Tanda Hati Yang Sakit dan Sehat
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata dalam
kitab Ighatsah Al-Lahfan fi Mashayid Asy-Syaithan,
“Setiap dari anggota tubuh diciptakan memiliki
fungsi khusus, sempurnanya anggota tubuh adalah ketika dapat berfungsi sesuai
tugasnya, sedangkan tanda sakitnya adalah jika tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, sampai tidak dapat menghasilkan gerakan ataupun dapat
berfungsi namun disertai gemetar.”
Maka tangan yang sakit adalah ketika tidak mampu untuk
memukul, mata sakit ketika tidak dapat melihat dan memandang, lisan sakit
ketika tidak dapat berbicara, tubuh sakit ketika tidak dapat bergerak
sebagaimana mestinya ataupun melemah. Sedangkan hati sakit ketika hati tak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu mengenal Allah, mencintai-Nya,
merindukan perjumpaan dengan-Nya, bertaubat kepada-Nya, dan lebih mendahulukan
hal-hal itu daripada seluruh tuntutan nafsu syahwat.
Siapa yang Tidak Mengenal
Rabbnya
Seandainya seorang hamba mengenal segala sesuatu namun
tidak mengenal Rabbnya, maka seolah-olah dia tidaklah mengenal apa-apa. Sekiranya dia telah mendapatkan
segala bagian dari kenikmatan dunia dan kelezatannya serta semua yang menarik
dari dunia ini, namun tidak berhasil mendapatkan cinta Allah, kerinduan
kepada-Nya, dan kebahagiaan karena-Nya, maka seakan dia tidaklah mendapatkan
kelezatan, kenikmatan, dan penyejuk mata. Bahkan jika hati kosong dari semua
hal itu, maka semua bagian serta kenikmatan hanyalah menjadi siksa untuknya.
Setiap orang yang mengenal Allah pasti dia mencintai-Nya,
pasti memurnikan ibadah hanya untuk-Nya, segala yang dicintai tidak akan
memalingkannya dari Allah. Maka siapa yang lebih memilih hal-hal yang
dicintai melebihi (kecintaan) kepada-Nya, maka itu tanda hatinya sakit.
Sebagaimana halnya perut, jika telah terbiasa memakan segala yang haram dan
lebih mengutamakannya daripada yang halal, dan berganti dengan mencintai
selain-Nya.
Hati yang Sakit Sedang
Pemiliknya Tidak Mengetahui
Terkadang hati yang sakit bahkan sangat parah
sakitnya, namun pemiliknya tidak mengetahui, karena kesibukan dan abai untuk
mengetahui kesehatan hati maupun sebab-sebabnya. Lebih parahnya, terkadang hati
telah mati namun pemiliknya tidak menyadarinya. Indikasinya adalah jika hati
tidak merasa tersakiti oleh busuknya keburukan, kebodohannya akan
kebenaran, dan akidah menyimpangnya tidak membuatnya sakit. Karena sebenarnya,
hati yang masih hidup niscaya akan sakit bila terkena hal-hal buruk, dan akan
merasakan sakit disebabkan ketidaktahuannya tentang kebenaran selama ia masih
hidup, karena yang mati tidak akan dapat merasakan sakitnya luka.
Tidak Sabar
Mengobati
Terkadang hati menyadari sakitnya, akan tetapi terasa berat
baginya menanggung pahitnya obat dan kesabaran dalam mengobatinya. Sehingga dia
lebih memilih membiarkan hatinya sakit daripada harus menanggung beratnya obat.
Karena sejatinya obatnya adalah dengan menyelisihi hawa nafsunya, dan ini
adalah hal tersulit bagi jiwa. Namun tidak ada yang lebih bermanfaat baginya
dibandingkan jika harus melawan nafsu. Terkadang telah mempersiapkan diri untuk
bersabar, kemudian tekadnya hilang, sehingga tidak dapat melanjutkan
dikarenakan lemah ilmu, basirah dan kesabarannya. Seperti orang memasuki jalan
menakutkan yang mengantarkannya menuju keamanan. Dan dia mengetahui bahwa jika
bisa bersabar, ketakutan itu akan hilang digantikan dengan keamanan. Maka dia
membutuhkan kesabaran kuat, dan keyakinan kuat terhadap apa yang dapat
mengantarkannya kepada tujuan. Kapan kesabaran dan keyakinannya melemah, dia
pasti balik arah, dan tidak akan kuat menahan susahnya medan. Apalagi jika
tidak ada kawan, enggan bersatu, dan mulailah dia berkata, “Ke mana perginya
manusia? Padahal mereka adalah teladanku.”
Kondisi Mayoritas
Makhluk
Ini adalah kondisi kebanyakan makhluk, dan ia jugalah yang
membinasakan mereka. Maka, orang berilmu dan jujur takkan bersikap enggan,
karena sedikitnya teman ataupun kehilangan teman, jika hatinya merasakan
persahabatan dengan generasi pertama, “(yaitu) Orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiqin , orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (An-Nisaa`: 69), maka kesendirian seorang hamba di jalan
pencarian adalah tanda kejujuran.
Betapa indahnya perkataan Abdurrahman bin Ismail yang terkenal
dengan Abu Syamah dalam kitab Al-Bida’ wa Al-Hawadits: “Di mana datang
perintah untuk berpegang kepada jamaah: maksudnya adalah dengan berpegang teguh
pada al-haqq dan mengikutinya, meskipun pemegangnya itu sedikit, sedangkan
penentangnya banyak.” Karena Kebenaran adalah apa yang telah ditempuh oleh
jamaah pertama dari masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat
beliau, tidak dilihat dari banyaknya pengusung kebatilah setelah mereka.
Maksud tanda-tanda penyakit hati adalah berpaling dari asupan gizi
bermanfaat yang sesuai untuknya kepada asupan makanan (hati) berbahaya, dan
berpalingnya dari obat mujarab menuju penyakit berbahaya. Maka di sini ada
empat hal: asupan bermanfaat, obat mujarab, asupan berbahaya, dan penyakit
kronis.
Hati yang Sehat
Hati sehat pastilah lebih memilih hal-hal bermanfaat yang
menguntungkan daripada hal berbahaya. Dan hati yang sakit justru sebaliknya.
Asupan hati paling bermanfaat adalah asupan iman, sedangkan obat
terampuh adalah obat Al-Quran, karena di dalam dua hal tersebut terdapat asupan
dan obat.
Di antara tanda hati sehat adalah berpindah dari dunia menuju
Akhirat, dan tinggal disana. Sehingga seakan-akan dia menjadi penghuninya dan
putra-putranya, datang menuju kampung ini (dunia) dalam keadaan asing sekedar
mengambil kebutuhannya, kemudian kembali ke negrinya. Sebagaimana disabdakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abdullah bin Umar, “Jadilah
dirimu di dunia ini seakan dirimu orang asing atau penyeberang jalan, dan
persiapkan dirimu jadi bagian penghuni kubur.” (HR. Ahmad dan
At-Tirmidzi)
Maka mari menuju surga keabadian,
Sesungguhnya
ia adalah rumah dan kamp utamamu,
Tetapi kita adalah tawanan musuh, apakah engkau
melihat,
Jalan kembali ke negeri kita dan menyelamatkan diri?
Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anh berkata,
“Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat telah
pergi menyambut kita, masing-masing memiliki putra-putra. Maka jadilah kalian
bagian dari putra-putra akhirat, dan janganlah menjadi bagian dari putra-putra
dunia, karena hari ini adalah hari beramal tanpa hisab, sedangkan esok hanya
ada hisab tanpa amalan.”
Setiap hati yang sembuh dari sakit, maka ia akan
berjalan menuju akhirat, dekat kepadanya. Sampai ia menjadi bagian dari
penghuninya. Namun setiap hati itu sakit, maka ia akan memilih dunia dan
penghuninya, sampai ia menjadi pembelanya.
Di antara tanda-tanda kesehatan hati: ia senantiasa
mencambuk pemiliknya hingga mau kembali kepada Allah dan menghinakan diri
kepada-Nya, bergantung kepada-Nya. Seperti orang yang jatuh cinta; bergantung
kepada kekasihnya. Tiada kehidupan, keberuntungan, kenikmatan, dan kebahagiaan
baginya kecuali dengan ridha-Nya, dekat kepada-Nya, dan senang bersama-Nya.
Dengan-Nya hati bisa tenang, dan tenteram, kembali kepada-Nya, bahagia
dengan-Nya, berserah diri kepada-Nya, yakin kepada-Nya, serta hanya
menggantungkan harapan dan takut kepadaNya.
Maka zikir adalah kekuatan, makanan, kecintaannya, dan
kerinduan kepada-Nya adalah kehidupan, kenikmatan, kelezatan dan
kebahagiaannya. Sedangkan berpaling dan bergantung kepada selain-Nya adalah
penyakit hati, dan kembali kepada-Nya adalah obatnya. Jika Rabbnya menyapanya,
dia merasa tenang dan tenteram dengan-Nya, serta hilanglah kebimbangan serta
kecemasan itu, dan tertutuplah kemiskinan itu. Karena sesungguhnya di dalam
hati terdapat kemiskinan, selamanya tidak ada yang dapat menutupinya selain
Allah Ta’ala.
Di dalam hati juga terdapat kekacauan yang tidak dapat
disatukan selain dengan menghadapkan diri kepada-Nya. Juga terdapat penyakit
tidak ada yang dapat menyembuhkan selain dengan mengikhlaskan ibadah hanya
untuk-Nya saja. Hati ini selalu mencambuk pemiliknya sampai dia tenang dan
tenteram bersama Rabb dan Tuhannya. Maka ketika itulah semangat hidup dimulai,
merasakan lezatnya iman, menjadi kehidupan bernafaskan akhirat, bukan kehidupan
orang-orang lalai dan berpaling dari tugas utama diciptakannya makhluk (yaitu
ibadah). Karenanyalah surga dan neraka diciptakan, demi tujuan itulah para
rasul diutus dan kitab-kitab suci diturunkan. Seandainya tidak ada balasan
selain keberadaannya niscaya itu cukup sebagai balasan, dan cukuplah
kelalaiannya menjadi kerugian dan siksaan.
Sebagian orang bijak mengatakan, “Orang-orang miskin
penduduk dunia, keluar dari dunia tanpa dapat merasakan sesuatu yang terindah
di dalamnya. Ditanyakan: apa yang terindah di dalamnya? Dia berkata: kecintaan
Allah, merasa damai dengan-Nya, rindu bertemu dengan-Nya, dan menikmati zikir
serta ketaatan kepada-Nya.”
Yang lain mengatakan, “Demi Allah dunia tidaklah menjadi
baik kecuali dengan cinta dan taat kepada-Nya, tidak pula surga kecuali dengan
melihat dan memandangi-Nya.”
Yang lain berkata, “Siapa yang matanya sejuk dengan
Allah, maka dengan-Nya, semua maka akan merasa sejuk. Sedangkan siapa yang
matanya tidak merasa sejuk dengan Allah, maka hatinya akan hancur oleh dunia
dalam keadaan rugi.”
Di antara tanda kesehatan hati: tidak pernah putus
berzikir kepada Rabbnya, dan tidak pernah merasa bosan berbakti kepada-Nya.
Tanpa-Nya, dia tidak merasa tenang, selain dengan orang yang dapat
menunjukkannya kepada-Nya, mengingatkannya dengan-Nya, dan saling memberi
peringatan dengan perintah ini.
Di antara tanda kesehatan hati: jika wiridnya hilang,
maka hati itu akan merasakan sakit lebih dahsyat dibandingkan rasa sakit seorang
yang tamak saat kehilangan hartanya.
Di antara tanda kesehatan hati: dia selalu merindukan
saat-saat untuk berbakti kepada-Nya, sebagaimana seseorang yang lapar
merindukan makanan dan minuman.
Di antara tanda kesehatan hati: sesungguhnya jika dia
memasuki shalat, maka lenyaplah kekhawatiran dan kesedihannya terhadap dunia,
dan terasa berat baginya untuk keluar dari shalat itu. Dia mendapatkan
ketenangan dan kenikmatan di dalamnya. Shalat sebagai penyejuk matanya dan
kebahagiaan hatinya.
Di antara tanda kesehatan hati: ia memiliki satu
tekad, yaitu semua menjadi karena Allah.
Di antara tanda kesehatan hati: hendaknya dia menjadi
orang yang paling pelit terhadap waktunya, jika harus berlalu dengan sia-sia
melebihi kebakhilan manusia terhadap hartanya.
Di antaranya pula: hendaknya perhatiannya terhadap
perbaikan amalan lebih besar daripada sekedar beramal, dan berusaha ikhlas,
memberikan nasehat, ittiba’ (sesuai tuntunan), dan ihsan dalam beramal.
Dengan itu dia bisa melihat anugerah Allah atasnya dalam beramal dan menyadari
bahwa dia telah meremehkan hak Allah.
Anugerah
Allah kepadanya dan kesadarannya telah meremehkan hak Allah, inilah enam tanda
yang tidak dapat dilihat kecuali oleh hati yang selamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar