian meminta kepada-Nya pertolongan dari musuh-musuh kalian].

[7] Ingatlah shalat, ingatlah shalat wahai tentara Allah,
karena dia akan menguatkan hati dan menggiatkan badan dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, dia adalah tempat untuk bermunajat kepada Rabb dan meminta kemenangan, dan posisi terdekat seorang hamba kepada Rabbnya adalah di saat sujud, dia adalah tiang agama dan syiar kaum muslimin, jangan engkau menundanya kecuali karena udzur, dan Allah tahu orang yang jujur dan yang tidak.

[8] Janganlah engkau bersikap ujub (bangga terhadap diri sendiri) dan senang sanjungan,
terutama di saat mendapat kemenangan dari para musuh, karena se-sungguhnya itu adalah kesempatan paling kuat setan untuk menghilangkan buah jihad kalian, dan panjangnya ribath kalian di dunia dan akhiran.

[9] Dua hal yang akibatnya adalah kehinaan dan kerugian:
Kezhaliman: Allah Ta’ala berfirman: {Wahai manusia! Sesungguhnya kezhalimanmu bahayanya akan menimpa dirimu sendiri;} [Yunus: 23], karena itu tidak ada kemenangan bersama kezhaliman.

Rencana jahat: Allah berfirman: {Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri.} [Fathir: 43]. Karena itu tidak ada persahabatan dengan pengkhianatan.

[10] Hancurkanlah hawa nafsumu di saat syahwat membara, dan tidak setiap yang diinginkan harus dipenuhi.
{karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan,} [Yusuf: 53]. Perban-yaklah puasa karena dia akan memberikan penjagaan diri (iffah). Maka secara umum: kuasailah hawa nafsumu, pelitlah kepada dirimu atas apa yang tidak halal bagimu, karena bersikap kikir terhadap diri sendiri berarti Inshaf (pertengahan) antara apa yang dia suka dan apa yang dia benci.

[11] Jujurlah kepada Allah atas perkara yang dibebankan kepadamu,
dan janganlah membebani diri sendiri dari yang bukan menjadi urusanmu, karena Allah tidak akan menanyakan hal itu, tapi jagalah kejujuran atas seluruh urusanmu, karena kejujuran adalah keselamatan dan kedustaan adalah kebinasaan. Rasulullah bersabda; “Cukuplah seorang disebut berdosa jika dia mengatakan setiap apa yang dia dengar”.

[12] Jadilah orang yang selalu sepakat dengan saudara-saudaramu dalam hal yang akan mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan diri dari maksiat,
perbanyaklah senyum di hadapan mereka, dan dengarlah orang yang lebih tua darimu, dan jika engkau melihat mereka sedang bekerja, maka ikutlah bersama mereka, karena sikap dudukmu di saat mereka bekerja akan membuat dada sempit. Jika saudaramu sedang merasa senang, maka merendah dirilah, dan bukan suatu keadilan sikap tergesa-gesa dalam menjatuhkan tuduhan.

13] Janganlah mencari-cari aib orang lain, terutama amirmu dan saudara-saudaramu, tutuplah aib mereka sesuai kemampuanmu, maka Allah akan menutup aibmu.
Dan janganlah berusaha menyingkap apa yang luput darimu tentang aib mereka. Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Jauhilah sikap berprasangka karena prasangka adalah ucapan paling dusta, janganlah saling membenci, janganlah saling memata-matai, jangalah saling mendengki, jangalah saling membelakangi, janganlah saling bermusuhan, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”.

Telah disebutkan oleh Imam Malik (rahimahullah), dia berkata: “Aku telah mendapati suatu kaum yang tidak memiliki aib, lalu mereka mencari-cari aib orang lain maka orang-orang pun menyebutkan aib mereka, dan aku dapati orang-orang yang memiliki aib tapi mereka diam dari aib orang lain, maka orang-orang pun diam dari aib mereka.”

