Akhi
Mujahid
PARA DERMAWAN ADALAH PARA
PEMIMPIN MANUSIA DI DUNIA
Akhi Mujahid, kedermawanan memiliki beberapa makna agung yang
dianjurkan dan dimotivasi oleh Islam, serta menyiapkan pahala besar bagi
pelakunya dan menyebut orang-orangnya sebagai orang-orang beruntung. Allah
Ta’ala berfirman, “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka
Itulah orang orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9)
Kedermawanan adalah memberi dengan keelokan jiwa tanpa
membanggakan diri dengan pemberian tersebut atau mengharapkan imbalan setelah
berinfak. Tingkatan kedermawanan tertinggi adalah saat seseorang mendermakan
diri di jalan “Tuannya” (Allah), lalu memerangi musuh-musuhNya demi menegakkan
hukum-Nya. Meskipun dalam prosesnya harus menanggung intimidasi, rasa lapar,
dan letih. Dia mempersembahkan harta, keluarga, dan anaknya. Barangsiapa
dermawan melalui dirinya, niscaya segala hal selainnya akan terasa ringan bagi
dirinya. Karena sifat dermawan dan keberanian adalah dua hal yang tidak
terpisahkan.
Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Dengan keberanian dan
kedermawanan di jalan Allah, maka Allah memuliakan para pendahulu. Allah ta’ala
berfirman, ‘Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan
berperang sebelum penaklukan (Mekah). mereka lebih tingi derajatnya daripada
orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah
menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik,’ (Al-Hadid: 10).” (Majmu’ Fatawa)
Dari Jabir radhiallahua'anh yang berkata, “Tidak pernah Nabi shallallahu’alaihi
wasallam dimintai sesuatu kemudian menjawab “Tidak”.” (Muttafaq ‘Alaih)
Dalam sejarah para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
ketika menyiapkan pasukan Perang Tabuk ada teladan bagi kita. Abu Bakar
Ash-Shiddiq mendermakan seluruh hartanya. Umar bin Al-Khattab datang dengan
separuh hartanya. Utsman bin Affan membekali sepertiga pasukan. Abdurrahman bin
Auf bersedekah dengan 200 uqiyah perak. Ashim bin ‘Adi mendermakan 70 wasaq
kurma. Para Wanita bersedekah dengan perhiasan di lengan dan gelang-gelang
mereka. Dan Al-Abbas bersedekah dengan 90 ribu.
Sirah bercerita kepada kita bahwa Utsman bin ‘Affan ta’ala telah
membeli Sumur Rumiyah dari orang Yahudi yang biasa menjual airnya kepada umat
Islam dengan harga tinggi. Dia memberinya untuk umat Islam tanpa imbalan. Dia
juga terkenal gemar memerdekakan budak.
Imam Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
berkata, “Kedudukan infak tergolong yang paling mulia dalam agama dan manusia
berbeda-beda dalam hal ini sesuai kadar kedermawanan yang ada pada dirinya.
Lawan katanya adalah sifat bakhil dan kikir. Yang pertama adalah terpuji
berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, sedangkan yang kedua adalah tercela
berdasarkan keduanya. Allah Ta’ala telah menganjurkan para hamba-Nya untuk
berinfak karena besarnya manfaat dan sisi positifnya serta begitu besar pahalanya.”
(Fathul
Majid)
Sebagian ulama berkata, “Kedermawanan memiliki banyak bentuk,
tidak hanya terbatas pada pembelanjaan harta semata, tetapi lebih umum dan
lebih menyeluruh. Di antaranya, upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan orang
lain dan menghilangkan kesedihan mereka. Bersikap dermawan dalam jabatan, yaitu
dengan mengerahkan kemampuannya untuk memberikan rekomendasi dalam hal yang
baik, mengerahkan kemampuan untuk memenangkan yang benar, menolong orang yang
terzalimi, membantu orang yang lemah dan orang yang mendermakan waktunya demi
memberikan manfaat untuk orang banyak, seperti mengajar, melatih, dan yang
lainnya, memberikan nasehat dan arahan. Di antara bentuknya yang lain adalah
tersenyum di hadapan manusia dan memaafkan orang yang berbuat buruk kepadanya.”
Akhi Mujahid, berinfaklah dan bergembiralah dengan pahala, serta
bergembiralah, tidak perlu engkau takut atau bersedih. Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa
yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan
mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati,” (Al-Baqarah:
262)
Akhi Mujahid, berinfaklah, karena Allah telah menjamin bagi yang
mau memberi bahwa Dia akan mengganti dan memberinya rezeki. Sebagaimana Dia
berfirman, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan
menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba`: 39)
Maka, perhatikanlah akhi segenap teks penuh
keberkahan ini. Ingatlah selalu dan jadikanlah sebagai motivasi untuk bermurah
hati dalam semua kondisi, niscaya engkau akan mendapat anugerah tanpa batas
dari Allah Ta’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar