7/29/2019

HARI AKHIR - Oleh Ibnu Taimiyah


HARI  A K H I R
Oleh : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah


Iman kepada Hari Akhir merupakan salah satu dari enam rukun iman. Iman kepada Hari Akhir ini telah dibahas secara global, dan sekarang penulis Aqidah Wasithiyah Rahimahullah hendak menyebutkan sebagian dari detail-detail hari yang agung itu.

Ringkasan dari apa yang disebutkan oleh penulis Rahimahullah adalah sebagai berikut:

1. Iman Kepada Fitnah Kubur.

Wajib beriman bahwa manusia akan diuji di dalam kubur mereka, setelah mati. Ujian ini disebut dengan fitnah kubur. Telah ditegaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa manusia akan diuji di dalam kubur mereka. Mereka akan ditanya :

مَنْ رَبُّكَ؟ وَمَا دِيْنُكَ؟ وَمَنْ نَبِيُّكَ؟ فَالْمُؤْمِنُ يَقُولُ: رَبِّيَ اللهُ وَدِينِي الْإِسْلَامُ وَنَبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَالْفَاجِرُ يَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ فَيُقَالُ لَهُ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ فَيَضْرَبَ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا كُلُّ شَيْئٍ إِلَّا الْإِنْسَانُ وَلَوْ سَمِعَهَا لَصَعِقَ

"Siapakah Rabbmu? Apa agamamu? Siapakah nabimu?" Adapun orang Mukmin akan menjawab, "Rabbku Allah, agamaku Islam, dan nabiku Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam " Sedangkan orang fajir akan menjawab, "Ah, ah, aku tidak tahu. Aku pernah mendengar orang-orang mengatakan sesuatu maka aku ikut mengatakannya. " Lalu dikatakan kepadanya, "Engkau tidak tahu dan tidak mengikuti orang yang tahui" la dipukul dengan palu besi sehingga menjerit dengan jeritan yang terdengar oleh segala sesuatu, kecuali manusia (Dalam riwayat lain kecuali manusia dan jin). Seandainya manusia mendengarnya niscaya tersungkur pingsan”.
["Fathul Bari"III/232 dan "Sunan Abu Dawud" IV/238]

Allah Ta'ala berfirman  :

يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki." (Ibrahim : 27)


2. Nikmat Dan Adzab Kubur

Hal ini tersebut di dalam Al-Kitab dan As-Sunnah dan ia merupakan kebenaran yang harus diimani. Karena, setelah usai fitnah kubur —kita berlindung kepada Allah dari fitnah dan adzab" kubur -  ada dua kemungkinan : Memperoleh Adzab atau Nikmat.

Barangsiapa yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ujian dalam kubur, maka ia selamat dan berbahagia di kuburnya dan pada Hari Mahsyar. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, maka ia benar-benar merugi dengan kerugian yang nyata. Kita memohon kesentausaan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Adzab tersebut berlaku bagi ruh, sedangkan jasad mengikutinya.

Adapun pada Hari Kiamat, adzab tersebut berlaku untuk ruh dan jasad sekaligus. Ringkasnya, adzab dan nikmat kubur adalah benar, berdasarkan petunjuk Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, serta ijma' umat Islam.


3. Kiamat Kubra

Wajib beriman bahwa setelah berakhirnya masa kehidupan di dunia, akan terjadi Kiamat Kubra, yaitu ketika Israfil meniup sangkakala pertama kali. Setelah itu, Israfil akan meniupnya lagi yang merupakan tiupan hari kebangkitan, maka seluruh ruh kembali kepada jasad masing-masing sehingga manusia bangkit dari kubur mereka untuk berjumpa dengan Rabbul 'Alamin, dalam keadaan tanpa alas kaki dan tanpa busana, dan tidak terkhitan. Yang pertama kali muncul dari kuburnya adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam Pada hari ini, matahari berada dekat sekali dengan para hamba. Mereka tenggelam dalam keringat sesuai dengan kadar amal perbuatan mereka.


4. Al-Mizan (Timbangan)

Pada Hari Kiamat, banyak timbangan yang dipasang untuk menimbang amal para hamba.

فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ ٨

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihatnya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihatnya pula." (Az-Zalzalah : 7-8).


 فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٢وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فِي جَهَنَّمَ خَٰلِدُونَ ١٠٣

"Barangsiapa yang berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam naar jahanam." (Al-Mukminum : 102-103).

Timbangan ini benar-benar ada secara hakiki, mempunyai neraca dan dua daun timbangan.

5. Buku-buku Dan Lembaran-lembaran Catatan

Amal Yang Dibagi-bagikan Pada Hari Kiamat ini buku-buku catatan amal dibagikan dan dibuka. Ada yang mengambil buku-buku dan lembaran-lembaran amalnya itu dengan tangan kanannya, maka orang ini berhak mendapatkan kebahagiaan abadi. Ia tidak merasakan kesengsaraan lagi sesudahnya. Allah Ta'ala berfirman :

فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ ١٩ إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ ٢٠  فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ ٢١
"Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia berkata, Ambilah, bacalah kitabku ini! Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.' Maka, ia berada dalam kehidupan yang diridhai. Dalam jannah-jannah yang tinggi. Buah-buahannya dekat." (Al-Haaqqah : 19-23)

Kita memohon kepada Allah karunia-Nya, agar Dia menjadikan kita salah seorang dari mereka yang mengambil buku catatan amalnya dengan tangan kanannya ini. Ada lagi orang yang mengambil kitab catatannya dari belakang punggungnya dengan tangan kirinya, maka orang ini berhak memperoleh kesengsaraan.

Kita memohon kepada Allah kesentausaan di dunia dan di akhirat. Allah Ta'ala berfirman :

وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ٢٥ وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ ٢٦  يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ٢٧  مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّي مَالِيَهۡۜ ٢٨  هَلَكَ عَنِّي سُلۡطَٰنِيَهۡ ٢٩

"Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata : 'Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang dariku kekuasaanku. '(Allah berfirman), 'Tangkaplah ia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukanlah ia ke dalam api naar yang menyala-nyala...'.'" (Al-Haqqah : 25-31).

Kita berlindung kepada Allah dari kemurkaan dan siksa-Nya.


6. Al-Hisab (Perhitungan)

Wajib beriman kepadanya, karena Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkannya. Sesungguhnya Allah akan memperlihatkan amal-amal para hamba-Nya kepada amal mereka sebelum meninggalkan Mahsyar, sehingga setiap orang bisa melihat amalnya, yang baik maupun yang buruk. Allah Ta'ala berfirman :

يَوۡمَ تَجِدُ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا عَمِلَتۡ مِنۡ خَيۡرٖ مُّحۡضَرٗا وَمَا عَمِلَتۡ مِن سُوٓءٖ تَوَدُّ لَوۡ أَنَّ بَيۡنَهَا وَبَيۡنَهُۥٓ أَمَدَۢا بَعِيدٗاۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفۡسَهُۥۗ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ

"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati kebajikan dihadapkan (ke hadapannya), begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan amal-amalnya ada masa yang jauh ..." (Ali Imran: 30).

وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ حَاضِرٗاۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدٗا

"Dan mereka mendapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis), Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang juapun." (Al-Kahfi : 49).

Pada hari yang agung ini, manusia ditanya mengenai empat hal :

عَنْ عُمْرِهِ فِبمَا أَفْنَاهُ, وَعَنْ شَبَابِهِ فِبمَا أَبْلَاهُ, وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ, وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ

"Tentang Umurnya, dalam hal apa dihabiskan;
masa Mudanya, dalam hal apa digunakan;
Hartanya, dari mana ia mencari dan untuk apakah ia menafkahkannya;
serta Ilmunya, dalam hal apa diamalkannya."

[At-Tirmidzi IV/612 dan lihat "Shahih Al-Jami'", Al-Albani. VI/148.]

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

مَامِنْكُمْ مِنْ أحَدٍ إِلَّا سَيُكَلَّمُهُ اللهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ وَيْنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ وَيْنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَاتَّقُوالنَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرِهِ

"Tidak satu orang pun di antara kalian kecuali Allah akan berbicara kepadanya, tanpa perantara seorang penerjemah, la melihat ke sebelah kanannya, maka ia tidak melihat selain apa yang telah diperbuatnya, lalu melihat ke sebelah kirinya, maka tidak melihat kecuali apa yang telah diperbuatnya, la juga melihat ke arah depannya, maka ia tidak melihat selain naar yang berada tepat di hadapannya. Maka, lindungilah diri kalian dari naar, walaupun hanya dengan secuil kurma."

[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, "Fathul Bari"'XI / 40 dan Muslim II/703]

Allah Ta'ala berfirman :

فَوَرَبِّكَ لَتَسْئَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Maka, demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,
tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu."
(Al-Hijr : 92-93).

Orang-orang kafir tidak dihisab sebagaimana hisab terhadap orang-orang yang amal kebaikan mereka ditimbang. Hanyalah diperlihatkan amal-amal mereka lalu mereka mengakuinya, karena mereka sama sekali tidak mempunyai kebaikan. Kita memohon kepada Allah kesentausaan di dunia dan di akhirat. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah.


7. Al-Haudh (Telaga)

Salah satu madzhab yang diyakini oleh Ahlus Sunnah adalah, mempercayai sepenuhnya bahwa
telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terdapat di tengah-tengah padang pada Hari Kiamat.

وَأَنَّ مَاءَهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ, وَأَحَلَّ مِنَ الْعَسَلِ, وَآتِيَتُهُ عَدَدَ نُجُومِ السَّمَاءِ, وَطُولُهُ شَهْرٌ وَعِرْضُهُ شَهْرٌ, مَنْ شَرِبَ مِنْهُ شُرْبَةً لَمْ يَضْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا

"Dan bahwa airnya lebih putih daripada air susu, lebih manis daripada madu, bejana-bejananya sejumlah bintang-bintang di langit, lebar dan panjangnya satu bulan, dan barang siapa minum darinya, niscaya tidak akan haus selamanya."

[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, "Fathul Bari" XI / 463 dan Muslim IV/1792-1798.]

Telaga tersebut khusus untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Masing-masing nabi juga memiliki telaga, akan tetapi telaga yang paling besar adalah milik Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Telaga ini ada di bumi, yang kepadanya mengalir dua saluran air dari jannah yang berasal dari Al-Kautsar, sedangkan mimbar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. berada diatas telaganya.


8. Shirath Dan Setelah Itu Jembatan Antara Jannah dan Naar.

Wajib beriman kepadanya dan beriman bahwa ia benar-benar ada. Ia adalah jembatan yang dipasang di atas permukaan jahanam, diantara jannah dan naar. Semua orang yang dahulu maupun yang belakangan akan melaluinya. Shirath ini lebih tajam daripada pedang dan lebih tipis daripada sehelai rambut. Kita memohon keteguhan kepada Allah. Manusia melewatinya dengan keadaan yang berbeda-beda sesuai dengan amal mereka. Di antara mereka ada yang berhasil melaluinya dalam tempo sekejap mata, ada yang melaluinya seperti kilat, ada yang melewatinya seperti angin, ada yang melaluinya secepat kuda, ada yang seperti unta, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, dan ada yang jatuh ke dalam Jahannam. Di tepi jembatan itu terdapat banyak kait yang diperintah menangkap orang-orang yang diperintahkan untuk ditangkap.

Bila orang-orang mukmin berhasil melewatinya, mereka berhenti di atas sebuah jembatan antara jannah dan naar, yang mana sebagian mereka diberi kesempatan untuk melakukan pembalasan terhadap sebagian yang lain. Apabila mereka telah dibersihkan secara keseluruhan, mereka diizinkan untuk memasuki jannah.
[Lihat "Fathul Bari" XI/444, V/96 no. 2440, XI/395 no. 6535 dan Muslim 1/187.]


9. Syafa'at

Yaitu permintaan kebaikan untuk orang lain. Penulis Rahimahullah telah menyebutkan Tiga Macam Syafa'at. Dua macam di antaranya khusus untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sedangkan yang satu macam lagi adalah syafa'at yang dilakukan oleh beliau dan para nabi yang lain, 'alaihim ash-shalah was salam.

a. Syafa'at 'Uzhma, yaitu syafa'at beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk Ahlul Mauqif (manusia di Mahsyar) sehingga diputuskan pengadilan di antara mereka, ketika seluruh Nabi 'alaihim ash-shalah was salam tidak bersedia memberikan syafa'at ini.

b. Syafa'at beliau untuk Ahlul Jannah agar mereka memasukinya [Dikeluarkan oleh Muslim 1/188]. Syafa'at pertama dan kedua ini khusus milik nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

c. Syafa'at beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, para Nabi, Shiddiqin, Syuhada, dan orang-orang Shalih, dll. bagi orang yang wajib masuk naar dari kalangan orang-orang mukmin, agar tidak memasukinya dan bagi orang yang telah memasukinya agar dikeluarkan darinya. Allah juga mengeluarkan banyak manusia dari naar, tanpa syafa'at dari siapapun, tetapi karena karunia dan kasih sayang-Nya.

Dan masih terdapat sisa tempat/ kekosongan di Jannah dari penduduk dunia yang telah memasukinya, lalu Allah menciptakan kelompok-kelompok manusia dan memasukkan mereka ke jannah.

Dalam Syarh Kitab Ath-Thahawiyah disebutkan ada 8 (delapan) macam syafa'at, yaitu :
1. Syafa'at 'Uzhma untuk memutuskan hukum.
2. Syafa'at untuk beberapa kaum yang memiliki kebaikan dan keburukan yang seimbang.
3. Syafa'at untuk beberapa kaum yang telah diperintahkan masuk naar, agar mereka tidak memasukinya.
4. Syafa'at untuk menaikkan derajat seseorang yang telah masuk jannah.
5. Syafa'at untuk beberapa kaum agar mereka masuk jannah tanpa hisab.
6. Syafa'at beliau untuk meringankan adzab dari orang yang berhak mendapatkannya, seperti syafa'at beliau untuk pamannya, Abu Thalib, agar diperingan dari adzabnya.
7. Syafa'at beliau agar seluruh kaum mukminin diizinkan masuk jannah, dan ini khusus bagi beliau, sebagaimana telah dijelaskan di muka.
8. Syafa'at beliau bagi para pelaku dosa besar di antara umatnya yang telah masuk naar, sehingga mereka dikeluarkan darinya. Syafa'at ini dimiliki pula oleh selain beliau dan beliau lakukan empat kali :
a. Beliau memberikan syafa'at bagi siapa yang dihatinya terdapat keimanan seberat biji gandum.
b. Kemudian bagi siapa yang di dalam hatinya terdapat keimanan seberat biji atom atau biji sawi
c. Kemudian bagi siapa yang di dalam hatinya terdapat keimanan seberat biji sawi yang paling kecil
d. Kemudian bagi siapa yang telah mengucapkan "Laa Ilaaha Illallah."
[Dikeluarkan oleh Al-Bukhari, 'Fathul Bari" Xlll/396 dan Muslim 1/180.]

Dan dalam hadits sahih disebutkan : Lalu Allah Ta'ala berfirman :

شَفَعَتِ الْمَلَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخْرِجَ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطٌّ

"Para malaikat telah memberikan syafa'at. Para Nabi telah memberikan syafa'at. Orang-orang mukmin  telah memberikan syafa'at. Tinggallah (yang belum memberikan syafa'at) Dzat yang Maha Pengasih di antara mereka yang memiliki kasih sayang!" Maka Dia menggenggam sekali genggam, mengambil dan mengeluarkan dari naar suatu kaum yang tidak pernah melakukan kebaikan sama sekali."
[Muslim 1/170.]

Sebagian lagi menyebutkan syafa'at hingga enam macam saja :
1. Syafa'at 'Uzhma
2. Syafa'at untuk memasukkan ke jannah.
3. Syafa'at bagi siapa yang berhak masuk naar agar tidak memasukinya.
4. Syafa'at bagi siapa yang telah masuk ke naar agar dikeluarkan darinya.
5. Syafa'at yang mengangkat derajat beberapa kaum yang telah masuk jannah.
6. Syafa'at untuk meringankan adzab dari Abu Thalib.
[Lihat "Ar-Raudhah An-Nadiyah", hal. 530, "Syarh Ath-Thahawiyah" hal.199, tahqiq Al-Arnauth, dan lihat "Al-Kawasyif Al-Jaliyah", hal. 589.]

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :


شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي

"Syafa'atku untuk Ahlul Kabair (para pelaku dosa besar) dari umatku."
[Abud Dawud no. 4739 dan At-Tirmidzi no. 2437. Lihat pula "Takhrij Al-Misykat" 5595]

Syafa'at mi memiliki dua syarat :
1. Izin Allah bagi yang memberi syafa'at.
2. Ridha Allah bagi yang mendapatkan syafa'at.


10. Jannah dan Naar

Madzhab Ahlus Sunnah mengenai jannah dan naar adalah mempercayai dengan seyakin-yakinnya bahwa jannah dan naar adalah dua makhluk yang tidak akan binasa. Jannah adalah tempat tinggal bagi para wali-Nya sedangkan naar adalah tempat tinggal bagi para musuh-Nya. Penduduk jannah tinggal di dalamnya selama-lamanya sedangkan orang-orang kafir yang tinggal di naar, berada didalamnya kekal selama-lamanya. Naar dan jannah telah ada dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melihat keduanya dalam Shalat Kusuf. Dalam hadits-hadits sahih juga disebutkan bahwa maut (kematian) itu didatangkan dalam bentuk seekor domba yang berbulu putih campur hitam. Ia diberhentikan di antara jannah dan naar, dan disembelih. Kemudian dikatakan: "Wahai penduduk jannah, kekal tiada kematian ! Wahai penduduk naar, kekal dan tiada kematian." ["Shahih Muslim" IV/2188.]


Source:
Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Oleh: Sa’id bin Ali bin Wahfi AI-Qahthaniy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...