[14] Ketahuilah wahai tentara Allah, aku dan kalian mendapatkan kemuliaan dengan tegaknya Daulah Islam di negeri dua aliran sungai
(Irak_nasihat ini disampaikan sebelum deklarasi Daulah Khilafah_pent) dan melindunginya, tapi ketahuilah bahwa daulah ini bukan Daulah Harun Ar-Rasyid sehingga kita bisa bercakap-cakap dengan awan sebagaimana dulu (maksudnya ketika mereka menginginkan hujan turun mereka cukup berdoa dan hujan akan segera turun atas negeri kaum muslimin, menandakan akan kemakmuran kekhilafahan saat itu), tapi ini adalah Daulah orang-orang lemah, kita khawatir terhadap musuh dan berjaga-jaga, sebagaimana dahulu para shahabat di Daulah Islam pertama kali di kota Madinah, mereka tidak men-inggalkan senjata mereka karena rasa khawatir, karena bisa jadi ada orang Yahudi yang menyusup dan masuk ke dalam benteng di dalamnya terdapat kaum wanita dan anak-anak, dan tidak ada yang akan membunuhnya kecuali wanita. Karena itu berlemah lembutlah kepada manusia dan berilah mereka perasaan akan manisnya Islam dan kemuliaannya, dan janganlah kalian memberikan rasa takut kepada mereka tentang Islam dan hukum-hukumnya. Dan jika terdapat hal-hal yang pahit atas saudara kita, maka berlakulah dengan sikap manis dan baik dari perkataan dan perbuatan sehingga mereka tidak merasakan pahitnya. Secara umum: Buatlah orang-orang cinta kepada agama mereka, hukum-hukumnya dan Daulah Islam, maka sebaik-baik hamba Allah adalah orang-orang yang mem-buat orang lain cinta kepada Allah dan membuat Allah cinta kepada hamba-Nya, mereka adalah orang yang berjalan di muka bumi dan gemar mem-beri nasihat.

[15] Shahib ibn Abbad berkata: “Menghormati sulthan adalah kewajiban yang ditekankan, dan terlebih atas orang yang menyaksikannya secara langsung”.
Maka jadikanlah dirimu merasakan penghormatan kepada Amirul Mukminin, karena (Rasulullah bersabda) “Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah dengan memuliakan orang yang telah lanjut usia dari kalangan muslim, dan memuliakan penguasa yang adil”. Mentaatinya selain pada kemaksiatan kepada Allah adalah kewajiban, baik dia seorang penguada yang baik atau pun buruk. Dan janganlah engkau menuduhnya tanpa hak, karena terkadang ia menjadi sebuah dosa besar yang membinasakan seorang hamba, dan di antara wasiat Aktsam ibn Shaifi: “Sedikitkanlah perselisihan dengan pemimpin kalian, karena tidak ada jama’ah bagi orang yang berselisih dengannya”.

[16] Serahkanlah dirimu kepada amirmu, dan sepakatlah kepada pandangan dan gagasannya, hingga tidak terjadi perselisihan pada suara kalian dan tidak terpecah belah barisan kalian,
selama hal itu adalah sekedar pandangan atau masalah ijtihadi atau ada kelapangan dalam syariat dan bukan sebuah kemaksiatan, dan selama engkau mencari pahala dari hal itu maka sesungguhnya pahala ada pada mendengar dan taat selama itu tidak menyelisihi syariat.

Janganlah engkau menyembunyikan suatu hal dari amirmu, yang engkau lihat terdapat kemashlahatan syar’i jika engkau menyebutkannya, seperti bahaya yang akan menimpa sebagian orang misalnya, karena dengan memberitahukannya adalah nasihat dan menyembunyikannya adalah kecurangan, dan ini bukanlah ghibah yang diharamkan atau namimah yang tercela, dengan syarat apa yang akan engkau sebutkan adalah hal yang telah engkau yakini kebenarannya atau menguasai persangkaanmu. Imam An-Nawawi berkata: “Jika ada kebutuhan yang mengharuskan hal itu maka itu tidak dilarang, seperti misalnya memberi tahu seorang imam, atau seseorang yang memiliki kekuasaan bahwa si fulan telah melakukan ini dan itu, dan berusaha melakukan sesuatu yang mengandung kerusakan, maka wajib bagi pemegang kekuasaan untuk menyingkap hal ini dan menghilangkannya, dan yang seperti ini bukanlah suatu yang haram, bahkan terkadang sebagian hal ini adalah wajib atau dianjurkan, sesuai dengan keadaan”.

Dan janganlah engkau menjadi pengkhianat, atau pelindung para pengkhianat, sungguh telah dikatakan; “Cukuplah seorang disebut pengkhianat ketika dia melindungi para pengkhianat”. Allah berfirman: {Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).} [An-Nisa: 83].

[17] Bersabarlah kepada pemimpin kalian walau mereka berbuat buruk, karena ini termasuk kewajiban agama.
Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Barangsiapa yang melihat dari pemimpin-nya sesuatu yang tidak dia suka, maka hendaknya dia bersabar atasnya”.

Dan inilah yang dikatakan oleh Ibnu Umar kepada Abdullah bin Muthi’ bin Aswad ketika dia melepas ketaatan kepada pemimpin saat itu, yakni Yazid, walaupun ketika itu terjadi kedzaliman darinya, seperti yang disebutkan di dalam Shahih Muslim: Datanglah Abdullah bin Umar (Radhiyallahu anhuma) menemui Abdullah bin Muthi’ ketika pada masa ke-jadian al-Harrah yang terjadi di masa Yazid bin Mu’awiyah dan berkata: “Hamparkanlah bagi Abu Abdurrahman bantal”. Abdullah bin Umar menjawab: “Aku mendatangimu bukan untuk duduk, tapi aku mendatangimu untuk menyampaikan sebuah hadits yang aku dengar dari Rasulullah (Shallallahu alaihi wa sallam) ketika bersabda: “Barangsiapa yang melepas tangannya dari ketaatan maka kelak akan bertemu Allah pada hari Kiamat tanpa memiliki hujjah, dan siapa yang mati sedang di lehernya tidak terdapat bai’at maka dia mati dalam keadaan jahiliah”.

Dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “Dan aku berpendapat bahwa jihad akan terus berlangsung bersama setiap imam, yang baik maupun yang fajir, dan aku berpendapat akan kewajiban mendengar dan taat kepada imam kaum muslimin, yang baik maupun yang fajir selama mereka tidak memerintah pada kemaksiatan kepada Allah”.

[18] Di bumi jihad mana pun kalian berada, maka kalian harus berjaga malam,
dan aku tidak membolehkan bagi tiga orang untuk tidur tanpa dia memiliki amir dan tidak ada yang berjaga, dan termasuk di antara wasiat Abu Bakar kepada salah satu koman-dannya: “Berjagalah dari sergapan musuh di malam hari, karena orang-orang Arab dapat menyergapmu tiba-tiba”. Dan jangnalah engkau sibuk ketika mendapat giliran berjaga malam, karena engkau sedang berada di garis depan (tsughur), takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah dalam menjaga saudaramu.

[19] Berlatihlah dan berlatihlah wahai saudara muslimku,
sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman: {Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari kuda-kuda yang tertambat} [Al-Anfal: 60] dan termasuk I’dad adalah berlatih olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan badan, dan gerakan-gerakan pertempuran. Telah dikatakan; “Segala sesuatu yang engkau cari di saat engkau membu-tuhkannya maka itu berarti telah terlambat, persiapkanlah sekarang untuk besok, sebelum engkau memasuki waktu esok”.

[20] Ribat dan ribatlah,
maknanya adalah ikatlah (kondisikanlah) dirimu untuk berjihad di jalan Allah, untuk menjaga perbatasan, memperbanyak pasukan, dan meneror musuh, walau engkau melakukan hal ini untuk waktu yang lama. Jika engkau berada di suatu tempat yang membuat musuh takut kepadamu dan engkau takut kepada musuh, maka itulah ribath. Allah berfirman: {Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.} [Ali Im-ran: 200]. Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Ribath sehari di jalan Allah lebih baik dari dunia dan seisinya”.

[21] Wahai saudaraku, janganlah engkau berharap bertemu musuh
– jika harapan ini berlandaskan karena sikap ‘ujub, bangga diri, atau percaya diri berlebihan, dan semisalnya. Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda: “Janganlah kalian berharap untuk bertemu musuh, dan mintalah kepada Allah keselamatan, namun apabila kalian bertemu mereka maka bersabarlah, dan ketahuilah bahwa surga di bawah naungan pedang”. Dan hendaknya kalian memanjatkan doa ketika bertemu dengan pasukan musuh, karena itu waktu mustajab, dan Nabi telah berdoa di saat perang Ahzab: “Ya Allah yang menurunkan kitab, menjalankan awan, yang menghancurkan ahzab (pasukan sekutu), hancurkanlah mereka dan tolonglah kami atas mereka”. Dan juga di antara doanya: “Ya Allah, Eng-kaulah penguatku dan penolongku, dengan-Mu aku bergerak, dengan-Mu aku menyerbu dan dengan-Mu aku berperang”.

[22] Beranikanlah hatimu, karena itu salah satu sebab kemenangan dan pertolongan,
dan ketahuilah bahwa latihan yang paling berat bagi tentara Allah adalah banyaknya peperangan dan kebiasaan akannya, dan perbanyaklah mengingat kedengkian musuh, karena itu akan membuatmu lebih berani untuk maju, dan ingatlah bahwa musuh telah memperkosa ibumu dan saudara perempuanmu, melarangmu shalat jum’at dan shalat berjama’ah, melarangmu bercocok tanam dan berjual beli, yang intinya tidak menyisakan sedikitpun untukmu bagian dien dan dunia.

[23] Jika engkau berjalan di daerah musuh maka engkau harus membawa penunjuk jalan
jika engkau tidak bisa mempelajari keadaan daerahmu dan daerah musuhmu, bawalah secukupnya bekal; senjata, makanan, dan obat-obatan. Janganlah engkau terpisah dari apa yang akan menolongmu dalam jihad, karena itu bergeraklah bersama senjatamu, jarummu, benangmu dan sentermu, bawalah secukupnya obat yang dapat mengobati luka dan mengurangi rasa sakit. Dan bawalah sedikit pakaian.

[24] Lakukanlah amalan shalih sebelum engkau berperang, karena sesungguhnya kalian memerangi manusia dengan amal kalian,
dan sebail-baik amal adalah yang menyatukan kalimat dan mengokohkan barisan. Allah berfirman: {Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.} [Ash-Shaf: 4]. Dan waspadalah dari perbedaaan niat, karena kalimat jika telah bersatu namun niatnya berbeda maka akan menuju kepada perpecahan di antara satu sama lain. Dan ketahuilah bahwa manusia tergantung kepada saudara-saudaranya, sebagaimana yang dikatakan dalam peribahasa: “Orang yang kalah adalah yang turun sendirian”.

[25] Jangan sekali-kali musuh membuatmu gentar.
Allah berfirman: {Berkatalah dua orang laki-laki di antara mereka yang bertakwa, yang telah diberi nikmat oleh Allah, “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (negeri) itu. Jika kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.”} [Al-Maidah: 23].

Dan ketahuilah bahwa kemenangan dan tamkin ada di tangan Allah semata. Allah berfirman {Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.} [Ali Imran: 160]. Ath-Thabari berkata di dalam tafsirnya: “Tidak ada yang dapat mengalahkanmu” mak-sudnya dari kalangan manusia, dia berkata: ‘Maka tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkan kalian jika kalian mendapat pertolongan dari-Nya, seandainya seluruh makhluk dari segala penjuru berkumpul untuk menyerangmu, maka janganlah engkau takut kepada musuh Allah lantaran sedikitnya jumlah kalian dan banyaknya jumlah mereka, selama engkau di atas perintah-Nya dan istiqamah di atas ketaatan kepada-Nya dan kepada rasul-Nya, maka kemenangan ada di fihak kalian dan kejayaan tidak akan bersama mereka”. Maka mintalah pertolongan kepada Allah dengan doa, dan mintalah bantuan kepada-Nya, dan di dalam ibadah doa terdapat pengaruh menakjubkan dalam kemenangan dan meluruskan niat. Allah berfirman: {Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.} [An-Naml: 62].

[26] Curahkanlah seluruh daya upayamu dalam memerangi musuh yang menyerang.
Janganlah engkau malas dan lemah, ini adalah dua penyakit berbahaya yang Nabi telah berlindung dari keduanya di dalam doanya, maka hendaknya kalian juga berlindung dari keduanya, dan ketahuilah bahwa pahala – dalam ibadah yang seperti ini – tergantung dari kadar kesusahannya. Allah berfirman: {dan tidaklah mereka memberikan infak, baik yang kecil maupun yang besar dan tidak (pula) melintasi suatu lembah (berjihad), kecuali akan dituliskan bagi mereka (sebagai amal kebajikan), untuk diberi balasan oleh Allah (dengan) yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.} [At-Taubah: 121]. Dan Rasulullah bersabda: “Semangatlah atas apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah bersikap lemah”.

[27] “Wahai Muslim, sesungguhnya kesabaran adalah kemuliaan, dan sesungguhnya kegagalan adalah kelemahan, dan sesungguhnya kemenangan itu bersama kesabaran”.
Sesungguhnya sifat pengecut sangat mematikan, dan semangat adalah pertahanan. Dan orang yang mati terbunuh dalam peperangan dalam keadaan mundur itu jauh lebih banyak dari pada orang yang terbunuh dalam keadaan maju. Sungguh merupakan kewajiban di awal masa Islam adalah seorang muslim tidak boleh lari lantaran musuh sepuluh kali lipat banyaknya, dan alangkah butuhnya kita akan hal ini hari ini. Allah berfirman: {Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah. Tempatnya ialah neraka Jahanam, dan seburuk-buruk tempat kembali.} [Al- Anfal: 16]. Maka kuatkanlah kesabaranmu bersama amirmu, dan sabarkanlah ia dalam peperangan dan ketika dua barisan telah beradu, sungguh mem-perkuat kesabaran adalah keharusan untuk meraih kemenangan, dan kesudahan dari sabar adalah ke-baikan, dan kesudahan dari sabar adalah kemenangan, dan tujuan itu tidak akan diraih hanya melalui angan-angan.

[28]Dianjurkan untuk bertakbir ketika menyaksikan musuh,
seperti yang disabdakan oleh Nabi (shallallahu alaihi wa sallam) ketika melihat penduduk Khaibar keluar membawa cangkul mereka; “Allahu Akbar – tiga kali – Khaibar akan runtuh, sesungguhnya kami ketika telah tiba di pelataran suatu kaum, maka alangkah buruk hari orang-orang yang telah diberi peringatan”. An-Nawawi erkata: “Di dalamnya ada anjuran untuk bertakbir ketika berhadapan dengan musuh”. Dan takbir merupakan salah satu keumuman dzikir kepada Allah yang dianjurkan ketika berhadapan dengan musuh.

Akan tetapi dalam riwayat Abu Musa Al-Asy’ari bahwa Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) tidak suka mengangkat suara ketika berperang. Dan dari Qais bin Ubbad berkata; “Bahwasanya para shahabat Nabi (Shallallahu alaihi wa sallam) tidak suka bersuara ketika berperang”. Dan telah berkata Utbah bin Rabi’ah kepada kawan-kawannya ketika melihat pasukan Rasulullah di perang Badar; “Tidakkah kalian melihat mereka…mereka bergu-mam seperti bergumamnya ular”. (Yakni tidak bersuara_pent). Dan ketika Aisyah (radhiyallahu anha) mendengar pasukannya bertakbir pada perang Ja-mal, dia berkata: “Janganlah banyak berteriak, karena banyaknya bertakbir ketika berhadapan dengan musuh termasuk kekalahan”. Dan berdzikir dengan suara pelan itulah yang dianjurkan, kecuali ketika mundur

[29] Jangan berbuat ghulul (mencuri/berkhianat) sedikit pun dalam ghanimah.
Allah berfirman: {Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu.} [Ali Imran: 161]. Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas (Radhiyallahu anhuma) berkata: “Tidaklah perbuatan ghulul terjadi pada suatu kaum, kecuali akan ditanamkan ke dalam hati mereka rasa takut”.

[31] Wasiat Allah telah mengumpulkan bagi kita adab-adab berperang,
Allah berfirman: {Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdoa) agar kamu beruntung. Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.} [Al-Anfal: 45-46].
Begitu juga wasiat Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam): “Berperanglah di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah, janganlah berbuat ghulul (mencuri ghanimah), janganlah berkhi-anat, dan janganlah mencincang mayat…”

[31] Berdoalah dan berdoalah untuk amirul mukminin tanpa sepengetahuannya (dzahril ghaib),
kemudian untuk saudara-saudaramu yang malang. Barangsiapa yang sayang kepada saudaranya dan agamanya maka janganlah luput untuk mendoakannya di waktu penghujung malam, di saat sujud, di saat adzan, dan yang terpenting di saat berhadap-hadapan dengan musuh. Berkata Fudhai bin Iyadh: “Jika aku memiliki kesempatan satu doa yang pasti dijawab, maka aku tidak akan menjadikannya kecuali untuk pemimpin, karena jika dia baik maka akan suburlah negeri dan amanlah para manusia”, lalu Ibnu al-Mubarak mencium kepalanya dan men-gatakan: “Tidak ada seseorang selainmu yang bisa berbuat baik seperti ini”.

Dan sesungguhnya aku akan berdoa, maka aminilah oleh kalian:

Ya Allah, karuniakanlah aku keikhlasan dalam perkataan dan perbuatan, 
ya Allah teguhkanlah aku di atas kebenaran dan luruskanlah pandanganku, 
ya Allah lembutkanlah hatiku untuk orang-orang yang taat kepada-Mu dan menetapi kebenaran, dan karuniakanlah sikap kasar dan keras kepadaku atas musuh-musuh-Mu. 
Ya Allah aku adalah orang yang lemah untuk melaksanakan ketaatan kepada-Mu, maka karuniakanlah aku semangat dan kekuatan untuknya, dan janganlah Engkau jadikan aku orang-orang yang lalai. 
Ya Allah jadikanlah aku orang yang besar dalam pandangan-Mu, orang yang hina dalam pandanganku, dan orang yang dicinta dan pemurah di sisi saudara-sadaraku. 
Ya Allah lindungilah aku dari menjadi tawanan, dan karuniakanlah aku kesyahidan di jalan-Mu, jangan cabut nyawaku secara tiba-tiba, dan perbaikilah akhir dari setiap urusanku, 
wahai yang Maha Mebolak-balikkan Hati.


Saudaramu
Abu Hamzah Al-Muhajir
1 Ramadhan 1428 H

Dabiq 06


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...