7/14/2019

KISAH SEORANG MUJAHID


Para Murid Al-Hafizh
Huzhaifah Al-Bathawi

Allah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk memenangkannya atas seluruh agama, agar seluruh bumi berhukum dengan syariat- Nya, sehingga kemuliaan menjadi milik para pengikut agama Islam. Kemuliaan menjadi simbol dan syiar mereka. Harga diri merasuk ke dalam jiwa mereka dan kewibaan meresap ke dalam relung hati, sehingga mereka menjadi luhur oleh perpaduan iman dan Tauhid. Mereka menapaki kedudukan tinggi dalam kesabaran dan keteguhan.
Ketika keadaan kaum muslimin seperti ini, orang-orang kafir dan musyrik selalu berusaha untuk mengalahkan dan menghinakan mereka, menghalangi mereka dengan penangkapan demi menghancurkan mental dan memalingkan tekad mereka.
Akan tetapi, para pemilik kemuliaan dan kewibawaan yang ditawan orang-orang kafir enggan tunduk pada kehinaan. Mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk membebaskan diri, sebagaimana saudara-saudara mereka berusaha untuk membebaskan mereka dengan perang atau menebus dengan harta. Mereka mendapatkan teladan baik dalam diri para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Dulu, kaum musyrik menawan Malik bin Auf Al-Asyja’i rahimahullah yang kemudian melepaskan diri dari musuh saat mereka lengah, sampai akhirnya dia tiba di Madinah, dengan membawa unta yang dia peroleh.
Imran bin Hushain meriwayatkan kisah seorang wanita yang ditawan musuh. Kemudian dia menghampiri kawanan unta mereka, sampai akhirnya dia mendapatkan satu unta betina. Lalu dia pun mengendarainya hingga akhirnya sampai di Madinah. Kisah seperti ini sangatlah banyak di dalam As-Sunnah.
Sungguh, aksi bala tentara Daulah Islam dalam membebaskan tawanan dari tangan para sipir menjadi momok bagi mereka. Berbagai operasi menjadi bukti untuk mereka. Kebanyakan operasi berakhir dengan bebasnya para tawanan dari belenggu kehinaan. Barangkali operasi paling terkenal adalah operasi yang dilakukan mujahidin di penjara Abu Ghuraib, setelahnya adalah penjara Al-Khalis di Diyala, di mana mujahidin bergerak dari dalam penjara dan disokong saudara-saudara mereka dari luar penjara. Demikianlah yang dilakukan Sang Komandan Hudzaifah Al-Baththawi –semoga Allah menerimanya— dan sudara-saudaranya, hingga dia berhasil membunuh seorang berpangkat brigadir jenderal di satuan anti teror beserta sejumlah pasukannya, setelah para saudaranya berhasil menyelundupkan senjata ke dalam penjara. Kemudian dia pun gugur –semoga Allah menerimanya.
Sejak berdirinya, Daulah Islam membiasakan diri untuk membebaskan tawanan kaum muslimin dengan mengerahkan para kesatria terbaiknya, demi mengikuti perintah Nabi dan menempuh jalan golongan sebelum mereka dari kalangan salaf umat ini. Syaikh Abu Anas Asy-Syami –semoga Allah menerimanya— terjun ke medan tempur pertama kali saat menyerang penjara Abu Ghuraib pada tahun 1425 Hijriyah, dalam rangka membebaskan kaum muslimin dan muslimat yang tertawan. Namun takdir Allah menentukan, perang itu tidak berhasil mencapai targetnya, dan dia gugur di jalan Allah.
Para umaraa` (petinggi) Daulah mengumumkan berbagai pertempuran demi pertempuran, kampanye demi kampanye, sampai Allah memperkenankan mereka membebaskan banyak tawanan muslim dari cengkeraman Rafidhah di berbagai penjara di Irak, seperti penjara Badusy, Taji, dan masih banyak lainnya. Demikian pula dengan pembebasan saudara-saudara kita yang ditawan tangan Salibis di penjara Marawi, di Timur Asia.
Operasi penuh berkah yang dilakukan sejumlah tentara Khilafah di penjara Depok, sebelah selatan Ibu Kota Indonesia Jakarta merefleksikan makna agung untuk mujahid dalam melepaskan belenggu kehinaan yang diterapkan para sipir penjara. Sungguh kelompok kecil bersenjatakan keimanan dan berbaju kesabaran bertekad membebaskan diri mereka dengan mengorbankan jiwa, setelah umat Islam di sekitar menelantarkan mereka. Ditambah lagi, antara mereka dengan mujahidin terpisah jarak sangat jauh. Hingga kelompok kecil itu bangkit dari hinanya tertawan menuju kemuliaan jihad, sampai mereka berhasil menawan beberapa sipir dan membunuh mereka, kami memohon kepada Allah untuk memberi kemenangan kepada mereka, dan mencurahkan kesabaran dan keteguhan kepada mereka.
Untuk dia yang diuji dengan pemenjaraan, hendaklah meneladani para saudaranya tersebut dan mencontoh orang yang telah mendahului mereka. Sehingga dia berusaha untuk membebaskan dirinya dari kaum kafir dan murtad. Karena tidak ada kebaikan sama sekali hidup di dalam penjara mereka dalam keadaan hina lagi rendah. Mereka menimpakan kepadanya berbagai macam warna kematian dan siksaan, serta mengekangnya dari jihad di jalan Allah dan peperangan melawan para musuh-Nya, dan menghalanginya untuk mendapatkan kesyahidan. Apabila Allah memudahkannya untuk membebaskan diri, maka dia bisa bergabung dengan saudara-saudaranya di medan jihad. Dan jika dia terbunuh dalam usahanya melepaskan diri, maka dia meraih kesyahidan yang selama ini dia impikan dan usahakan. Sesungguhnya jihad yang dia harapkan, jika Allah membebaskannya dari penjara, dan mati syahid yang dia idamkan sebagai akhir dari jihadnya, sangat dekat kepadanya dari yang lainnya seandainya dia mau melakukan sepenuh tekad. Orang-orang murtad dan Salibis tidaklah jauh darinya kecuali hanya beberapa meter saja, dan senjata terkadang sangat dekat dari jangkauannya sepanjang waktu. Dan sungguh itu hanyalah soal taufik, tekad, dan saat penentuan dengan takdir Allah, keadaan akan berbalik dari tahanan menjadi seorang kesatria inghimasi (jibaku).
Dan seyogianya para tawanan mengetahui bahwa saudara mereka dari bala tentara Khilafah sangat ingin membebaskan mereka, dan mengerahkan segala kemampuan mereka untuk hal itu. Mereka tidak akan tenang dan tentram hinggadapat melepaskan belenggu mereka dan membalaskan dendam kepada para sipir penjara untuk mereka. Maka hendaklah mereka bersabar dan teguh. Barangsiapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar untuknya, dan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak dia sangka.

Source: AL FATIHIN 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...