HARI A K H I R
Oleh : Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah
Iman kepada Hari Akhir
merupakan salah satu dari enam rukun iman. Iman kepada Hari Akhir ini telah
dibahas secara global, dan sekarang penulis Aqidah Wasithiyah Rahimahullah
hendak menyebutkan sebagian dari detail-detail hari
yang agung itu.
Ringkasan dari apa
yang disebutkan oleh penulis Rahimahullah adalah
sebagai berikut:
1. Iman
Kepada Fitnah Kubur.
Wajib beriman bahwa
manusia akan diuji di dalam kubur mereka, setelah mati. Ujian ini disebut dengan
fitnah kubur. Telah ditegaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa
manusia akan diuji di dalam kubur mereka. Mereka akan ditanya :
مَنْ
رَبُّكَ؟ وَمَا دِيْنُكَ؟ وَمَنْ نَبِيُّكَ؟ فَالْمُؤْمِنُ يَقُولُ: رَبِّيَ اللهُ
وَدِينِي الْإِسْلَامُ وَنَبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
وَالْفَاجِرُ يَقُولُ هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا
فَقُلْتُهُ فَيُقَالُ لَهُ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ فَيَضْرَبَ بِمِطْرَقَةٍ
مِنْ حَدِيدٍ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا كُلُّ شَيْئٍ إِلَّا الْإِنْسَانُ
وَلَوْ سَمِعَهَا لَصَعِقَ
"Siapakah
Rabbmu? Apa agamamu? Siapakah nabimu?" Adapun orang Mukmin akan
menjawab, "Rabbku Allah, agamaku Islam, dan nabiku Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam "
Sedangkan orang fajir akan menjawab, "Ah, ah, aku
tidak tahu. Aku pernah mendengar orang-orang mengatakan sesuatu maka aku ikut
mengatakannya. " Lalu dikatakan kepadanya, "Engkau tidak tahu dan
tidak mengikuti orang yang tahui" la dipukul dengan palu besi sehingga
menjerit dengan jeritan yang terdengar oleh segala sesuatu, kecuali manusia (Dalam
riwayat lain kecuali manusia dan jin). Seandainya manusia mendengarnya
niscaya tersungkur pingsan”.
["Fathul
Bari"III/232 dan "Sunan Abu
Dawud" IV/238]
Allah Ta'ala berfirman :
يُثَبِّتُ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا
يَشَآءُ
"Allah
meneguhkan (iman) orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang zhalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki." (Ibrahim : 27)
2.
Nikmat Dan Adzab Kubur
Hal ini tersebut di
dalam Al-Kitab dan As-Sunnah dan ia merupakan kebenaran yang harus diimani. Karena,
setelah usai fitnah kubur —kita berlindung kepada Allah dari fitnah dan adzab" kubur - ada dua kemungkinan : Memperoleh Adzab atau
Nikmat.
Barangsiapa yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ujian dalam
kubur, maka ia selamat dan berbahagia di kuburnya dan pada Hari Mahsyar.
Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, maka
ia benar-benar merugi dengan kerugian yang nyata. Kita memohon kesentausaan
kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Adzab tersebut berlaku bagi ruh,
sedangkan jasad mengikutinya.
Adapun pada Hari Kiamat, adzab tersebut berlaku untuk ruh dan
jasad sekaligus. Ringkasnya, adzab dan nikmat kubur adalah benar, berdasarkan
petunjuk Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi
wasallam, serta ijma'
umat Islam.
3.
Kiamat Kubra
Wajib beriman bahwa setelah berakhirnya masa kehidupan di dunia,
akan terjadi Kiamat Kubra, yaitu ketika Israfil meniup sangkakala pertama kali.
Setelah itu, Israfil akan meniupnya lagi yang merupakan tiupan hari
kebangkitan, maka seluruh ruh kembali kepada jasad masing-masing sehingga
manusia bangkit dari kubur mereka untuk berjumpa dengan Rabbul 'Alamin, dalam
keadaan tanpa alas kaki dan tanpa busana, dan tidak terkhitan. Yang pertama
kali muncul dari kuburnya adalah Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam Pada hari
ini, matahari berada dekat sekali dengan para hamba. Mereka tenggelam dalam
keringat sesuai dengan kadar amal perbuatan mereka.
4.
Al-Mizan (Timbangan)
Pada Hari Kiamat, banyak timbangan yang dipasang untuk menimbang
amal para hamba.
فَمَن
يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ
٨
"Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan melihatnya. Dan
barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan
melihatnya pula." (Az-Zalzalah : 7-8).
فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٢وَمَنۡ
خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ فِي
جَهَنَّمَ خَٰلِدُونَ ١٠٣
"Barangsiapa
yang berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat
keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah
orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam naar jahanam."
(Al-Mukminum : 102-103).
Timbangan ini benar-benar ada secara hakiki, mempunyai neraca dan
dua daun timbangan.
5.
Buku-buku Dan Lembaran-lembaran Catatan
Amal Yang Dibagi-bagikan Pada Hari Kiamat ini buku-buku catatan
amal dibagikan dan dibuka. Ada yang mengambil buku-buku dan lembaran-lembaran
amalnya itu dengan tangan kanannya, maka orang ini berhak mendapatkan kebahagiaan
abadi. Ia tidak merasakan kesengsaraan lagi sesudahnya. Allah Ta'ala
berfirman :
فَأَمَّا
مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَٰبِيَهۡ
١٩ إِنِّي ظَنَنتُ أَنِّي مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ ٢٠ فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ ٢١
"Adapun
orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia
berkata, Ambilah, bacalah kitabku ini! Sesungguhnya aku yakin bahwa
sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.' Maka, ia berada dalam
kehidupan yang diridhai. Dalam jannah-jannah yang tinggi. Buah-buahannya
dekat." (Al-Haaqqah : 19-23)
Kita memohon kepada Allah karunia-Nya, agar Dia menjadikan kita
salah seorang dari mereka yang mengambil buku catatan amalnya dengan tangan
kanannya ini. Ada lagi orang yang mengambil kitab catatannya dari belakang
punggungnya dengan tangan kirinya, maka orang ini berhak memperoleh
kesengsaraan.
Kita memohon kepada Allah kesentausaan di dunia dan di akhirat.
Allah Ta'ala berfirman :
وَأَمَّا
مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُوتَ
كِتَٰبِيَهۡ ٢٥ وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ ٢٦ يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ٢٧ مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّي مَالِيَهۡۜ ٢٨ هَلَكَ عَنِّي سُلۡطَٰنِيَهۡ ٢٩
"Adapun
orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata
: 'Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan
aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai, kiranya kematian itulah
yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat
kepadaku. Telah hilang dariku kekuasaanku. '(Allah berfirman), 'Tangkaplah ia
lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukanlah ia ke dalam api
naar yang menyala-nyala...'.'" (Al-Haqqah : 25-31).
Kita
berlindung kepada Allah dari kemurkaan dan siksa-Nya.
6. Al-Hisab
(Perhitungan)
Wajib beriman
kepadanya, karena Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam telah
mengabarkannya. Sesungguhnya Allah akan memperlihatkan amal-amal para hamba-Nya
kepada amal mereka sebelum meninggalkan Mahsyar, sehingga setiap orang bisa
melihat amalnya, yang baik maupun yang buruk. Allah Ta'ala
berfirman :
يَوۡمَ
تَجِدُ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا عَمِلَتۡ مِنۡ خَيۡرٖ مُّحۡضَرٗا وَمَا عَمِلَتۡ مِن
سُوٓءٖ تَوَدُّ لَوۡ أَنَّ بَيۡنَهَا وَبَيۡنَهُۥٓ أَمَدَۢا بَعِيدٗاۗ
وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفۡسَهُۥۗ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ
"Pada
hari ketika tiap-tiap diri mendapati kebajikan dihadapkan (ke hadapannya),
begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara
ia dengan amal-amalnya ada masa yang jauh ..." (Ali
Imran: 30).
وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ
حَاضِرٗاۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدٗا
"Dan
mereka mendapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis), Dan Rabbmu
tidak menganiaya seorang juapun." (Al-Kahfi : 49).
Pada hari yang agung ini, manusia ditanya mengenai empat
hal :
عَنْ
عُمْرِهِ فِبمَا أَفْنَاهُ, وَعَنْ شَبَابِهِ فِبمَا أَبْلَاهُ, وَعَنْ مَالِهِ
مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ, وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ
"Tentang
Umurnya, dalam hal apa dihabiskan;
masa
Mudanya, dalam hal apa digunakan;
Hartanya,
dari mana ia mencari dan untuk apakah ia menafkahkannya;
serta
Ilmunya, dalam hal apa diamalkannya."
[At-Tirmidzi
IV/612 dan lihat "Shahih Al-Jami'", Al-Albani.
VI/148.]
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :
مَامِنْكُمْ
مِنْ أحَدٍ إِلَّا سَيُكَلَّمُهُ اللهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ
فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ وَيْنْظُرُ أَشْأَمَ
مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ وَيْنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَا يَرَى
إِلَّا النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَاتَّقُوالنَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرِهِ
"Tidak
satu orang pun di antara kalian kecuali Allah akan berbicara kepadanya, tanpa
perantara seorang penerjemah, la melihat ke sebelah kanannya, maka ia tidak melihat
selain apa yang telah diperbuatnya, lalu melihat ke sebelah kirinya, maka tidak
melihat kecuali apa yang telah diperbuatnya, la juga melihat ke arah depannya, maka
ia tidak melihat selain naar yang berada tepat di hadapannya. Maka, lindungilah
diri kalian dari naar, walaupun hanya dengan secuil kurma."
[Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari, "Fathul Bari"'XI
/ 40 dan Muslim II/703]
Allah Ta'ala
berfirman :
فَوَرَبِّكَ
لَتَسْئَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ . عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Maka,
demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,
tentang
apa yang telah mereka kerjakan dahulu."
(Al-Hijr : 92-93).
Orang-orang kafir tidak dihisab sebagaimana hisab terhadap
orang-orang yang amal kebaikan mereka ditimbang. Hanyalah diperlihatkan
amal-amal mereka lalu mereka mengakuinya, karena mereka sama sekali tidak
mempunyai kebaikan. Kita memohon kepada Allah kesentausaan di dunia dan di
akhirat. Tiada
daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah.
7. Al-Haudh
(Telaga)
Salah satu madzhab yang diyakini oleh Ahlus Sunnah adalah,
mempercayai sepenuhnya bahwa
telaga Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam terdapat di
tengah-tengah padang pada Hari Kiamat.
وَأَنَّ
مَاءَهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ, وَأَحَلَّ مِنَ الْعَسَلِ, وَآتِيَتُهُ
عَدَدَ نُجُومِ السَّمَاءِ, وَطُولُهُ شَهْرٌ وَعِرْضُهُ شَهْرٌ, مَنْ شَرِبَ
مِنْهُ شُرْبَةً لَمْ يَضْمَأْ بَعْدَهَا أَبَدًا
"Dan
bahwa airnya lebih putih daripada air susu, lebih manis daripada madu,
bejana-bejananya sejumlah bintang-bintang di langit, lebar dan panjangnya satu
bulan, dan barang siapa minum darinya, niscaya tidak akan haus selamanya."
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, "Fathul
Bari" XI / 463 dan
Muslim IV/1792-1798.]
Telaga tersebut khusus untuk Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam.
Masing-masing nabi juga memiliki telaga, akan tetapi telaga yang paling besar
adalah milik Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Telaga ini ada di bumi, yang
kepadanya mengalir dua saluran air dari jannah yang berasal dari Al-Kautsar,
sedangkan mimbar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. berada diatas telaganya.
8. Shirath
Dan Setelah Itu Jembatan Antara Jannah dan Naar.
Wajib beriman kepadanya dan beriman bahwa ia benar-benar ada. Ia
adalah jembatan yang dipasang di atas permukaan jahanam, diantara jannah dan
naar. Semua orang yang dahulu maupun yang belakangan akan melaluinya. Shirath
ini lebih tajam daripada pedang dan lebih tipis daripada sehelai rambut. Kita
memohon keteguhan kepada Allah. Manusia melewatinya dengan keadaan yang
berbeda-beda sesuai dengan amal mereka. Di antara mereka ada yang berhasil
melaluinya dalam tempo sekejap mata, ada yang melaluinya seperti kilat, ada yang
melewatinya seperti angin, ada yang melaluinya secepat kuda, ada yang seperti
unta, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, dan ada yang
jatuh ke dalam Jahannam. Di tepi jembatan itu terdapat banyak kait yang
diperintah menangkap orang-orang yang diperintahkan untuk ditangkap.
Bila orang-orang mukmin berhasil melewatinya, mereka berhenti di
atas sebuah jembatan antara jannah dan naar, yang mana sebagian mereka diberi kesempatan
untuk melakukan pembalasan terhadap sebagian yang lain. Apabila mereka telah
dibersihkan secara keseluruhan, mereka diizinkan untuk memasuki jannah.
[Lihat "Fathul Bari"
XI/444, V/96 no.
2440, XI/395 no. 6535 dan Muslim 1/187.]
9.
Syafa'at
Yaitu permintaan kebaikan untuk orang lain. Penulis Rahimahullah
telah
menyebutkan Tiga Macam Syafa'at. Dua macam di antaranya khusus untuk Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sedangkan yang satu macam lagi
adalah syafa'at yang dilakukan oleh beliau dan para nabi yang lain, 'alaihim
ash-shalah was salam.
a. Syafa'at 'Uzhma, yaitu
syafa'at beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk Ahlul Mauqif (manusia di
Mahsyar) sehingga diputuskan pengadilan di antara mereka, ketika seluruh Nabi 'alaihim
ash-shalah was salam tidak bersedia
memberikan syafa'at ini.
b. Syafa'at beliau untuk
Ahlul Jannah agar mereka memasukinya [Dikeluarkan oleh Muslim 1/188]. Syafa'at
pertama dan kedua ini khusus milik nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam.
c. Syafa'at beliau shallallahu
‘alaihi wasallam, para Nabi,
Shiddiqin, Syuhada, dan orang-orang Shalih, dll. bagi orang yang wajib masuk
naar dari kalangan orang-orang mukmin, agar tidak memasukinya dan bagi orang yang
telah memasukinya agar dikeluarkan darinya. Allah juga mengeluarkan banyak
manusia dari naar, tanpa syafa'at dari siapapun, tetapi karena karunia dan
kasih sayang-Nya.
Dan masih terdapat sisa tempat/ kekosongan di Jannah dari penduduk
dunia yang telah memasukinya, lalu Allah menciptakan kelompok-kelompok manusia
dan memasukkan mereka ke jannah.
Dalam Syarh
Kitab Ath-Thahawiyah
disebutkan ada
8 (delapan) macam syafa'at, yaitu :
1.
Syafa'at 'Uzhma untuk memutuskan
hukum.
2.
Syafa'at untuk beberapa kaum yang
memiliki kebaikan dan keburukan yang seimbang.
3.
Syafa'at untuk beberapa kaum yang
telah diperintahkan masuk naar, agar mereka tidak memasukinya.
4.
Syafa'at untuk menaikkan derajat
seseorang yang telah masuk jannah.
5.
Syafa'at untuk beberapa kaum agar
mereka masuk jannah tanpa hisab.
6.
Syafa'at beliau untuk meringankan
adzab dari orang yang berhak mendapatkannya, seperti syafa'at beliau untuk
pamannya, Abu Thalib, agar diperingan dari adzabnya.
7.
Syafa'at beliau agar seluruh kaum
mukminin diizinkan masuk jannah, dan ini khusus bagi beliau, sebagaimana telah
dijelaskan di muka.
8.
Syafa'at beliau bagi para pelaku
dosa besar di antara umatnya yang telah masuk naar, sehingga mereka dikeluarkan
darinya. Syafa'at ini dimiliki pula oleh selain beliau dan beliau lakukan empat
kali :
a. Beliau memberikan syafa'at
bagi siapa yang dihatinya terdapat keimanan seberat biji gandum.
b.
Kemudian bagi siapa yang di dalam
hatinya terdapat keimanan seberat biji atom atau biji sawi
c.
Kemudian bagi siapa yang di dalam
hatinya terdapat keimanan seberat biji sawi yang paling kecil
d. Kemudian bagi siapa yang telah
mengucapkan "Laa Ilaaha Illallah."
[Dikeluarkan oleh Al-Bukhari, 'Fathul
Bari" Xlll/396 dan
Muslim 1/180.]
Dan dalam
hadits sahih disebutkan : Lalu Allah Ta'ala berfirman :
شَفَعَتِ
الْمَلَئِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ
إِلَّا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ فَيُخْرِجَ
مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطٌّ
"Para
malaikat telah memberikan syafa'at. Para Nabi telah memberikan syafa'at.
Orang-orang mukmin telah memberikan
syafa'at. Tinggallah (yang belum memberikan syafa'at) Dzat yang Maha Pengasih
di antara mereka yang memiliki kasih sayang!" Maka Dia menggenggam sekali
genggam, mengambil dan mengeluarkan dari naar suatu kaum yang tidak pernah melakukan
kebaikan sama sekali."
[Muslim 1/170.]
Sebagian
lagi menyebutkan syafa'at hingga enam macam saja :
1.
Syafa'at 'Uzhma
2.
Syafa'at untuk memasukkan ke
jannah.
3.
Syafa'at bagi siapa yang berhak masuk
naar agar tidak memasukinya.
4.
Syafa'at bagi siapa yang telah
masuk ke naar agar dikeluarkan darinya.
5. Syafa'at yang mengangkat
derajat beberapa kaum yang telah masuk jannah.
6. Syafa'at untuk
meringankan adzab dari Abu Thalib.
[Lihat "Ar-Raudhah
An-Nadiyah", hal.
530, "Syarh Ath-Thahawiyah" hal.199, tahqiq Al-Arnauth, dan
lihat "Al-Kawasyif Al-Jaliyah", hal. 589.]
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pernah
bersabda :
شَفَاعَتِي
لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي
"Syafa'atku untuk
Ahlul Kabair (para pelaku dosa besar) dari umatku."
[Abud Dawud no. 4739 dan
At-Tirmidzi no. 2437. Lihat pula "Takhrij
Al-Misykat" 5595]
Syafa'at mi
memiliki dua syarat :
1. Izin Allah
bagi yang memberi syafa'at.
2. Ridha
Allah bagi yang mendapatkan syafa'at.
10.
Jannah dan Naar
Madzhab Ahlus Sunnah mengenai jannah dan naar adalah mempercayai
dengan seyakin-yakinnya bahwa jannah dan naar adalah dua makhluk yang tidak
akan binasa. Jannah adalah tempat tinggal bagi para wali-Nya sedangkan naar
adalah tempat tinggal bagi para musuh-Nya. Penduduk jannah tinggal di dalamnya
selama-lamanya sedangkan orang-orang kafir yang tinggal di naar, berada
didalamnya kekal selama-lamanya. Naar dan jannah telah ada dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah
melihat keduanya dalam Shalat Kusuf. Dalam hadits-hadits sahih juga disebutkan
bahwa maut (kematian) itu didatangkan dalam bentuk seekor domba yang berbulu
putih campur hitam. Ia diberhentikan di antara jannah dan naar, dan disembelih.
Kemudian dikatakan: "Wahai penduduk jannah, kekal tiada kematian ! Wahai
penduduk naar, kekal dan tiada kematian." ["Shahih
Muslim" IV/2188.]
Source:
Syarh Al-Aqidah
Al-Wasithiyah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Oleh:
Sa’id bin Ali bin Wahfi AI-Qahthaniy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar