Sungguh Allah
Memerintahkan Berbuat
ADIL dan BAIK
“Ihsan”
(berbuat baik) adalah antonim (lawan) dari “al-isa`ah” (berbuat buruk). Ihsan mencakup
segala sesuatu yang disukai, segala hal yang menyenangkan jiwa, berupa kenikmatan
yang didapat manusia pada badan, jiwa, dan kondisinya. (Mu'jam
Maqayis Al-Lughah, karya Ibnu Faris) Definisi ihsan dalam
terminologi syariat ada dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam : “Engkau
beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jikapun engkau tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR.
Muslim)
Allah
Ta'ala memerintahkan hal itu. Dia berfirman, “Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat,” (An-Nahl: 90).
Allah
juga berfirman, “Bagi orang-orang yang berbuat baik,
ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya,” (Yunus:
26). Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda menafsirkan ayat ini, “Al-husna
adalah surga dan
'tambahannya' adalah melihat wajah Allah Ta'ala.”
(HR. Abu Harim dan Ath-Thabari)
Ihsan Ada Dua Macam.
Pertama, terkait dengan
ibadah kepada Allah. Kedua, terkait dengan manusia dan segenap makhluk lainnya.
Pertama:
ia adalah tingkatan agama tertinggi, di mana seorang muslim mendaki
dan naik ke tingkatan iman tertinggi.
Pasalnya,
seseorang tidak mungkin sampai ke tingkatan ihsan kecuali dia telah mencapai
Islam dan iman. Dia akan beribadah kepada Allah sembari merasakan bahwa
pengawasan-Nya. Seakan-akan Allah melihatnya, sehingga dia akan mengelokkan
amalan dan memperbaiki ibadahnya. Dia menjadikan semua harapan dari amalannya adalah
ridha Allah. Sehingga kondisi lahirnya seperti kondisi batinnya, dia tidak
terpengaruh celaan dan terlena oleh pujian.
Kedua:
berbuat baik kepada manusia dan seluruh makhluk lainnya.
Cabangnya
sangat banyak, seperti berbakti kepada kedua orangtua, berbakti kepada pasanganya
satu sama lain (suami dan istri), berbuat baik kepada keluarga dan kerabat, kepada
janda, anak yaim, dan fakir miskin, dan berbuat baik kepada manusia secara umum.
Allah berfirman, “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Ali 'Imran: 134)
Hasan
Al-Bashri Rahimahullah berkata, “Sungguh aku memenuhi kebutuhan saudaraku,
maka lebih aku cintai daripada beri’tikaf selama setahun.” ('Uyun
Al-Akbar, karya Ibnu Taimiyah)
Akhi
Mujahid, termasuk ke dalam ihsan adalah membantu manusia dalam segala keutamaan
yang diperintahkan Islam, semisal menunaikan kebutuhan-kebutuhan, menolong
dengan harta, meringankan penderitaan, menjenguk orang sakit, dan berinteraksi
dengan akhlak baik bersama mereka, dan melakukan semua itu sembari merasakan
pengawasan Allah Ta'ala terhadap kita, dan mengharap ridha-Nya.
Di
antara pintu ihsan terbesar kepada sesama manusia adalah ihsan dengan memberikan
nasihat, mengajarkan ilmu, amar makruf nahi mungkar. Tiada hal paling agung
dari menyampaikan nasihat atau amar makruf nahi mungkar, sehingga manusia
mendapatkan kebaikan dalam agama dan akhirat mereka.
Orang
pertama yang merasakan manfaat ihsan adalah mereka yang berbuat ihsan pada diri
mereka sendiri. Mereka menyaksikan buah ihsan dari diri mereka, sehingga mereka
mendapatkan kelegaan dan ketenangan.
Ibnul
Qayyim –Rahimahullah berkata- “Barangsiapa berbuat lembut kepada para
hamba-Nya, maka Dia akan berbuat lembut kepadanya, barangsiapa mengasihi
hamba-Nya, maka Dia akan mengasihinya. Barangsiapa berbuat baik kepada
hamba-Nya, maka Dia akan berbuat baik kepadanya. Barangsiapa menutupi aib
mereka, maka Dia akan menutupi aibnya. Barangsiapa mencari-cari aib hamba-Nya,
maka Dia akan mengorek aibnya. Barangsiapa yang mempersulit hamba-Nya, maka Dia
akan mempersulitnya dan mengeksposnya.
Barangsiapa
yang menghalangi kebaikan dari-Nya, maka Dia akan menghalangi kebaikan-Nya
untuk dirinya. Barangsiapa memperdaya hamba-Nya, maka Dia akan memperdayanya.
Barangsiapa yang mempergauli hamba-Nya dengan sifat tertentu, maka dengan itu
pula Allah akan memperlakukannya di dunia dan akhirat.” (Al-Wabil
Ash-Shayib Min Al-Kalim Ath-Thayib)
Hadits
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jauhilah
oleh kalian prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah ucapan paling
dusta. Janganlah kalian saling memata-matai, jangan saling mendengki, saling membelakangi,
dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
source:
AL FATIHIN 05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar