S A B A R Oleh :Ibnu Qayyim AI-Jauziyah
Menurut Al-Imam Ahmad, kata sabar disebutkan di dalam
AI-Qur’an di tujuh puluh tempat. Menurut ijma’ ulama umat, sabar ini Wajib,
dan merupakan separoh iman. Karena Iman itu ada dua Paroh; separoh adalah sabar
dan separoh lagi adalah syukur. Sabar ini disebuthan dalam AI-Qur’an
dalam enam belas versi:
1.
Perintah
sabar, seperti firman-Nya,
وَاسْتَعِيْنُوا بَالصَّبْرِ
وَالصَّلَوةِ
“Dan, mintalah; pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan sholat.“
(AlBaqarah: 45).
2.
Larangan
melakukan sebaliknya, seperti firman-Nya,
“Dan, janganlah kalian bersikap lemah dan janganIah (pula)
kalian bersedih hati.” (Ali Imran: 139).
Sikap lemah dan selalu bersedih hati artinya tidak sabar.
Karena itu dilarang.
3.
Pujian
terhadap pelakunya, seperti firman-Nya,
وَالصَّبِرِيْنَ
فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ, أُولَئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُونَ
“Dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang bersabar (imannya), dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa. “ (AI-Baqarah: 177).
4.
Keharusan
sabar karena Allah mencintainya, seperti firman-Nya,
“Dan, Allah; mencintai orang-orang yang sabar. “
(AI-Baqarah: 146).
5. Allah bersama orang-orang yang
sabar,
dan ini merupakan kebersamaan secara khusus, yang berarti
menjaga, melindungi dan menolong mereka, bukan sekedar kebersamaan secara umum,
seperti firman-Nya,
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّبِرِينَ
“Dan, bersabarlah
kalian, karena Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Al-Anfal: 46).
6. Pengabaran Allah bahwa sabar ini
lebih baik bagi para pelakunya, seperti firman-Nya,
“Tetapi jika kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang sabar. “ (An-Nahl: 126).
7. Allah memberikan balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik, seperti firman-Nya,
“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (An-Nahl: 96).
8. Orang-orang yang sabar diberi
balasan tanpa batas, seperti firman-Nya,
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
pada mereka tanpa batas. “ (Az-zumar: 10).
9. Orang-orang yang sabar mendapatkan
kabar gembira, seperti firman-Nya,
“Dan sunguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, iwa dan buah-buahan. Dan,
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. “ (Al-Baqarah: 155).
10. Jaminan pertolongan bagi orang-orang
yang sabar, seperti firman-Nya,
“Ya (cukup), jika kalian bersabar dan bertakwa, dan mereka
datang, menyerang kalian dengan seketika itu )uga, niscaya Allah menolong kalian
dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.“ (Ali lmran: 125).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرُ مَعَ الصَّبْرِ
“Dan ketahuilah bahwa pertolongan itu
beserta kesabaran.”
11. Pengabaran dari Allah bahwa
orang-orang yang sabar adalah orang-orang yang mulia, seperti firman-Nya,
“Tetapi orang yang sabar dan memaafkan, sesungguhnya
(perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan. “ (Asy-Syura:
43).
12. Pengabaran dari Allah bahwa pahala
amal shalih hanya layak diperoleh orang-orang yang sabar, seperti firman-Nya:
“Kecelakaan yang besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah
lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan tidak diperoleh
pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar. “ (Al-Qashash.: 80).
13. Pengabaran bahwa hanya orang-orang
yang bersabarlah yang bisa mengambil pelajaran dan manfaat dari ayat-ayat Allah,
seperti firman-Nya,
“Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang, dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Alflah. Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang
penyabar dan banyak bersyukur.“ (Ibrahim: 5).
14. Pengabaran bahwa keberuntungan yang diharapkan,
keselamatan dari sesuatu yang ditakuti dan masuk surga, diperoleh orang-orang
yang memperolehnya karena kesabaran mereka, seperti firman-Nya,
“Dan, para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua
pintu (sambil, mengucapkan), ‘Keselamatan bagi kalian; berkat kesabaran kalian
Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. “ (Ar-Ra’d: 24).
15. Sabar mempusakakan derajat kepeloporan
dan kepemimpinan. Saya pernah mendengar Syaikhul-lslam berkata, “Dengan
kesabaran dan keyakinan dapat diperoleh kepemimpinan dalam agama.” Lalu Dia
membawa ayat,
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar, dan mereka
meyakini ayat-ayat Kami.“ (As-Sajdah: 24).
16. Allah mengaitkan kesabaran dengan
berbagai poSisi dalam Islam, iman, keyakinan, takwa, tawakkal, syukur, amal
shalih, rahmat dan lain sebagainya.
Karena itu sabar termasuk bagian dari iman, seperti
kedudukan kepala dan tubuh. Tidak ada artinya iman bagi seseorang yang tidak
memiliki kesabaran, sebagaimana tidak ada artinya tubuh tanpa kepala. Umar bin
AI-Khaththab berkata, “Hidup yang paling baik ialah yang kami lalui dengan
kesabaran.”
Di dalam sebuah hadits disebutkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
عَجَبًا
لِلْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلُّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لَأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“SUNGGUH MENAKJUBKAN
URUSAN ORANG MUKMIN.
SESUNGGUHNYA SEMUA
URUSANNYA MERUPAKAN KEBAIKAN BAGINYA,
DAN YANG DEMIKIAN ITU
TIDAK DIMILIKI KECUALI ORANG MUKMIN SAJA.
JIKA MENDAPAT
KESENANGAN, DIA BERSYUKUR,
MAKA ITU MERUPAKAN
KEBAIKAN BAGINYA,
DAN JIKA DITIMPA
PENDERITAAN, DIA SABAR,
MAKA ITU MERUPAKAN
KEBAIKAN BAGINYA.“
Ada seorang wanita yang menderita sakit ayan. Lalu dia ,meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar berdoa bagi kesembuhannya. Maka beliau bersabda, “Jika engkau ingin, maka engkau bisa bersabar dan engkau mendapatkan surga, dan jika engkau ingin, maka aku bisa berdoa kepada Allah agar memberikan afiat kepadamu.” Maka wanita itu berkata, “Aku sudah membuka kekuranganku. Maka berdoalàh kepada Allah agar tidak membuka kekuranganku di akhirat.” Maka beliau berdoa baginya.
Beliau memerintahkan orang-orang Anshar untuk bersabar menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkan sepeninggal beliau, hingga mereka bersua beliau di liang kubur. Beliau jugá memerintahkan untuk sabar saat berhadapan dengan musuh dan sabar saat ditimpa musihah.
Beliau memerintahkan orang yang ditimpa musibah agar melakukan hal yang paling bemanfaat baginya, yaitu sabar dan mencari ridha Allah, karena yang demikian itu akan meringankan musibahnya dan melipat gandakan pahalanya. Mengeluh dan gundah hati justru membuat musibah itu terasa semakin berat dan menghilangkan pahala.
Sabar menurut pengertian bahasa adalah menahan atau
bertahan. Jika dikatakan, “Qutila Fulan Shabran’” artinya Fulan terbunuh
karena hanya bertahan. Jadi sabar artinya menahan diri dari rasa gelisah, cemas
dan amarah; menahan lidah dan keluh kesah; menahan anggota tubuh dari
kekacauan.
Sabar Ini Ada Tiga Macam:
►
Sabar
dalam ketaatan kepada Allah,
►
Sabar
dari kedurhakaan kepada Allah, dan
►
Sabar
dalam ujian Allah.
Dua macam yang pertama merupakan kesabaran yang berkaitan
dengan tindakan yang dikehendaki dan yang ketiga tidak berkait dengan tindakan yang
dikehendaki. Saya pernah mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata,
“Kesabaran Yusuf menghadapi rayuan istri Tuannya lebih sempurma daripada
kesabaran beliau saat dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, saat
dijual dan saat berpisah dengan bapaknya. Sebab hal-hal ini terjadi di luar
kehendaknya, sehingga tidak ada pilihan lain bagi hamba kecuali sabar menerima
musibah. Tapi kesabaran yang memang beliau kehendaki dan diupayakannya saat
menghadapi rayuan istri Tuannya, kesabaran memerangi nafsu, jauh lebih sempurna
dan utama, apalagi di sana banyak faktor yang sebenarnya menunjang untuk memenuhi
rayuan itu, seperti keadaan beliau yang masih bujang dan muda, karena pemuda lebih
mudah tergoda oleh rayuan. Keadaan beliau yang terasing, jauh dari kampung
halaman, dan orang yang jauh dari kampung halamannya tidak terlalu merasa
malu. Keadaan beliau sebagai budak, dan
seorang budak tidak terlalu peduli seperti halnya orang merdeka. Keadaan istri
tuannya yang cantik, terpandang dan tehormat, tanpa ada seorang pun yang
melihat tindakannya dan dia pula yang menghendaki untuk bercumbu dengan beliau.
Apalagi ada ancaman, seandainya tidak patuh, beliau akan dijebloskan ke dalam
penjara dan dihinakan. Sekalipun begitu beliau tetap sabar dan lebih mementingkan
apa yang ada di sísi Allah.”
Ibnu Taimiyah juga pernah berkata,
“Sabar dalam melaksanakan ketaatan lebih baik daripada
sabar menjauhi hal-hal yang haram. Karena kemaslahatan melakukan
ketaatan lebih disukai Allah daripada kemaslahatan meninggalkan kedurhakaan,
dan keburukan tidak taat lebih dibenci Allah daripada keburukan adanya
kedurhakaan.”
Ada
tiga jenis lain dari sabar, yaitu:
1. Sabar karena pertolongan Allah. Artinya mengetahui bahwa
kesabaran itu berkat pertolongan Allah dan Allahlah yang memberikan kesabaran,
sebagaimana firman-Nya,
“Bersabarlah (Hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu
melainkan dengan pertolongan Allah. “ (An-Nahl: 127).
Jika Allah tidak membuat beliau sabar, maka beliau tidak
akan sabar
2. Sabar karena
Allah. Artínya pendorong sabar adalah cinta kepada Allah, mengharapkan
Wajah-Nya dan taqarrub kepada-Nya, bukan untuk menampakkan kekuatan jiwa dan
ketahanan kepada manusia atau tujuan-tujuan lain.
3. Sabar beserta ‘Allah. Artínya perjalanan hamba bersama
kehendak Allah, yang berkaitan dengan hukum-hukum agama, sabar dalam melaksanakan
hukum-hukum itu dan menegakkannya.
Banyak definisi dan pengertian yang dibuat para ulama dan
orang-orang salaf tentang sabar. Yang pasti Allah telah memerintahkan kesabaran
yang baik, pengampunan yang baik dan penghindaran yang baik didalam Kitab-Nya.
Saya pernah mendengar lbnu Taimiyah herkata, “Kesabaran yang baik ialah yang
tidak disertai pengaduan, pengampunan yang baik ialah yang tidak disertai
celaan, dan penghindaran yang baik ialah yang tidak disertai ucapan yang
menyakitkan.”
Pengaduan kepada Allah tidak menafikan kesabaran, karena
Ya’qub Alaihis Salam telah berjanji untuk bersabar dengan baik, dan seorang
nabi tidak akan mengingkari janjinya. Namun beliau tetap mengadu kepada Allah,
إَنَّمَا أَشْكُوا بَثِّي وَحَزْنِي إِلَى اللهِ وَاعْلَمُ
مِنَ اللهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan
dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah; apa yang kalian tidak mengetahuinya.”
(Yusuf: 86).
Yang benar, mengadukan Allah dapat menafikan kesabaran, dan bukan
pengaduan kepada Allah.
Pengarang Manazilus-Sa’irin berkata, “Sabar artinya menahan
diri dalam menghadapi hal-hal yang tidak disenangi dan membelenggu lisan agar
tidak mengadu, ini merupakan tempat persinggahan yang paling sulit bagi orang
awam dan jalan cinta yang paling terjal serta jalan tauhid yang paling
diingkari.
Dikatakan sulit bagi orang awam, karena orang awam barú
memulai perjalanan dan belum terlatih untuk menempuh satu etape-pun. Jika dia
mendapat ujian, maka dia mudah gundah dan sulit menghadapi musibah, sehingga
berat untuk sabar. Dia belum terlatih sehingga sulit untuk sabar, dan dia bukan
termasuk orang yang mencintai sehingga sulit menerima musibah dengan penuh
keridhaan terhadap kekasih yang dicintainya.
Dikatakan jalan cinta yang paling terjal, karena cinta ini
mengharuskan adanya kesukaan orang yang mencintai dalam menghadapi cobaan dari
kekasihnya. Sementara sabar mengharuskan adanya kebencian terhadap hal itu dan keterpaksaan
menahan diri saat menghadapìnya. Maka sabar merupakan jalan cinta yang paling
terjal.
Dikatakan jalan tauhid yang paling diingkarì, karena di dalam
sabar terdapat kekuatan pengakuan. Orang sabar mengaku memiliki keteguhan hati
yang kuat. Berarti hal ini harus berbenturan dengan kemurnian tauhid. Sebab
pada hakikatnya tidak seorang pun memiliki kekuatan. Semua kekuatan hanya milik
Allah. Itulah sebabnya maka sabar merupakan sesuatu yang diingkari di jalan
tauhid, dan bahkan sabar merupakan kemungkaran yang paling diingkarì. Tauhid
mengembalikan segala sesuatu kepada Allah dan sabar mengembalikan segala
sesuatu kepada diri sendiri. Keteguhan hati dalam tauhid adalah sesuatu yang
harus diingkari.
Perkataannya yang terakhir ini tidak bisa diterima. Yang
benar, sabar merupakan tempat persinggahan yang paling kuat di jalan cinta dan
merupakan keharusan bagi orang-orang yang mencintai serta merupakan hasrat yang
paling dibutuhkan dalam setiap etape perjalanan. Kebutuhan orang yang mencintai
terhadap kesabaran ini sangat urgen. Maka hanya para wali Allah dan para
kekasih-Nya yang disifati Allah sebagai orang-orang yang sabar.
Menurut pengarang Manazilus-Sa’irin, ada tiga derajat sabar,
yaitu:
1. Sabar dalam menghindari
kedurhakaan, dengan memperhatikan peringatan, tetap teguh dalam iman dan
mewaspadai hal yang haram. Yang lebih baik lagi adalah sabar menghindari
kedurhakaan karena malu.
Ada dua sebab dan dua faidah sabar dalam menghìndari
kedurhakaan.
Dua sebabnya adalah:
Dua sebabnya adalah:
- Takut terjadinya peringatan, sebagai akibat dari
kedurhakaan itu.
- Malu terhadap Allah, karena nikmatNya dibalas dengan kedurhakaan.
- Malu terhadap Allah, karena nikmatNya dibalas dengan kedurhakaan.
Adapun dua faidahnya adalah:
- Tetap teguh dalam iman.
- Mewaspadai hal—hal yang haram.
- Mewaspadai hal—hal yang haram.
Memperhatikan peringatan dan takut kepadanya membangkitkan kekuatan
iman terhadap pengabaran dan pembenaran kandungannya. Sedangkan malu terhadap
Allah membangkitkan kekuatan ma’rifat dan mempersaksikan makna-makna asma’ dan
sifat-Nya. Yang lebih baik lagi jika pendorongnya adalah cinta, sehingga
seorang hamba tidak mendurhakai-Nya karena cinta kepada-Nya. Sedangkan keteguhan
dalam iman mendorong untuk meninggalkan kedurhakaan.
Sebab kedurhakaan pasti akan mengurangi iman atau bahkan
menghilangkannya sama sekali, memadamkan cahayanya, melemahkan kekuatannya dan
mengurangi buahnya. Sedangkan mewaspadai hal-hal yang haram merupakan kesabaran
meninggalkan hal-hal yang mubah, sebagai kehati-hatian agar tidak menjurus
kepada yang haram.
2. Sabar dalam ketaatan, dengan
menjaga ketaatan itu secara terus menerus, memeliharanya dengan keikhlasan dan
membaguskannya dengan ilmu.
Pernyataan pengarang Manazilus Sa’irin ini menunjukkan bahwa
ketaatan yang dilakukan dapat menjadi pendorong untuk meninggalkan kedurhakaan,
sehingga kesabaran dalam melaksanakan ketaatan ini setingkat lebih tinggi
daripada kesabaran meninggalkan kedurhakaan. Yang benar, dan seperti yang telah
dijelaskan di atas, meninggalkan kedurhakaan hanya sekedar menyempurnakan
ketaatan.
Syaikh menyebutkan bahwa sabar dalam derajat ini dilakukan
dengan tiga cara: Terus-menerus taat, ikhlas dalam ketaatan dan melaksanakannya
menurut ilmu atau membaguskannya dengan ilmu. Ketaatan menjadi mundur jika
kehilangan salah satu dari tiga perkara ini. Jika seorang hamba tidak menjaga
ketaatan secara terus-menerus, maka Ia akan menggugurkan ketaatan itu. Jika dia
menjaganya terus-menerus, maka di hadapannya ada dua perintang: Tidak ikhlas,
seperti dimaksudkan karena selain Allah, dan pelaksanaannya yang tidak
berdasarkan ilmu, seperti tidak mengikuti Assunnah.
3. Sabar dalam musibah, dengan
memperhatikan pahala yang baik, menunggu rahmat jalan keluar, meremehkan
musibah sambil menghitung uluran karunia dan mengingat nikmat-nikmat yang telah
lampau.
