Perang Elektronik
Kala
meriam-meriam mengguncang tanah di tengah panasnya pertempuran antara para wali
Allah dan wali setan, ada pertempuran lain yang menentukan kalah menangnya baku
tembak dan hujan mortar ini. Pertempuran ini terjadi di front lain, tepatnya
pada hati dan anggota badan seorang muwahhid yang memanggul senjata. Pergulatan
antara ketaatan dan maksiat, antara tawakal kepada Allah dan tawakal kepada
sebab terus berlangsung. Di sini Allah hendak menguji kesabaran dan keyakinan
orang-orang mukmin.
Musuh
juga menghadapi pertempuran berbeda yang berada jauh dari panasnya medan
perang. Nampaknya bagi mereka pertempuran itu adalah perang yang sebenarnya.
Perang itu adalah pertempuran sebab-sebab materi yang merupakan tulang punggung
operasi mereka. Dalam pandangan si kafir, faktor pendukung materi yang dimilikinya
adalah satu-satunya mesin penggerak segala sesuatu. Faktor materi itulah yang
akan mengestimasi kemungkinan, mengilustrasikan peta masa depan, dan menentukan
waktu kehidupan serta kematian.
Namun
Allahlah yang menciptakan kekuatan dan kelemahan, kalam-Nya, “Perumpamaan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah
rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS
al-Ankabut: 41).
Kekuatan
materi yang dimiliki orang-orang kafir justru menjadi sebab kelemahan dan
kekalahan mereka karena mereka bertopang hanya padanya tidak pada Allah. Semua
telah menyaksikan bagaimana mental musuh jatuh tiba-tiba ketika Allah menghendakinya.
Bagaimana mereka tinggalkan seluruh kekuatan materinya berupa kendaraan lapis
baja, meriam dan pertahanan mereka untuk dirampas oleh mujahidin. Mereka kabur
begitu saja tanpa mengerti bagaimana rasa gentar menusuk-nusuk dada mereka.
Meskipun
demikian, orang-orang mukmin tetap diperintahkan untuk menerjuni faktor pendukung
materi dan memanfaatkannya. Namun perbedaannya adalah bahwa orang-orang mukmin
selamanya tidak bersandar total pada sebab-sebab materi ini. Mereka memanfaatkannya
dalam rangka menaati Allah saja. Memanfaatkan faktor pendukung materi adalah
merupakan perintah Rabbani yang tidak boleh ditinggalkan, jika tidak maka seorang
mukmin telah jatuh dalam maksiat
yang ditakutkan
dampaknya.
Sebagian
kaum muslimin ada yang meninggalkan sebab-sebab materi tersebut karena mengira
hal itu bagian dari tawakal atau keberanian. Pemikiran ini jauh dari sunnah yang
dilakoni oleh kaum muslimin sejak kurun pertama yang mulia sampai Thaifah Manshurah
terakhir yang memerangi Dajjal.
Tidak
berlebihan jika kita katakan bahwa beramal dengan ilmu yang benar adalah laksana
pedang yang menusuk musuh dan perisai untuk berlindung. Sebagaimana juga bahwa
beramal tanpa ilmu adalah bencana besar yang harus dijauhi oleh seorang
mujahid.
Peribahasa
mengatakan, “Si bodoh itu musuh dirinya sendiri.”
Diantara
faktor pendukung kekuatan musuh adalah eksploitasi terhadap alat-alat elektronik
modern, yang dikenal dengan nama Perang Elektronik. Maka penting bagi mujahid untuk
mengerti sarana yang digunakan dalam perang ini dan bagaimana penggunaannya.
Hal itu karena perang ini saling terkait dengan perang konvensional modern.
Tidak
berlebihan jika kita katakan bahwa tulang punggung perang elektronik ini adalah
informasi dan metode pengirimannya. Diantaranya metodenya yaitu dengan memutus komunikasi
antara mujahidin dan komandannya untuk menciptakan kekacauan barisan, atau
memutus komunikasi antar mujahidin untuk mencegah koordinasi. Juga menyadap
komunikasi untuk memata-matai informasi yang mengalir dan mengidentifikasi lokasi
pengirim dan penerima. Penyadapan itu juga berfungsi mengetahui lokasi
penyimpanan data yang berlanjut dengan penyadapannya sehingga kekuatan dan titik
lemah mujahidin bisa diketahui, atau penyimpanan data tersebut dihancurkan
untuk melumpuhkan kemampuan mujahidin mengambil keputusan yang benar.
Diantara
metode perang ini adalah yang berkaitan dengan perang psikologis dengan menyebarkan
kabar burung yang membesar-besarkan kekuatan musuh dan menanamkan rasa gentar
dalam hati mujahid atas keunggulan teknologinya sehingga melumpuhkan pergerakannya
dan menghalanginya dari melakukan perlawanan apalagi menyerbunya.
Bahkan
terkadang ada yang sampai pada kesyirikan akibat menggelembungnya rasa takut
dari kekejaman orang-orang musyrik.
Dengan
ijin Allah, jika kita bisa memahami karakter perang elektronik ini, mengerti
sarana, prasarana dan metodenya maka memungkinkan bagi kita untuk melawan skema
musuh dalam area ini. Bahkan kita bisa berpindah dari posisi bertahan menuju menyerang
dengan memanfaatkan teknologi ini dalam rangka mendukung perang konvensional
kita dan menimpakan tikaman dari pintu yang sama yang mereka gunakan untuk
menyerang kita.
Pada
kesempatan ini kita akan menjelaskan beberapa istilah dasar dalam elektronika
modern yang digunakan untuk memerangi mujahidin, diantaranya:
Jaringan
Internet
Gambaran
yang benar mengenai komunikasi antara dua pihak melalu jaringan internet adalah
bahwa komunikasi itu sesungguhnya merupakan transmisi informasi kepada musuh
terlebih dahulu lalu kemudian diteruskan kepada pihak kedua.
Disinilah
pentingnya enkripsi data yang kuat, dan bahayanya enkripsi palsu. Penting juga diperhatikan
bahwa dengan memata-matai komunikasi yang mengalir maka akan didapatkan banyak
informasi tanpa perlu men-dekripsi lagi. Seseorang yang menerima banyak aliran
komunikasi maka sangat mungkin dia adalah orang penting sehingga kematiannya
akan berdampak besar pada pergerakan mujahidin.
Komunikasi
Nirkabel
Gambaran
yang benar mengenai komunikasi nirkabel antara dua pihak adalah komunikasi itu
sesungguhnya merupakan transmisi informasi melalui udara ke seluruh penjuru,
baik kepada teman maupun kepada musuh. Dengan ini, penerima sinyal dan telepon
nirkabel yang dimiliki musuh adalah sumber informasi berharganya. Jika seorang mujahid
memahami metode komunikasi musuh maka ia akan memahami mengapa musuh terkadang
men-jamming sarana komunikasi tertentu dan membiarkan yang lain, kapan dia akan
mendisrupsi seluruh bentuk komunikasi dan tidak memata-matai lagi, dan
bagaimana cara komunikasi masing masing mereka ketika men-jamming mujahidin.
Enkripsi
Data
Enkripsi
data adalah senjata yang kuat. Bisa digambarkan bahwa enkripsi adalah sebuah peti
terkunci rapat yang di dalamnya ada surat. Peti ini tidak bisa dibuka kecuali
oleh pihak yang mempunyai kunci dekripsinya. Enkripsi yang bagus akan m embuat
musuh buta t erhadap isi komunikasi mujahidin. Maka terkadang musuh berusaha
meretas perangkat salah satu pihak tersebut tanpa sepengetahuannya untuk
mengetahui isi komunikasi itu. Oleh karena itu, perangkat yang digunakan untuk berkomunikasi
harus diproteksi dari penetrasi dengan sebaik-baiknya.
Iden_fikasi
Lokasi
Musuh
menggunakan berbagai sarana untuk mengidentifikasi lokasi yang hendak ditarget.
Diantaranya dengan meretas perangkat komunikasi yang memuat system GPS. Juga
dengan menjejaki sumber pengirim sinyal nirkabel. Diantaranya juga dengan memanfaatkan
intel-intel yang telah disebar.
Perlu
diperhatikan juga bahwa percakapan melalui internet yang terjadi di antara dua pihak
menggunakan smartphone amat cukup untuk mengiden_fikasi lokasi keduanya, belum ditambah
dengan data lainnya.
Citra
Satelit dan Thermal Imaging
Dua
hal ini adalah mata musuh yang tak pernah terpejam. Seorang mujahid cerdas
harus mengetahui kemungkinan-kemungkinannya tanpa berlebihan atau meremehkan
dalam hal sebab-sebab materi ini. Citra satelit menghasilkan gambar beresolusi tinggi
dari jarak yang jauh. Sekalipun demikian, gambar yang dihasilkan tetap tidak bisa
menampilkan wajah manusia secara detail dari jarak beberapa kilometer.
Jika
hal itu mungkin tentu musuh tidak membutuhkan intel. Adapun thermal imaging tidak
menghasilkan gambar sedetail citra satelit. Yang ditampilkan adalah panas tubuh
manusia. Sehingga seseorang yang bersembunyi dibalik pepohonan akan tetap
terlihat karena perbedaan suhu antara tubuh manusia dengan pohon.
Dengan
demikian, kita bisa mengelabuhi thermal imaging ini dengan menaburkan tanah
kering dan rumput liar dari medan pertempuran pada tubuh setelah suhu tubuh
dihalangi dengan aluminium foil misalnya. Sedangkan untuk mengelabuhi citra satelit
adalah dengan menutupi tubuh dengan benda berbagai warna yang sesuai dengan
medan pertempuran seperti yang dilakukan sniper yang berkamuflase untuk menipu
mata manusia dan citra satelit.
Dampak
Psikologis Perang Elektronik
Yaitu
musuh menyebarkan berbagai isu seputar peristiwa yang sama sekali tidak
terjadi, atau dengan membesar-besarkan peristiwa yang terjadi, dengan
bersandarkan pada kebodohan si penerima yang menelan mentah-mentah berita seputar
kemampuan militer dan intelijen musuh.
Desas-desus
ini bertopang pada ketidaktahuan si penerima mengenai hakikat dan keterbatasan sains
modern. Keberhasilan perang psikologis ini bertumpu pada seberapa besar
ketakutan kepada musuh. Kita dapati sampai-sampai sebagian kelompok dan faksi
murtad itu sangat berhati-hati dengan apa yang dikatakannya kepada anak-anak
dan istrinya di rumah lantaran ketakutannya kepada Salibis. Kita juga telah mendengar
ada orang yang mengatakan bahwa Amerikalah yang mengatur cuaca dengan peralatan
modernnya. Jika iman yang sedikit itu “berjabat tangan” dengan kebodohan ditambah
lagi sedikit kedunguan, maka rasa takut kepada selain Allah bisa jadi adalah
hasil dari kerjasama ini, wal iyadzu billah.
Dalam
beberapa tulisan kedepan Insya Allah kita akan memberikan penjelasan singkat mengenai
beberapa sarana perang elektronik yang sudah diketahui. Kami mohon kepada Allah
agar tulisan ini bermanfaat bagi mujahidin di jalan-Nya, juga sebagai bentuk
bantuan pada mereka. Wal hamdu lillahi rabbil 'alamin.
Source:
AL FATIHIN 05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar