7/08/2019

TANDA HATI YANG SAKIT DAN SEHAT - Ibnu Qayyim Al Jauziyyah


Tanda Hati Yang Sakit dan Sehat


Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata dalam kitab Ighatsah Al-Lahfan fi Mashayid Asy-Syaithan,

Setiap dari anggota tubuh diciptakan memiliki fungsi khusus, sempurnanya anggota tubuh adalah ketika dapat berfungsi sesuai tugasnya, sedangkan tanda sakitnya adalah jika tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sampai tidak dapat menghasilkan gerakan ataupun dapat berfungsi namun disertai gemetar.”

Maka tangan yang sakit adalah ketika tidak mampu untuk memukul, mata sakit ketika tidak dapat melihat dan memandang, lisan sakit ketika tidak dapat berbicara, tubuh sakit ketika tidak dapat bergerak sebagaimana mestinya ataupun melemah. Sedangkan hati sakit ketika hati tak dapat berfungsi sebagaimana mestinya yaitu mengenal Allah, mencintai-Nya, merindukan perjumpaan dengan-Nya, bertaubat kepada-Nya, dan lebih mendahulukan hal-hal itu daripada seluruh tuntutan nafsu syahwat.

Siapa yang Tidak Mengenal Rabbnya
Seandainya seorang hamba mengenal segala sesuatu namun tidak mengenal Rabbnya, maka seolah-olah dia tidaklah mengenal apa-apa. Sekiranya dia telah mendapatkan segala bagian dari kenikmatan dunia dan kelezatannya serta semua yang menarik dari dunia ini, namun tidak berhasil mendapatkan cinta Allah, kerinduan kepada-Nya, dan kebahagiaan karena-Nya, maka seakan dia tidaklah mendapatkan kelezatan, kenikmatan, dan penyejuk mata. Bahkan jika hati kosong dari semua hal itu, maka semua bagian serta kenikmatan hanyalah menjadi siksa untuknya.

Setiap orang yang mengenal Allah pasti dia mencintai-Nya, pasti memurnikan ibadah hanya untuk-Nya, segala yang dicintai tidak akan memalingkannya dari Allah. Maka siapa yang lebih memilih hal-hal yang dicintai melebihi (kecintaan) kepada-Nya, maka itu tanda hatinya sakit. Sebagaimana halnya perut, jika telah terbiasa memakan segala yang haram dan lebih mengutamakannya daripada yang halal, dan berganti dengan mencintai selain-Nya.

Hati yang Sakit Sedang Pemiliknya Tidak Mengetahui
Terkadang hati yang sakit bahkan sangat parah sakitnya, namun pemiliknya tidak mengetahui, karena kesibukan dan abai untuk mengetahui kesehatan hati maupun sebab-sebabnya. Lebih parahnya, terkadang hati telah mati namun pemiliknya tidak menyadarinya. Indikasinya adalah jika hati tidak merasa tersakiti oleh busuknya keburukan, kebodohannya akan kebenaran, dan akidah menyimpangnya tidak membuatnya sakit. Karena sebenarnya, hati yang masih hidup niscaya akan sakit bila terkena hal-hal buruk, dan akan merasakan sakit disebabkan ketidaktahuannya tentang kebenaran selama ia masih hidup, karena yang mati tidak akan dapat merasakan sakitnya luka.

Tidak Sabar Mengobati
 Terkadang hati menyadari sakitnya, akan tetapi terasa berat baginya menanggung pahitnya obat dan kesabaran dalam mengobatinya. Sehingga dia lebih memilih membiarkan hatinya sakit daripada harus menanggung beratnya obat. Karena sejatinya obatnya adalah dengan menyelisihi hawa nafsunya, dan ini adalah hal tersulit bagi jiwa. Namun tidak ada yang lebih bermanfaat baginya dibandingkan jika harus melawan nafsu. Terkadang telah mempersiapkan diri untuk bersabar, kemudian tekadnya hilang, sehingga tidak dapat melanjutkan dikarenakan lemah ilmu, basirah dan kesabarannya. Seperti orang memasuki jalan menakutkan yang mengantarkannya menuju keamanan. Dan dia mengetahui bahwa jika bisa bersabar, ketakutan itu akan hilang digantikan dengan keamanan. Maka dia membutuhkan kesabaran kuat, dan keyakinan kuat terhadap apa yang dapat mengantarkannya kepada tujuan. Kapan kesabaran dan keyakinannya melemah, dia pasti balik arah, dan tidak akan kuat menahan susahnya medan. Apalagi jika tidak ada kawan, enggan bersatu, dan mulailah dia berkata, “Ke mana perginya manusia? Padahal mereka adalah teladanku.”

Kondisi Mayoritas Makhluk
 Ini adalah kondisi kebanyakan makhluk, dan ia jugalah yang membinasakan mereka. Maka, orang berilmu dan jujur takkan bersikap enggan, karena sedikitnya teman ataupun kehilangan teman, jika hatinya merasakan persahabatan dengan generasi pertama, “(yaitu) Orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiqin , orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (An-Nisaa`: 69), maka kesendirian seorang hamba di jalan pencarian adalah tanda kejujuran.

Betapa indahnya perkataan Abdurrahman bin Ismail yang terkenal dengan Abu Syamah dalam kitab Al-Bida’ wa Al-Hawadits: “Di mana datang perintah untuk berpegang kepada jamaah: maksudnya adalah dengan berpegang teguh pada al-haqq dan mengikutinya, meskipun pemegangnya itu sedikit, sedangkan penentangnya banyak.” Karena Kebenaran adalah apa yang telah ditempuh oleh jamaah pertama dari masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau, tidak dilihat dari banyaknya pengusung kebatilah setelah mereka.
Maksud tanda-tanda penyakit hati adalah berpaling dari asupan gizi bermanfaat yang sesuai untuknya kepada asupan makanan (hati) berbahaya, dan berpalingnya dari obat mujarab menuju penyakit berbahaya. Maka di sini ada empat hal: asupan bermanfaat, obat mujarab, asupan berbahaya, dan penyakit kronis.

Hati yang Sehat

Hati sehat pastilah lebih memilih hal-hal bermanfaat yang menguntungkan daripada hal berbahaya. Dan hati yang sakit justru sebaliknya.

Asupan hati paling bermanfaat adalah asupan iman, sedangkan obat terampuh adalah obat Al-Quran, karena di dalam dua hal tersebut terdapat asupan dan obat.

Di antara tanda hati sehat adalah berpindah dari dunia menuju Akhirat, dan tinggal disana. Sehingga seakan-akan dia menjadi penghuninya dan putra-putranya, datang menuju kampung ini (dunia) dalam keadaan asing sekedar mengambil kebutuhannya, kemudian kembali ke negrinya. Sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Abdullah bin Umar, “Jadilah dirimu di dunia ini seakan dirimu orang asing atau penyeberang jalan, dan persiapkan dirimu jadi bagian penghuni kubur.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

Maka mari menuju surga keabadian,
Sesungguhnya ia adalah rumah dan kamp utamamu,
Tetapi kita adalah tawanan musuh, apakah engkau melihat,
Jalan kembali ke negeri kita dan menyelamatkan diri?

Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anh berkata, “Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan kita, sedangkan akhirat telah pergi menyambut kita, masing-masing memiliki putra-putra. Maka jadilah kalian bagian dari putra-putra akhirat, dan janganlah menjadi bagian dari putra-putra dunia, karena hari ini adalah hari beramal tanpa hisab, sedangkan esok hanya ada hisab tanpa amalan.”

Setiap hati yang sembuh dari sakit, maka ia akan berjalan menuju akhirat, dekat kepadanya. Sampai ia menjadi bagian dari penghuninya. Namun setiap hati itu sakit, maka ia akan memilih dunia dan penghuninya, sampai ia menjadi pembelanya.

Di antara tanda-tanda kesehatan hati: ia senantiasa mencambuk pemiliknya hingga mau kembali kepada Allah dan menghinakan diri kepada-Nya, bergantung kepada-Nya. Seperti orang yang jatuh cinta; bergantung kepada kekasihnya. Tiada kehidupan, keberuntungan, kenikmatan, dan kebahagiaan baginya kecuali dengan ridha-Nya, dekat kepada-Nya, dan senang bersama-Nya. Dengan-Nya hati bisa tenang, dan tenteram, kembali kepada-Nya, bahagia dengan-Nya, berserah diri kepada-Nya, yakin kepada-Nya, serta hanya menggantungkan harapan dan takut kepadaNya.

Maka zikir adalah kekuatan, makanan, kecintaannya, dan kerinduan kepada-Nya adalah kehidupan, kenikmatan, kelezatan dan kebahagiaannya. Sedangkan berpaling dan bergantung kepada selain-Nya adalah penyakit hati, dan kembali kepada-Nya adalah obatnya. Jika Rabbnya menyapanya, dia merasa tenang dan tenteram dengan-Nya, serta hilanglah kebimbangan serta kecemasan itu, dan tertutuplah kemiskinan itu. Karena sesungguhnya di dalam hati terdapat kemiskinan, selamanya tidak ada yang dapat menutupinya selain Allah Ta’ala.

Di dalam hati juga terdapat kekacauan yang tidak dapat disatukan selain dengan menghadapkan diri kepada-Nya. Juga terdapat penyakit tidak ada yang dapat menyembuhkan selain dengan mengikhlaskan ibadah hanya untuk-Nya saja. Hati ini selalu mencambuk pemiliknya sampai dia tenang dan tenteram bersama Rabb dan Tuhannya. Maka ketika itulah semangat hidup dimulai, merasakan lezatnya iman, menjadi kehidupan bernafaskan akhirat, bukan kehidupan orang-orang lalai dan berpaling dari tugas utama diciptakannya makhluk (yaitu ibadah). Karenanyalah surga dan neraka diciptakan, demi tujuan itulah para rasul diutus dan kitab-kitab suci diturunkan. Seandainya tidak ada balasan selain keberadaannya niscaya itu cukup sebagai balasan, dan cukuplah kelalaiannya menjadi kerugian dan siksaan.

Sebagian orang bijak mengatakan, “Orang-orang miskin penduduk dunia, keluar dari dunia tanpa dapat merasakan sesuatu yang terindah di dalamnya. Ditanyakan: apa yang terindah di dalamnya? Dia berkata: kecintaan Allah, merasa damai dengan-Nya, rindu bertemu dengan-Nya, dan menikmati zikir serta ketaatan kepada-Nya.”

Yang lain mengatakan, “Demi Allah dunia tidaklah menjadi baik kecuali dengan cinta dan taat kepada-Nya, tidak pula surga kecuali dengan melihat dan memandangi-Nya.”

Yang lain berkata, “Siapa yang matanya sejuk dengan Allah, maka dengan-Nya, semua maka akan merasa sejuk. Sedangkan siapa yang matanya tidak merasa sejuk dengan Allah, maka hatinya akan hancur oleh dunia dalam keadaan rugi.”

Di antara tanda kesehatan hati: tidak pernah putus berzikir kepada Rabbnya, dan tidak pernah merasa bosan berbakti kepada-Nya. Tanpa-Nya, dia tidak merasa tenang, selain dengan orang yang dapat menunjukkannya kepada-Nya, mengingatkannya dengan-Nya, dan saling memberi peringatan dengan perintah ini.

Di antara tanda kesehatan hati: jika wiridnya hilang, maka hati itu akan merasakan sakit lebih dahsyat dibandingkan rasa sakit seorang yang tamak saat kehilangan hartanya.

Di antara tanda kesehatan hati: dia selalu merindukan saat-saat untuk berbakti kepada-Nya, sebagaimana seseorang yang lapar merindukan makanan dan minuman.

Di antara tanda kesehatan hati: sesungguhnya jika dia memasuki shalat, maka lenyaplah kekhawatiran dan kesedihannya terhadap dunia, dan terasa berat baginya untuk keluar dari shalat itu. Dia mendapatkan ketenangan dan kenikmatan di dalamnya. Shalat sebagai penyejuk matanya dan kebahagiaan hatinya.

Di antara tanda kesehatan hati: ia memiliki satu tekad, yaitu semua menjadi karena Allah.

Di antara tanda kesehatan hati: hendaknya dia menjadi orang yang paling pelit terhadap waktunya, jika harus berlalu dengan sia-sia melebihi kebakhilan manusia terhadap hartanya.

Di antaranya pula: hendaknya perhatiannya terhadap perbaikan amalan lebih besar daripada sekedar beramal, dan berusaha ikhlas, memberikan nasehat, ittiba’ (sesuai tuntunan), dan ihsan dalam beramal. Dengan itu dia bisa melihat anugerah Allah atasnya dalam beramal dan menyadari bahwa dia telah meremehkan hak Allah.

Anugerah Allah kepadanya dan kesadarannya telah meremehkan hak Allah, inilah enam tanda yang tidak dapat dilihat kecuali oleh hati yang selamat.
 
ALFATIHIN edisi 1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...