TENTANG PEMENGGALAN WARGA AMERIKA,
NICHOLAS BERG:
Tidakkah
kalian dengar, bagaimana mereka mengingkari pemenggalan orang Amerika bernama
Nicholas Bergh, itu?
Mereka
paling depan untuk mengingkari aksi ini karena sebelumnya mereka sudah mundur
dari memerangi orang-orang kafir, dan karena mereka belum pernah menghirup
angin ‘izzah (harga diri dan kemuliaan), belum pernah merasa tinggi dengan
kandungan-kandungan iman, yang mana seorang mukmin harus merasa tinggi di
hadapan kejahiliyahan dan para pengikutnya, “Dan milik Alloh, rosul-Nya, dan
orang-orang berimanlah harga diri (‘izzah) itu, akan tetapi orang-orang munafik
tidak mengeta-hui.” ( QS. Al-Munafiqun: 8).
Orang-orang
seperti mereka sangat sulit membayangkan dirinya –karena posisinya sebagai
budak yang hina—bisa menyembelih sang majikan, yaitu orang Amerika.
Benar!
Mereka terlanjur menetek susu kehinaan dari puting ibu-ibu mereka sampai
kehinaan itu mengalir dalam diri mereka. Maka sangat sulit sekali mereka bisa
berubah dan berganti. Fakta pahit ini memang tidak mereka nyatakan terus
terang, tapi mereka membungkusnya dengan selendang kefakihan dalam urusan
agama, mereka menampilkan kehinaan ini dengan menghiasinya menggunakan pakaian
hikmah (sikap bijaksana). Mereka mengeluarkan pernyataan dan tidak jujur,
dengan mengatakan bahwa aksi eksekusi ini memperburuk citra Islam dalam
pandangan orang-orang barat yang memiliki ―perasaan sensitif. Kata mereka,
sebelum adanya aksi ini dunia sangat reaksioner dengan kejahatan yang terjadi
di penjara Abu Ghorib dan Guantanamo, tapi gara-gara ada aksi pemenggalan ini
timbul dampak negatif terhadap reaksi dan respon positif negara-negara dunia
tadi. Bahkan, fanatisme kebangsaan si anjing bangsa Rum, Bush, tadinya sudah
mereda hingga titik paling rendah; tapi gara-gara ada aksi pemenggalan ini,
emosi kebangsaannya kembali memuncak.
Seolah-seolah,
orang-orang yang katanya memiliki kebebasan di dunia itu sudah menghunus
pedangnya, menugaskan pasukannya dengan serius, dan sudah benar-benar
melongokkan kepalanya untuk membebaskan Irak dan menyelamat-kan orang-orang
bebas serta wanita-wanita yang kehilangan anaknya dari penjara kebengisan dan
kedzaliman.
Yang
sangat patut disayangkan adalah, media informasi salibis kafir itu berhasil
–dengan didukung persetujuan orang-orang yang sekulit dengan kita— memberikan
pengaruh dalam pembentukan pribadi orang Islam. Melalui tekanan yang
menakutkan, dan jaringan-jaringan informasi dunia arab dan internasional,
mereka berhasil mencuci otak kaum muslimin, mempengaruhi pemikiran mereka,
membalik fithroh mereka, dan menjadikan tekad mereka menjadi banci.
Subhanalloh!
Musuh dari kaum salib datang penuh dengki dengan membawa program yang sangat mengkhawatirkan,
yaitu ingin menguasai umat Islam dan memberikan kekuasaan bagi kaum yahudi,
memerangi syariat, merampas kehormatan, memperkosa harga diri, melancarkan
kehinaan dan kerendahan kepada umat manusia, sementara umatku hanya melihat
dari kejauhan, tidak mampu berbuat apapun selain menampar pipi dan menangis,
umatku tidak mampu mematahkan rantai kehinaan yang diikatkan kepadanya sejak
kurun waktu yang lama.
Telah
lahir generasi yang terasuki penyakit kehinaan, dan dihinakan dengan pakaian
aib. Maka neraca penilaian yang digunakan oleh generasi ini berubah sangat
drastis, generasi ini kehilangan neraca penilaian yang didasarkan kelurusan dan
hidayah dari langit, sebagaimana diberitakan oleh Ash-Shôdiqul Mashdûq
(Rosululloh SAW):
تُعْرَضُ
الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ عِرْضَ الْحَصِيرِ عُودًا عُودًا, فَأَيُّ قَلْبٍ
أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيْهِ نُكْتَةً بَيْضَاءَ, وَأَيُّ قَلْبٍ أَشْرَبَهَا
نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةً سَوْدَاءَ, حَتَّى يَصِيرَ الْقَلْبُ عَلَى قَلْبَيْنِ:
أَبْيَضَ مَثْلِ الصَّفَاةِ لَا يَضُرُّهُ فَتْنَةٌ مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ
وَالْأَرْضُ, وَالْآخَرِ أَسْوَدَ مِرْبَازًا كَالْكَوْزِ مُجْخِيًا, لَا يَعْرِفُ
مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا, إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ
“Berbagai
fitnah dilancarkan kepada hati seperti dianyamnya tikar satu bilah demi satu
bilah, maka hati mana saja yang mengingkari fitnah itu, akan tertitik di sana
satu titik putih. Dan hati mana saja yang tenggelam olehnya, maka akan
dititikkan satu titik hitam. Sehingga hanya ada dua hati saja: Hati yang putih
seperti batu yang halus, ia tidak akan terpengaruh fitnah selama masih ada
langit dan bumi; dan hati yang hitam dan tertutup seperti mangkuk yang
terbalik, tidak mengerti mana yang makruf, dan tidak mengingkari perkara yang
munkar, selain yang sesuai dengan keinginan hawa nafsunya.”
Inilah
Abu Bakar Ash-Shiddiq, sosok penyayang dan belas kasih –ayah dan ibuku menjadi
penebusnya—, beliau menggambarkan sebuah jalan yang terang dan sunnah yang
jelas buat kita, ketika beliau dikirimi surat perihal permohonan pembebasan tawanan
yang oleh kaumnya hendak ditebus dengan harta sekian dan sekian, beliau
menjawab, ―Bunuh tawanan itu, sungguh membunuh satu orang musyrik lebih aku
sukai daripada harta sekian dan sekian…
Sebagian
utusan berusaha untuk menyelamatkan si bule, Bergh, ini, mereka membayar kepada
kami harta berapapun yang kami minta, di saat kami sangat membutuhkan harta
guna mendorong roda jihad, tapi kami lebih memilih membalaskan dendam
saudara-saudara dan umat kami.
Kami
telah berjanji kepada Alloh untuk menghidupkan sunnah dan melazimi jalan
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Bukankah
nabi kita, yang penyayang dan belas kasih, bersabda:
لَقَدْ
جِئْتُكُمْ بِالذَّبْحِ
“Aku
telah datang kepada kalian dengan sembelih.” ( HR. Ahmad).
Dengan
itulah, hati para penentang dan orang-orang keras kepala dari pemuka Quraisy
menjadi takut, mereka menjadi segan dan takut kepada beliau, mereka meminta
keridhoan dan belas kasihan dari beliau, padahal sebelumnya menghina dan memperolok
beliau?
Kami
katakan: Seandainya umat ini menghunus pedangnya, berdiri kokoh di atas
prinsipnya, menyiapkan pasukannya, dan bergerak ke Gedung Putih untuk
membalaskan dendam, lalu terjadi lagi aksi pemenggalan, sehingga suasanapun
berubah dan pasukan musuh mampu diporak porandakan, tentu keadaan umat ini akan
lain dengan yang sekarang
mereka
alami. Akan tetapi sayang, di manakah umatku menanggapi kejadian yang telah
menimpa dan sedang menimpa kaum muslimin di Irak, Palestina, Afghanistan,
Indonesia, Cechnya, dan lain seba-gainya? Apakah umatku tidak pandai berbuat
sesuatu selain menangis dan merintih, atau sekedar melakukan
demonstasi-demonstasi damai, dan hanya bisa mengecam serta mengancam saja?
Apakah
yang sudah diperbuat para demonstran untuk Afghanistan? Bahkan, apakah yang
sudah mereka perbuat untuk Mulla ‘Umar yang rela mengorbankan seluruh negaranya
demi menyelamatkan satu orang muslim, yang kini terasing di pegunungan?
Apakah
yang sudah dilakukan umatku untuk wanita-wanita Sara-jevo, Indonesia, Kashmir,
Palestina, dan Irak, yang kehormatan mereka ternodai di hadapan penglihatan dan
pendengar umat secara keseluruhan?
Demi
Alloh, kalau saja dalam hati kita masih tersisa ghîroh (kecemburuan) atau yang
mendekati, terhadap kejadian yang menimpa saudara-saudara kita yang tadinya
bebas, tentu kita tidak akan bisa nyenyak tidur. Tentu kita tidak akan bisa
bersenang-senang dengan istri di atas ranjang kita sampai wanita-wanita yang
kehilangan anaknya itu dibebaskan.
Celaka
engkau, wahai umatku… Kehormatanmu berada di tangan para penyembah salib,
mereka memper-mainkannya, tapi tidak ada yang menyambut panggilan.
“...Semua
tawanan fihak yang kalah sudah dikembalikan
Tidak tersisa lagi selain tawanan kita
Aku tidak melihat cambuk kehinaan berlumur darah
Kecuali pasti kulihat di sana ada cuilan daging
tawanan dari kita
Tidaklah kita mati seperti rusa
Sampai-sampai kematian malu menghampiri kita...”
Maka
dalam rangka mem-bangkit-kan semangat, menyejukkan pandangan ahli tauhid di
belahan bumi timur dan barat, kami bertekad untuk tidak menebus bule ini
walapun mereka membayarnya dengan emas seberat dirinya. Kami telah berjanji
kepada Alloh untuk tidak menebus tawanan dengan harta, meskipun kami
berpendapat itu boleh dan sah dilakukan. Namun, semua ini kami lakukan agar
musuh-musuh Alloh mengerti bahwa dalam hati kami tidak ada kemurahan hati dan
kasihan kepada mereka. Hanya ada dua pilihan saja, bebaskan tawanan kami, atau
kami sembelih tawanan dari kalian.
Source:
Judul Asli: Washôya li `l-Mujâhidîn
Oleh: Syaikh Abû Mush‗ab Al-Zarqawi
Edisi Indonesia: Kumpulan Nasehat Untuk Mujahidin
Penerjemah: Ahmad Ilham Al-Kandari
Editor Ulang: AKM PUSTAKA
Publikasi I: AL-QAEDOON GROUP
Publikasi II: AKM PUSTAKA
9 Rabiul Awal 1440 H - 17
November 2018,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar