7/18/2019

KISAH SYUHADAA


Sang Komandan Mulia
Abul Mughirah Al Qahtani
–taqobbalahullah–
Tetap teguh sampai mati...

Orang-orang yang tak mengetahui, mengira bahwa tamkin, penegakkan Dien, dan kehancuran atas orang-orang kafir yang berhasil dicapai oleh Daulah Islamiyah muncul dalam sekejap mata. Mereka menyangka semua itu diraih dengan begitu mudah. Itu lantaran ketidak-tahuan mereka akan sejarah Daulah Islamiyah, dimana badai fitnah dan ujian terus menerpanya sebagai bentuk penyaringan dari Allah, sampai akhirnya Dia jadikan kemudahan setelah kesusahan, Allah teguhkan kedudukan hamba-hambaNya yang lemah itu dan diwariskannya tanah serta rumah orang-orang kafir, dan Allah jadikan mereka imam yang memberi petunjuk dengan perintahNya ketika mereka bersabar dan yakin akan kebenaran janji Allah berupa kemenangan atas orang-orang musyrik.

Siapapun yang membuka-buka lembaran sejarah Daulah Islamiyyah, para tentara dan komandannya, niscaya akan melihat hal yang sangat menakjubkan, kesabaran mereka yang luar biasa meski dahsyatnya ujian, keyakinan mereka yang tinggi meski fitnah berjejalan, keteguhan mereka di atas jalan meski banyaknya para penggembos, dan kuatnya kesabaran mereka dalam memerangi kaum musyrikin meski kepayahan dan luka parah. Diantara para pahlawan itu adalah komandan kita yang mulia ini,yang tidak pernah lemah sedikitpun dalam memerangi musuh-musuh Allah ‘azza wa jalla sampai akhirnya Dia berkenan mencabut ruhnya sebagai seseorang yang syahid di jalanNya –beginilah kami mengira– setelah Allah menimpakan berbagai macam adzab kepada Salibis, Rofidhoh, dan orang-orang murtad lewat tangannya, dimana dengan aksinya itu Allah melegakan hati orang-orang yang beriman.

Allah cabut ruhnya setelah lewat tangannya pula panji tauhid berkibar dengan megah di bumi Afrika (Libya, Tunisia, dan sekitarnya –pent), dan menara Daulah Islamiyyah tegak di wilayah Libya. Sang komandan adalah teman dekat Abu Hamzah al Muhajir, Manafi ar Rawiy, dan Abdullah Azzam al Qahthaniy. Beliau adalah salah satu komandan yang berhasil dibebaskan dari kerangkeng penjara Abu Ghurayb.

Dia mengomandoi eksekusi massal tentara Rofidhoh yang tertawan di pangkalan militer COB Speicher, dan amir yang dibebani untuk mengatur seluruh wilayah Libya, dialah Abul Mughirah al Qahthaniy –semoga Allah menerimanya-. Wisam ‘Abd Zaid –ini adalah nama aslinya – memulai perjalanan jihadnya saat ia membentuk sekelompok kecil bersama putera-putera Fallujah untuk memerangi para salibis, kemudian bersama para sahabatnya itu ia bergabung dengan Syaikh Abu Mus’ab Az Zarqowiy –taqobbalahullah-. Dia turut andil mempertahankan kotanya pada peperangan Fallujah pertama, ikut ribath dalam parit-parit perlindungan, dimana hal itu semakin mempererat hubungannya dengan Syaikh Abu Hamzah al Muhajir –taqobbalahullah- yang selalu menjadi tamunya ketika berada di Fallujah.

Ketika Jama’ah Tauhid dan Jihad dideklarasikan, Abu Humam – ini kunyah pertamanya dalam jihad –termasuk orang yang pertama bergabung dan menjadi orang yang terpercaya di dalamnya, sampai kemudian ia dikirim sebagai utusan ke Jazirah Arab. Ia berhasil memasuki negara itu bersama dua saudaranya (Al Haj Afaan) dan (Al Hajj Ibrahim) –semoga Allah menerima keduanya– dengan alibi umroh. Kepergiannya itu dalam rangka bertemu dengan beberapa ikhwah disana dan menyelesaikan beberapa urusan penting yang dibebankan kepadanya untuk kemaslahatan jamaah. Selama kepergiannya itu terjadi pertempuran Fallujah yang kedua yang memaksa mujahidin mundur dari sana.

Sekembalinya di Iraq, ia langsung menyusun strategi bersama para ikhwah untuk melakukan operasi di dalam kota. Beliau memasuki Fallujah sebagai amir atas sekelompok mujahidin untuk mengaktifkan kembali aktivitas Intelijen melawan orang-orang Amerika.

Selang beberapa lama setibanya di Fallujah Amerika berhasil menangkapnya dan menjebloskannya ke dalam penjara Abu Ghurayb yang terkenal mencekam itu. Di samping siksaan yang dialaminya, ia juga ditempatkan di bagian “cougar 5” bagian penjara yang paling mencekam yang terdiri dari berblok-blok sel isolasi. Syaikh mendekam di dalamnya selama berbulan-bulan. Kemudian beliau dipindah menuju “Kamp 10” penjara Bucca yang terkenal. Kira-kira pasca setahun penangkapannya, Allah mengaruniakan kebebasan padanya.

Sehari setelah terbebas dari penjara (pada bulan Jumadal Ula 1427 H) beliau langsung menghubungi ikhwah para komandan aksi militer di Fallujah dan sekitarnya untuk menyampaikan kabar tentang kebebasannya dan tekadnya untuk memulai lagi aksi perlawanan terhadap para salibis secepat mungkin, maka ia pun kembali melakukan kegiatan Intelijen di dalam kota tersebut. Setelahnya, ia ditunjuk oleh penanggung jawab Intelijen wilayah al Anbar Abdullah Azzam Al Qahthaniy –taqobbalahullah- sebagai penanggung jawab intelijen kota. Saat itu Fallujah adalah sebuah sektor yang dikomandoi oleh Abu Hakim al Jazrowiy –taqobbalahullah- di bawah pimpinan Jiroh asy Syamiy –taqobalahullah-, amir Al Anbar. Ketika Abu Haqqi –ini kunyah beliau di masa itu – bersama sekelompok pasukannya sedang mengeksekusi satu murtaddin di kota Fallujah, beliau tertembak di pundaknya. Lukanya tidak membuatnya berhenti dari jihad kecuali sebentar. Setelah sembuh dari lukanya beliau kembali melanjutkan aktivitasnya menjihadi musuh-musuh Allah dari kalangan salibis dan orang-orang murtad.

Setelah dideklarasikannya Daulah Islamiyyah Iraq dan munculnya shohawat, beliau –rahimahullah pindah beraktivitas di sektor “Abu Ghurayb” dan mengomandoi daerah tersebut dengan kunyah barunya Abu Ghozi, sampai ia ditangkap di salah satu pos keamanan di dalam kota Baghdad (pada bulan Rajab 1429 H).

Selama beberapa bulan beliau mendekam di penjara Divisi Kelima milik Badan Intelijen murtaddin. Kemudian setelah itu ia dipindah ke Fallujah lantaran ia dipindah ke Fallujah lantaran statusnya yang buron dengan beberapa tuduhan. Allah menyelamatkannya dari tangan polisi dan shohawat, yang mana mereka selalu mengeksekusi semua tentara Daulah Islamiyyah yang tertangkap. Ketika itu mereka memindahkannya dari penjara kepolisian pusat ke penjara di al Kholidiyah, tempat mereka mengeksekusi ikhwah mujahidin tanpa interogasi terlebih dahulu, akan tetapi Allah enggerakkan salah satu murtaddin yang dahulu pernah di penjara bersamanya, ia mengeluarkan beliau dari situ dan mengembalikannya ke penjara kepolisian pusat Fallujah, dimana beliau dibebaskan setelah mereka tidak mampu merayunya.

Tidak beberapa lama sekeluarnya beliau dari penjara, ia bertemu dengan wali baghdad Manaf ar Rawiy dan wali Fallujah Abbas al Jiwariy –semoga Allah menerima keduanya– guna berkoordinasi dalam rangka kembali ke medan jihad. Dia kembali beraktivitas di Fallujah, khususnya di sektor Abu Ghurayb, sebelum menjadi wakil wali, lalu diangkat menjadi wali Fallujah. Dia terus mengemban tanggung jawabnya itu sampai tertangkap pada operasi yang menjadi pukulan keamanan terbesar atas mujahidin, dimana ia ditangkap oleh orang-orang Amerika bersama sekelompok kecil teman-temannya di bulan Syaban tahun 1431 H.

Mereka menyerahkannya kepada Rofidhoh yang kemudian menjebloskannya ke dalam penjara terburuk mereka, penjara milik unit kontra terorisme, yang terkenal dengan nama penjara “Jara-im 52”, dimana kasusnya terbongkar. Rofidhoh berhasil mengungkap sepak terjangnya di Daulah Islamiyyah yang bisa berujung pada hukuman eksekusi mati.

Seusai investigasi, ia diisolasi di penjara Taji.Di sana ia menjadi amir para ikhwah yang menghuni salah satu bloknya sebelum para ikhwah di luar penjara menasehati untuk mengamankan kepindahannya ke penjara Abu Ghurayb karena para ikhwah sedang merencanakan untuk membebaskan para tahanan di situ. Beliau, bersama dengan tiga Ikhwannya berhasil pindah setelah mengiming-imingi si Rofidhoh kepala sipir penjara dengan sejumlah uang.

Sesampainya di Abu Ghurayb, rencananya adalah kabur melalui terowongan yang digali oleh ikhwah di salah satu sel. Ia ketika itu mengganti kunyahnya menjadi Abu Zaid dan ditunjuk menjadi koordinator pelaksanaan operasi tersebut, yang dilakukan dengan koordinasi antara ikhwah di dalam dan di luar penjara.

Namun Allah menakdirkan rencana kabur ini gagal karena Rofidhah menemukan lubang galian tersebut, lalu menyegel sel tersebut dan memindah mereka dari situ.

Beliau dan para ikhwah tak berputus asa, bahkan mereka kian bersemangat untuk kabur. Apa lagi beliau telah dipilih menjadi amir setiap ikhwah di penjara “Abu Ghurayb. Ketika itu ia mengganti kunyahnya menjadi Abu Hamid. Ia berkoordinasi dengan Syaikh Abu Abdirrahman Al Bilawiy –taqobbalahullah- untuk menyelesaikan rencana ini sampai Allah menyempurnakannya.

Allah mengeluarkannya bersama ratusan ikhwah lainnya dari kerangkeng penjara. Ia kembali menjadi salah satu prajurit Daulah Islamiyah di padang pasir al Anbar, sebelum akhirnya dipindahkan Syaikh al Bilawiy untuk menjadi amir wilayah Salahuddin dengan kunyah barunya Abu Nabil. Masuknya ia ke wilayah Salahuddin dibarengi dengan operasi besar-besaran Daulah Islamiyyah di Iraq, yang berbuah penaklukan Ninawa dan sederat penaklukan setelahnya.

Abu Nabil memimpin semua pertempuran di wilayah Salahuddin pada saat itu, utamanya pertempuran Samarra’. Ia muncul dalam sebuah rilisan video berjudul “’Ala Minhajin Nubuwah” ketika sedang berkhutbah menyemangati para ikhwah sebelum dimulainya pertempuran. Dia juga yang mengomandoi eksekusi massal ribuan Rofidhoh kadet angkatan udara Iraq di Pangkalan Udara Militer COB Speicher.

Pasca dideklarasikannya Khilafah, bai’at demi bai’at untuk Amirul Mu’minin berdatangan dari segala penjuru, terutama bai’at dari mujahidin Libya. Maka Amirul Mu’minin Syaikh Abu Bakar al Baghdadiy –ha_dzohullah- mengirim pedangnya yang mujarab Abu Nabil sebagai amir mereka. Di sana ia meletakkan batu pertama pondasi menara Daulah Islamiyyah.

Abul Mughirah al Qahthaniy terus memberi pelajaran pada musuh-musuh Allah dari kalangan murtaddin sampai akhirnya melalui tangannya Allah menaklukan kota Sirte dan sekitarnya, setelah pengkhianatan Shohawat di Derna yang mengakibatkan banyak terbunuh pasukannya dan para ikhwah. Pengorbanan itu berbuah manis. Allah memberinya tamkin, maka mereka tegakkan syari’at, melaksanakan hudud, terus memerangi orang-orang ka_r dan murtaddin.

Perjalanan panjang jihad komandan kita ini berakhir setelah ia terbunuh di tangan salibis Amerika dalam sebuah serangan udara yang menargetkannya di kota Derna setelah bertahun tahun panjang jihadnya. Semoga Allah menerimanya bersama orang-orang yang shalih.

Keteguhan merupakan sifat yang paling nampak dari Syaikh Abul Mughirah al Qahthaniy –rahimahullah-. Siapa pun yang mengikuti perjalanan panjang jihadnya yang melebihi 13 tahun lamanya, akan melihat dengan jelas bagaimana ia bak karang yang tegar di tengah hempasan gelombang ujian. Fitnah tak melemahkan tekadnya. Tiap kali diuji dengan penjara yang Allah selamatkan darinya, segera setelah lepas dari cengkeraman musuh-musuhNya ia kembali menghantam mereka. Tiap kali terluka, ia bersabar atasnya dan tetap melanjutkan jihadnya. Di saat yang sama, usaha orang-orang murtad untuk mengendorkan tekadnya dengan iming-iming gelontoran uang, tak pernah berhasil.

Saat penangkapan terakhirnya, ia tahu bahwa hukuman mati telah menantinya karena tuduhan atasnya berhasil dibuktikan oleh Ro_dhoh. Ketika itu perwira-perwira intelijen berusaha membujuknya demi kebebasannya dengan imbalan secuil dunia. Mereka berjanji akan membatalkan hukuman mati dengan syarat beliau membantu mereka menangkap Syaikh Abu Ibrahim az Zaidiy –taqobbalahullah-. Jawabannya atas permintaan mereka menyerupai jawaban Yusuf ‘alaihissalam saat menanggapi orang yang mengancam akan menjebloskannya ke dalam penjara dan menghalanginya dari Diennya (Ya Rabbku, sungguh penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka kepadaku). Selang beberapa tahun, Allah-lah yang menyelamatkannya dari penjara dan hukuman mati.

Ketika ia sampai di Libya ternyata didapatinya kebanyakan manusia di sana terpengaruh dengan manhaj rusak Tandzim al Qaeda dalam menyikapi murtaddin. Maka ia mulai memprovokasi mereka untuk memerangi dan membasmi murtaddin, dengan berkata:
”Tidak akan kita biarkan seorang murtadpun hidup aman bersama kita”. Ketika salah seorang ikhwah mujahid menanggapinya dengan berkata, “Jika kita memerangi mereka maka kita akan diusir dari kota ini” Beliau –rahimahullah- menjawab, “Jatuhnya kota dengan keutuhan al wala wal baro itu jauh lebih baik dari pada runtuhnya al wala wal baro meski kota tetap ada”.

Beliau –rahimahullah-, adalah contoh nyata keberanian, kepahlawanan dan bagaimana bersikap keras terhadap musuh-musuh Allah. Dia selalu berada di front terdepan bersama para ikhwah di setiap pertempuran dan penyerbuan, melakukan operasi pembunuhan bersama mereka, dengan tangannya sendiri menangkap murtaddin shohawat, sampai ia beberapa kali cedera lantaran hal itu. Salah satunya saat melaksanakan pembunuhan terhadap salah satu murtaddin di Fallujah yang menyebabkannya terkena luka tembak di bahu, dan lainnya di saat orang-orang murtad itu berusaha menangkapnya setelah salah satu dari mereka engetahui keberadaannya, tapi beliau terlebih dahulu melesatkan timah panas dari pistolnya yang langsung membunuhnya. Allah menyelamatkannya dari penangkapan meski mereka mengepung dan menyisir daerah tempat persembunyiannya.

Di saat yang sama beliau sangat menyayangi saudara-saudaranya, amat tawadhu’ di hadapan mereka, bahkan sering kali ia menutup suratnya dengan ungkapan “Dari saudaramu yang hina” sehingga membuatnya disukai semua orang yang beraktivitas bersamanya, baik dari kalangan komandan maupun prajurit biasa. Beliau –taqobbalahullah- amat memperhatikan orang-orang di sekelilingnya, merelakan dirinya dalam mara bahaya demi keselamatan saudara-saudaranya. Salah satu ikhwan bersaksi bahwa ia pernah masuk sendirian ke sebuah rumah aman di pulau danau Tsar tsar yang hancur akibat bombardir Salibis, semua ikhwah yang berada di dalamnya terbunuh atau luka berat, sementara pesawat drone terus mengudara dan menembaki siapapun yang mendekati rumah yang hancur lebur itu, kelompok pertama yang bermaksud mengeluarkan ikhwah yang terluka disambut dengan bom sehingga semuanya juga terbunuh, namun Abu Humam tidak menyerah, Ia turun tangan sendiri dan berhasil mengeluarkan ikhwah yang terluka parah itu, meski kondisi amat mencekam dan berbahaya.

Adapun tentang sikap kerasnya terhadap musuh-musuh Allah, tak ada seorangpun yang tak mengetahui eksekusi massal Rofidhoh di COB Speicher, dimana ia-lah yang memerintahkan pembunuhan ribuan musyrikin sekaligus tanpa ampun dan belas kasih sedikitpun. Di Libya, sebelum ia sampai, sebagian ikhwah mengeksekusi murtaddin secara diam-diam, dan mereka tidak ingin mengakuinya, namun ia berkata kepada mereka: “Jika kalian ingin orang-orang kafir takut kepada kalian maka bunuhlah mereka dan katakan: ”Kamilah pembunuhnya” , ketika para ikhwah melakukan hal itu, hasilnya kantor-kantor istitabah (pertaubatan) dipenuhi murtaddin yang bertaubat.

Meskipun beliau amat keras ketika dibutuhkan, namun ia –rahimahullah- adalah orang yang bijaksana, meletakkan pedang dan kesantunan pada tempatnya masing-masing. Pembicaraannya menarik hati dan telinga. Pada suatu kesempatan sebelum pertempuran Samarra’, ia kumpulkan semua petinggi kabilah dan berbicara dengan kata-kata yang membuat mereka gembira, dan hal itu merupakan salah satu sebab taubatnya puluhan anggota shohawat, sehingga mereka menyerahkan senjata mereka kepada Daulah Islamiyyah, padahal Daulah Islamiyyah telah berbulan-bulan memerangi mereka.

Setelah pengkhianatan yang dialami Junud Khilafah di kota Harawah, Barqah, Syaikh mengirim seorang perantara kepada para pengkhianat itu untuk menyerahkan senjata mereka, jika tidak mereka akan djadikan pelajaran bagi orang-orang setelah mereka, maka mereka pun menuruti permintaanya dan seluruh persyaratannya, di antaranya adalah mengganti seluruh senjata dan peluru. Setelah mereka bertaubat dan mengirim angsuran pertama dari jumlah yang telah disepakati, Syaikh menghubungi perantaranya dan berkata kepadanya, “Beri tahu penduduk Harawah bahwa kita telah memaafkan mereka, dengan izin Allah Dia akan mengganti yang lebih baik untuk kita“. Dua hari kemudian Allah menaklukkan Sirte. Para ikhwah berhasil memperoleh ghonimah berupa persenjataan dan peluru yang amat banyak.

Adapun mengenai ibadahnya dan kegigihannya dalam belajar dan mengajarkan Dien, maka salah satu teman sepenjaranya bercerita bahwa ia adalah orang yang rajin berpuasa dan amat disiplin dalam mengikuti majelis ilmu dalam penjara, sampailah satu komandan Daulah Islamiyyah yang ditahan di Abu Ghurayb memberinya ijazah qiroah riwayat Hafsh dan Warsy. Disamping ia giat menuntut ilmu, ia juga mempunyai halaqoh siroh yang disampaikan kepada para ikhwah yang tertawan, dan jumlah yang datang untuk mendengarkan kajian ini melebihi peserta yang mendatangi kajian lain yang di adakan di penjara Abu Ghurayb.

Orang yang pernah di penjara bersamanya bercerita banyak sekali sumpah yang ia lontarkan di saat di penjara yang kemudian Allah menjawab sumpahnya ketika bebas, serta banyak doa yang ia panjatkan yang kemudian Allah mengabulkannya.

Diantaranya adalah dia pernah berdoa akan menjadikan shohawat menggali kuburannya sendiri jika Allah mengaruniakan kebebasan kepadanya. Ini terwujud dalam kisah terkenal didokumentasikan dalam video rilisan al Furqon (Sholilush Showarim 4), dimana seorang komandan shohawat mengatakan sebuah ungkapan yang menjadi bahan lelucon di seluruh penjuru dunia, “Aku takut kalian adalah Daisy”, ketika Syaikh Abu Nabil menangkapnya lalu kemudian memaksanya menggali kuburannya  sendiri sembari menyumpahi tuannya, Nuri al Maliki.

Pun saat ia mendengar cerita bahwa jasad Syaikh Usamah bin Ladin –rahimahullah- dibuang di laut, ia langsung bersumpah akan mencampuri air laut dengan darah orang-orang kafir. Allah kabulkan sumpahnya, ia bebas dari penjara, kemudian berpindah dari negeri yang tidak ada lautnya (Iraq-pent) untuk menyembelih Musyrikin Nashrani di pantai Tripoli sehingga air laut menjadi merah dengan darah mereka.

Kisah yang lain, bahwa salah seorang ikhwah meminta kepadanya satu musyrik Rofidhoh untuk disembelihnya, Syaikh menanggapinya dengan berkata:
“Bergembiralah, dengan izin Allah kamu akan mendapatkan ribuan kepala Rofidhoh”, dan dua hari setelahnya Allah mengaruniakan kepadanya tawanan ribuan Rofidhoh dari pangkalan militer COB Speicher untuk disembelih dan bertaqorrub kepada Allah dengan darah mereka, serta memenuhi janjinya kepada ikhwah tersebut.

Inilah secuplik biografi yang harum mewangi dari salah seorang prajurit Khilafah, salah seorang kesatria Daulah Islamiyyah, yang mana paragrafnya ditulis dengan darah dan serpihan tubuh, dan dilukis dengan pengorbanan tanpa batas, sampai akhirnya pemilik kisah ini mendapatkan derajat syuhadaa’, demikanlah penilaian kami dan kami tidak mensucikan siapapun di hadapan Allah.


SOURCE: An Nabaa’ Edisi 24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...