Inilah tiga pakaian kesabaran yang dapat dikenakan seorang
hamba ketika mendapat musibah :
Pertama,
memperhatikan pahala yang baik. Seberapa jauh perhatian, pengetahuan dan
keyakìnannya terhadap pahala ini, maka sejauh itu pula dia akan merasa ringan
dalam memikul beban musibah, karena dia merasa akan mendapatkan pengganti. Hal
ini seperti orang yang sedang membawa beban yang amat berat, dan dia melihat
hasil dan keuntungan yang baik, pada akhirnya. Jika tidak demikian, maka banyak
kemaslahatan dunia dan akhirat yang akan terbuang sia-sia. Seorang hamba lebih
suka mengemban beban dunia karena ingin mendapatkan hasil di akhirat. Sementara
jiwa lebih menyukai kesenangan yang ada di dunia. Tapi akal yang sehat lebih
condong ke hasil di kemudian hari.
Kedua,
menunggu rahmat jalan keluar atau kenikmatannya. Menunggu-nunggu kenikmatan
jalan keluar dan musibah dapat meringankan beban musibah dan kesulitan yang
sedang dihadapi, apalagi jika disertai kekuatan harapan dan usaha mencari jalan
keluar.
Ketiga,
meremehkan musibah, yang dapat dilakukan dengan dua cara: menghitung karunia
Allah yang telah dilimpahkan kepadanya, dan mengingat-ingat nikmat Allah yang
pernah diterimanya. Yang pertama berkaitan dengan keadaan dan yang kedua
berkaitan dengan masa lampau.
Pengarang Manazilus-Sa’irin, mengatakan, “Sabar yang paling
lemah ialah sabar karena Allah. Ini merupakan kesabaran orang-orang awam. Di
atasnya adalah sabar berkat pertolongan Allah. Ini merupakan kesabaran
orang-orang yang menghendaki Allah. Di atasnya adalah sabar menurut hukum
Allah. ini merupakan kesabaran orang-orang yang berjalan kepada Allah.
Kesabaran karena Allah yang merupakan kesabaran orang-orang
awam ialah kesabaran mengharapkan pahala-Nya dan takut siksaNya. Kesabaran
orang-orang yang mengharapkan Allah adalah kesabaran berkat kekuatan dan
pertolongan dan Allah. Dua golongan ini tidak melihat ada kesabaran pada
dirinya dan tidak pula mempunyai kekuatan untuk sabar Di atasnya adalah kesabaran
menurut hukum Allah. Artinya dia sabar mendapatkan hukum-hukum yang berlaku
bagi dirinya, yang disukai maupun yang dibencinya.
Menurut pengarang Manazilus-Sa‘irin, kesabaran karena Allah
merupakan kesabaran yang paling lemah. Yang benar, Sabar karena Allah lebih
tinggi daripada Sabar berkat pertolongan Allah. Karena sabar karena Allah
berkaitan dengan Uluhiyah-Nya, sedangkan sabar berkat pertolongan Allah
berkaitan dengan Rububiyah-Nya. Apa-apa yang berkait dengan Uluhiyah-Nya lebih
sempurna daripada apa-apa yang berkait dengan Rububiyah-Nya. Di samping itu,
sabar karena Allah merupakan cermin ibadah, dan sabar berkat pertolongan Allah
merupakan permohonan uluran pertolongan dari-Nya. lbadah merupakan tujuan dan
permohonan pertolongan merupakan sarana. Sabar berkat pertolongan Allah menjadi
hak persekutuan bagi orang Mukmin dan kafir, orang baik dan orang buruk. Setiap
orang yang mempersaksikan hakikat alam tentu mendapatkan kesabaran dari Allah.
Sedangkan sabar karena Allah merupakan tempat persinggahan para nabi, rasul,
shiddiqin dan orång-orang yang mengamalkan iyyaka na’budu wa iwaka nasta’in.
Sabar menurut hukum-hukum Allah artinya sabar menerima
takdir-Nya. Sabar ini ditempatkan pada tingkatan ketiga dan yang paling tinggi.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, sabar dalam ketaatan dan sabar menjauhi
kedurhakaan, lebih sempurna daripada kesabaran menerima takdir-Nya, seperti
kesabaran Yusuf Alaihis-Salam. Kesabaran beliau dengan tetap menjaga ketaatan
dan menjauhi kedurhakaan merupakan kesabaran atas pilihan sendiri, karena cinta
kepada Allah. Sedangkan kesabaran menerima hukum-hukum Allah merupakan
kesabaran yang pasti dan tidak bisa dihindari. Tentu saja àda perbedaan di
antara keduanya.
Source:
Madarijus-Salikin
(Pendakian Menuju Allah)
Penulis
: Ibnu Qayyim AI-Jauziyah;
penerjemah: Kathur Suhardi; -Cet. 1
Jakarta: Pustaka A1.-Kautsar, 1998.
penerjemah: Kathur Suhardi; -Cet. 1
Jakarta: Pustaka A1.-Kautsar, 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar