7/13/2019

NASEHAT UNTUK MUJAHIDIN BAG. 5


TENTANG PEMENGGALAN WARGA AMERIKA, 
NICHOLAS BERG:


Tidakkah kalian dengar, bagaimana mereka mengingkari pemenggalan orang Amerika bernama Nicholas Bergh, itu?

Mereka paling depan untuk mengingkari aksi ini karena sebelumnya mereka sudah mundur dari memerangi orang-orang kafir, dan karena mereka belum pernah menghirup angin ‘izzah (harga diri dan kemuliaan), belum pernah merasa tinggi dengan kandungan-kandungan iman, yang mana seorang mukmin harus merasa tinggi di hadapan kejahiliyahan dan para pengikutnya, “Dan milik Alloh, rosul-Nya, dan orang-orang berimanlah harga diri (‘izzah) itu, akan tetapi orang-orang munafik tidak mengeta-hui.” ( QS. Al-Munafiqun: 8).

Orang-orang seperti mereka sangat sulit membayangkan dirinya –karena posisinya sebagai budak yang hina—bisa menyembelih sang majikan, yaitu orang Amerika.

Benar! Mereka terlanjur menetek susu kehinaan dari puting ibu-ibu mereka sampai kehinaan itu mengalir dalam diri mereka. Maka sangat sulit sekali mereka bisa berubah dan berganti. Fakta pahit ini memang tidak mereka nyatakan terus terang, tapi mereka membungkusnya dengan selendang kefakihan dalam urusan agama, mereka menampilkan kehinaan ini dengan menghiasinya menggunakan pakaian hikmah (sikap bijaksana). Mereka mengeluarkan pernyataan dan tidak jujur, dengan mengatakan bahwa aksi eksekusi ini memperburuk citra Islam dalam pandangan orang-orang barat yang memiliki ―perasaan sensitif. Kata mereka, sebelum adanya aksi ini dunia sangat reaksioner dengan kejahatan yang terjadi di penjara Abu Ghorib dan Guantanamo, tapi gara-gara ada aksi pemenggalan ini timbul dampak negatif terhadap reaksi dan respon positif negara-negara dunia tadi. Bahkan, fanatisme kebangsaan si anjing bangsa Rum, Bush, tadinya sudah mereda hingga titik paling rendah; tapi gara-gara ada aksi pemenggalan ini, emosi kebangsaannya kembali memuncak.

Seolah-seolah, orang-orang yang katanya memiliki kebebasan di dunia itu sudah menghunus pedangnya, menugaskan pasukannya dengan serius, dan sudah benar-benar melongokkan kepalanya untuk membebaskan Irak dan menyelamat-kan orang-orang bebas serta wanita-wanita yang kehilangan anaknya dari penjara kebengisan dan kedzaliman.

Yang sangat patut disayangkan adalah, media informasi salibis kafir itu berhasil –dengan didukung persetujuan orang-orang yang sekulit dengan kita— memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi orang Islam. Melalui tekanan yang menakutkan, dan jaringan-jaringan informasi dunia arab dan internasional, mereka berhasil mencuci otak kaum muslimin, mempengaruhi pemikiran mereka, membalik fithroh mereka, dan menjadikan tekad mereka menjadi banci.

Subhanalloh! Musuh dari kaum salib datang penuh dengki dengan membawa program yang sangat mengkhawatirkan, yaitu ingin menguasai umat Islam dan memberikan kekuasaan bagi kaum yahudi, memerangi syariat, merampas kehormatan, memperkosa harga diri, melancarkan kehinaan dan kerendahan kepada umat manusia, sementara umatku hanya melihat dari kejauhan, tidak mampu berbuat apapun selain menampar pipi dan menangis, umatku tidak mampu mematahkan rantai kehinaan yang diikatkan kepadanya sejak kurun waktu yang lama.

Telah lahir generasi yang terasuki penyakit kehinaan, dan dihinakan dengan pakaian aib. Maka neraca penilaian yang digunakan oleh generasi ini berubah sangat drastis, generasi ini kehilangan neraca penilaian yang didasarkan kelurusan dan hidayah dari langit, sebagaimana diberitakan oleh Ash-Shôdiqul Mashdûq (Rosululloh SAW):

تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ عِرْضَ الْحَصِيرِ عُودًا عُودًا, فَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيْهِ نُكْتَةً بَيْضَاءَ, وَأَيُّ قَلْبٍ أَشْرَبَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةً سَوْدَاءَ, حَتَّى يَصِيرَ الْقَلْبُ عَلَى قَلْبَيْنِ: أَبْيَضَ مَثْلِ الصَّفَاةِ لَا يَضُرُّهُ فَتْنَةٌ مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ, وَالْآخَرِ أَسْوَدَ مِرْبَازًا كَالْكَوْزِ مُجْخِيًا, لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا, إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ

“Berbagai fitnah dilancarkan kepada hati seperti dianyamnya tikar satu bilah demi satu bilah, maka hati mana saja yang mengingkari fitnah itu, akan tertitik di sana satu titik putih. Dan hati mana saja yang tenggelam olehnya, maka akan dititikkan satu titik hitam. Sehingga hanya ada dua hati saja: Hati yang putih seperti batu yang halus, ia tidak akan terpengaruh fitnah selama masih ada langit dan bumi; dan hati yang hitam dan tertutup seperti mangkuk yang terbalik, tidak mengerti mana yang makruf, dan tidak mengingkari perkara yang munkar, selain yang sesuai dengan keinginan hawa nafsunya.”

Inilah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sosok penyayang dan belas kasih –ayah dan ibuku menjadi penebusnya—, beliau menggambarkan sebuah jalan yang terang dan sunnah yang jelas buat kita, ketika beliau dikirimi surat perihal permohonan pembebasan tawanan yang oleh kaumnya hendak ditebus dengan harta sekian dan sekian, beliau menjawab, ―Bunuh tawanan itu, sungguh membunuh satu orang musyrik lebih aku sukai daripada harta sekian dan sekian…

Sebagian utusan berusaha untuk menyelamatkan si bule, Bergh, ini, mereka membayar kepada kami harta berapapun yang kami minta, di saat kami sangat membutuhkan harta guna mendorong roda jihad, tapi kami lebih memilih membalaskan dendam saudara-saudara dan umat kami.

Kami telah berjanji kepada Alloh untuk menghidupkan sunnah dan melazimi jalan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Bukankah nabi kita, yang penyayang dan belas kasih, bersabda:

لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِالذَّبْحِ

“Aku telah datang kepada kalian dengan sembelih.” ( HR. Ahmad).


Dengan itulah, hati para penentang dan orang-orang keras kepala dari pemuka Quraisy menjadi takut, mereka menjadi segan dan takut kepada beliau, mereka meminta keridhoan dan belas kasihan dari beliau, padahal sebelumnya menghina dan memperolok beliau?

Kami katakan: Seandainya umat ini menghunus pedangnya, berdiri kokoh di atas prinsipnya, menyiapkan pasukannya, dan bergerak ke Gedung Putih untuk membalaskan dendam, lalu terjadi lagi aksi pemenggalan, sehingga suasanapun berubah dan pasukan musuh mampu diporak porandakan, tentu keadaan umat ini akan lain dengan yang sekarang

mereka alami. Akan tetapi sayang, di manakah umatku menanggapi kejadian yang telah menimpa dan sedang menimpa kaum muslimin di Irak, Palestina, Afghanistan, Indonesia, Cechnya, dan lain seba-gainya? Apakah umatku tidak pandai berbuat sesuatu selain menangis dan merintih, atau sekedar melakukan demonstasi-demonstasi damai, dan hanya bisa mengecam serta mengancam saja?

Apakah yang sudah diperbuat para demonstran untuk Afghanistan? Bahkan, apakah yang sudah mereka perbuat untuk Mulla ‘Umar yang rela mengorbankan seluruh negaranya demi menyelamatkan satu orang muslim, yang kini terasing di pegunungan?
Apakah yang sudah dilakukan umatku untuk wanita-wanita Sara-jevo, Indonesia, Kashmir, Palestina, dan Irak, yang kehormatan mereka ternodai di hadapan penglihatan dan pendengar umat secara keseluruhan?

Demi Alloh, kalau saja dalam hati kita masih tersisa ghîroh (kecemburuan) atau yang mendekati, terhadap kejadian yang menimpa saudara-saudara kita yang tadinya bebas, tentu kita tidak akan bisa nyenyak tidur. Tentu kita tidak akan bisa bersenang-senang dengan istri di atas ranjang kita sampai wanita-wanita yang kehilangan anaknya itu dibebaskan.

Celaka engkau, wahai umatku… Kehormatanmu berada di tangan para penyembah salib, mereka memper-mainkannya, tapi tidak ada yang menyambut panggilan.



“...Semua tawanan fihak yang kalah sudah dikembalikan
Tidak tersisa lagi selain tawanan kita
Aku tidak melihat cambuk kehinaan berlumur darah
Kecuali pasti kulihat di sana ada cuilan daging tawanan dari kita
Tidaklah kita mati seperti rusa
Sampai-sampai kematian malu menghampiri kita...”


Maka dalam rangka mem-bangkit-kan semangat, menyejukkan pandangan ahli tauhid di belahan bumi timur dan barat, kami bertekad untuk tidak menebus bule ini walapun mereka membayarnya dengan emas seberat dirinya. Kami telah berjanji kepada Alloh untuk tidak menebus tawanan dengan harta, meskipun kami berpendapat itu boleh dan sah dilakukan. Namun, semua ini kami lakukan agar musuh-musuh Alloh mengerti bahwa dalam hati kami tidak ada kemurahan hati dan kasihan kepada mereka. Hanya ada dua pilihan saja, bebaskan tawanan kami, atau kami sembelih tawanan dari kalian.



Source:
Judul Asli: Washôya li `l-Mujâhidîn
Oleh: Syaikh Abû Mush‗ab Al-Zarqawi
Edisi Indonesia: Kumpulan Nasehat Untuk Mujahidin
Penerjemah: Ahmad Ilham Al-Kandari
Editor Ulang: AKM PUSTAKA
Publikasi I: AL-QAEDOON GROUP
Publikasi II: AKM PUSTAKA
9 Rabiul Awal 1440 H - 17 November 2018,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...