7/23/2019

BERPALING DARI DIENULLAH


Pembatal Keislaman Kesepuluh:
Berpaling dari DienuIIah

SYAIKH -RAHIMAHULLAH BERKATA: “BAHWA PEMBATAL KEISLAMAN KESEPULUH ADALAH: BERPALING DARI DINULLAH (AGAMA ALLAH, ISLAM);
TIDAK MAU MEMPELAJARINYA DAN TIDAK MAU MENGAMALKANNYA.

Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala :

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِأَيَتِ رَبِّهِ ثُمَّ اعْرَضَ عَنْهَأ إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِيْنَ مُنْتَقِمُونَ

Dan siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling dari padanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa
(As-Sajdah : 22).

Yang dimaksudkan dengan berpaling yang merupakan salah satu dari pembatal keislaman itu adalah berpaling dan mempelajari pokok agama yang denganya seseorang menjadi muslim, sekalipun ia jahil (tidak tahu) tentang hal-hal yang bersifat rinci, karena hal ini kadang hanya dapat dipenuhi oleh para ulama dan penuntut ilmu agama.

AI-Allamah As-Syaikh Abdul Lathif bin Abdur Rahman bin Hasan pernah ditanya tentang masalah “berpaling” yang menjadi salah satu dan pembatal keislaman, lalu beliau menjawab : “Sesungguhnya keadaan orang itu satu sama lain berbeda-beda dengan perbedaan yang besar.

Perbedaan mereka itu sesuai dengan perbedaan tingkatan-tingkatan mereka dalam keimanan. Jika pokok keimanan itu ada, dan sesuai dengan tingkat penyepelean yang dilakukan. Adapun soal syirik itu sudah merupakan persoalan lain yang bukan termasuk hal-hal yang wajib atau mustahab (sunnah). Adapun jika pokok keimanan yang menjadikan seseorang itu masuk ke dalam Islam itu tidak ada, dan ia berpaling dan pokok keimanan ini secara penuh, maka ia berarti telah kafir dalam bentuk kekufuran yang disebut kufur i’radh. Termasuk dalam kategori ini adalah orang yang disebut oleh Allah melalui firman-Nya:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ

DAN SESUNGGUHNYA KAMI JADIKAN UNTUK ISI NERAKA JAHANAM KEBANYAKAN DAN JIN DAN MANUSIA
(AI-A’raf: 179).


Dan juga firman Allah Ta’ala :

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْري فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

BARANGSIAPA BERPALING DAN PERINGATAN-KU, MAKA SESUNGGUHNYA BAGINYA PENGHIDUPAN YANG SEMPIT.”
(Thaha : 124).

As-Syaikh Al-Allamah Sulaiman bin Samhan berkata: Dari perkataan Syaikh itu jelaslab bahwa seseorang itu tidak bisa dikafirkan kecuali karena berpaling dan mempelajari “pokok” yang dapat memasukkan manusia ke dalam Islam, bukan dikarenakan meninggalkan kewajiban-kewajiban dan perkara-perkara yang mustahab (sunnab)” [Ad—Durar As-Saniyah’(X : 472-473)]

Al-Allamah Ibnul Qoyyim –Rahimahullah- dalam kitab “Madarij-As-Salikin” berkata: “Kufur akbar itu ada lima macam.” Setelah menyebutkan masing-masing, maka selanjutnya Ibnul Qoyyim berkata: “Yang namanya kufur i’radh itu adalah berpalingnya seseorang dengan telinga dan hatinya dari Rasul; tidak membenarkannya dan tidak pula mendustakannya, tidak membelanya dan tidak pula memusuhinya, dan tidak mau sama sekali mendengarkan ajaran yang dibawa oleh Rasul.”

Dari penjelasan tentang makna i’radh (berpaling) ini, maka jelaslah bagi anda tentang hukum kebanyakan dari para penyembah kubur di zaman kita sekarang ini maupun di zaman sebelumnya. Mereka sesungguhnya berpaling secara penuh dengan pendengaran maupun hati mereka dari ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam Mereka tidak mau mendengarkan nasehat orang yang memberinya nasehat, dan tidak mau mendengarkan petunjuk (arahan) orang yang memberi petunjuk. Semacam mereka itulah orang-orang yang kafir disebabkan keberpalingan mereka.

Allah Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

Dan Orang-orang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.“ (Al-Ahqaf : 3)

Tidak bisa dikatakan bahwa mereka itu orang-orang bodoh sehingga tidak boleh dikafirkan lantaran kebodohan mereka itu. Sebab, yang namanya orang bodoh (jahil) itu tentunya jika telah dijelaskan kepadanya tentang kesalahannya, maka ia akan patuh kepada kebenaran dan kembali dan (meninggalkan) kebatilan. Sedangkan mereka itu terus-terusan dalam menyembah berhala dan tidak mau mendengarkan firman Allah maupun sabda RasulNya, serta menolak petunjuk orang-orang yang memberi nasehat, dan barangkali mereka justru akan menentang dengan menyakiti orang  yang mengingkari kebatilan dan dosa-dosa mereka, padahal hujjah telah ditegakkan atas mereka, maka tak ada alasan lagi bagi mereka kecuali sikap membangkang itu.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِأَيَتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَأ إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ


DAN SIAPAKAH YANG ZEBIH DZALIM DARIPADA ORANG YANG TELAH DIPERINGATKAN DENGAN AYAT-AYAT RABBNYA,
KEMUDIAN IA BERPALING DARIPADANYA,
SESUNGGUHNYA KAMI AKAN MEMBERIKAN PEMBALASAN KEPADA ORANG-ORANG YANG BERDOSA”.
(As-Sajadah : 22)




Tentang Hukum Orang yang Bercanda,
yang Serius, yang Takut dan Orang yang Dipaksa Berkaitan dengan Pembatal-Pembatal Keislaman.

Selanjutnya Syaikh -Rahimahullah-, setelah menuturkan sepuluh pembatal keislaman ini, berkata:
SELURUH PEMBATAL YANG ADA INI BERLAKU BAGI SETIAP MANUSIA TANPA MEMBEDA-BEDAKAN ANTARA ORANG YANG SEKEDAR BERCANDA (MAIN-MAIN), ATAU SERIUS ATAU KARENA TAKUT[TAKUT HARTA DAN PANGKAT /KEHORMATAN] PENGECUALIAN HANYA BERLAKU BAGI ORANG YANG DI PAKSA.”

Dalil tentang adanya udzur bagi orang yang dipaksa ini adalah firman Allah Ta’ala :

مَن كَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنۡ أُكۡرِهَ وَقَلۡبُهُۥ مُطۡمَئِنُّۢ بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِٱلۡكُفۡرِ صَدۡرٗا فَعَلَيۡهِمۡ غَضَبٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١٠٦

“BARANGSIAPA YANG KAFIR KEPADA ALLAH SESUDAH DIA BERIMAN (DIA MENDAPAT KEMURKAAN ALLAH),
KECUALI ORANG YANG DIPAKSA KAFIR PADAHAL HATINYA TETAP TENANG DALAM BERIMAN (DIA TIDAK BERDOSA),
AKAN TETAPI ORANG YANG MELAPANGKAN DADANYA UNTUK KEKAFIRAN,
MAKA KEMURKAAN ALLAH MENIMPANYA
DAN BAGINYA AZAB YANG BESAR.”
(An-Nahl: 106).

Bentuk paksaan itu bisa berupa perkataan maupun perbuatan. Adalah keliru orang yang mengatakan bahwa tidak ada istilah paksaan dalam hal perbuatan. Sebab, pendapat ini menyelisihi zhahirnya ayat di atas.

Kemudian Syaikh -Rahìmahullah- berkata: “Kesemuanya (pembatal keislaman) itu termasuk bahaya yang paling besar dan paling banyak terjadi”



Wallahu A‘lam.




Source:
Judul Ash   : At-Tibyan, Syarh Nawaqidh Al Islam li Al-Imam Mujaddid Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab -Rahimahullah

Penyusun    : Sulaiman bin Nashir bin Abdullah Al Ulwan

Penerbit    : Darul Muslim, Riyadh

Cetakan     : tahun 1417 H. / 1996 M.

Edisi Indon : Penjelasan Tentang Pembatal Keislanan

Penerjemah : Abu Sayyid Sayyaf




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...