Para Murid Al-Hafizh
Huzhaifah Al-Bathawi
Allah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan
agama yang benar untuk memenangkannya atas seluruh agama, agar seluruh bumi
berhukum dengan syariat- Nya, sehingga kemuliaan menjadi milik para pengikut
agama Islam. Kemuliaan menjadi simbol dan syiar mereka. Harga diri merasuk ke
dalam jiwa mereka dan kewibaan meresap ke dalam relung hati, sehingga mereka
menjadi luhur oleh perpaduan iman dan Tauhid. Mereka menapaki kedudukan tinggi
dalam kesabaran dan keteguhan.
Ketika keadaan kaum muslimin seperti ini, orang-orang
kafir dan musyrik selalu berusaha untuk mengalahkan dan menghinakan mereka,
menghalangi mereka dengan penangkapan demi menghancurkan mental dan memalingkan
tekad mereka.
Akan tetapi, para pemilik kemuliaan dan kewibawaan
yang ditawan orang-orang kafir enggan tunduk pada kehinaan. Mereka berusaha
dengan sekuat tenaga untuk membebaskan diri, sebagaimana saudara-saudara mereka
berusaha untuk membebaskan mereka dengan perang atau menebus dengan harta. Mereka
mendapatkan teladan baik dalam diri para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dulu, kaum musyrik menawan Malik bin Auf Al-Asyja’i rahimahullah yang
kemudian melepaskan diri dari musuh saat mereka lengah, sampai akhirnya dia
tiba di Madinah, dengan membawa unta yang dia peroleh.
Imran bin Hushain meriwayatkan kisah seorang wanita
yang ditawan musuh. Kemudian dia menghampiri kawanan unta mereka, sampai
akhirnya dia mendapatkan satu unta betina. Lalu dia pun mengendarainya hingga
akhirnya sampai di Madinah. Kisah seperti ini sangatlah banyak di dalam
As-Sunnah.
Sungguh, aksi bala tentara Daulah Islam dalam
membebaskan tawanan dari tangan para sipir menjadi momok bagi mereka. Berbagai
operasi menjadi bukti untuk mereka. Kebanyakan operasi berakhir dengan bebasnya
para tawanan dari belenggu kehinaan. Barangkali operasi paling terkenal adalah
operasi yang dilakukan mujahidin di penjara Abu Ghuraib, setelahnya adalah
penjara Al-Khalis di Diyala, di mana mujahidin bergerak dari dalam penjara dan
disokong saudara-saudara mereka dari luar penjara. Demikianlah yang dilakukan
Sang Komandan Hudzaifah Al-Baththawi –semoga Allah menerimanya— dan
sudara-saudaranya, hingga dia berhasil membunuh seorang berpangkat brigadir
jenderal di satuan anti teror beserta sejumlah pasukannya, setelah para
saudaranya berhasil menyelundupkan senjata ke dalam penjara. Kemudian dia pun
gugur –semoga Allah menerimanya.
Sejak berdirinya, Daulah Islam membiasakan diri untuk
membebaskan tawanan kaum muslimin dengan mengerahkan para kesatria terbaiknya,
demi mengikuti perintah Nabi dan menempuh jalan golongan sebelum mereka dari
kalangan salaf umat ini. Syaikh Abu Anas Asy-Syami –semoga Allah menerimanya—
terjun ke medan tempur pertama kali saat menyerang penjara Abu Ghuraib pada tahun
1425 Hijriyah, dalam rangka membebaskan kaum muslimin dan muslimat yang
tertawan. Namun takdir Allah menentukan, perang itu tidak berhasil mencapai
targetnya, dan dia gugur di jalan Allah.
Para umaraa` (petinggi) Daulah mengumumkan
berbagai pertempuran demi pertempuran, kampanye demi kampanye, sampai Allah
memperkenankan mereka membebaskan banyak tawanan muslim dari cengkeraman
Rafidhah di berbagai penjara di Irak, seperti penjara Badusy, Taji, dan masih
banyak lainnya. Demikian pula dengan pembebasan saudara-saudara kita yang
ditawan tangan Salibis di penjara Marawi, di Timur Asia.
Operasi penuh berkah yang dilakukan sejumlah tentara
Khilafah di penjara Depok, sebelah selatan Ibu Kota Indonesia Jakarta
merefleksikan makna agung untuk mujahid dalam melepaskan belenggu kehinaan yang
diterapkan para sipir penjara. Sungguh kelompok kecil bersenjatakan keimanan
dan berbaju kesabaran bertekad membebaskan diri mereka dengan mengorbankan
jiwa, setelah umat Islam di sekitar menelantarkan mereka. Ditambah lagi, antara
mereka dengan mujahidin terpisah jarak sangat jauh. Hingga kelompok kecil itu
bangkit dari hinanya tertawan menuju kemuliaan jihad, sampai mereka berhasil
menawan beberapa sipir dan membunuh mereka, kami memohon kepada Allah untuk
memberi kemenangan kepada mereka, dan mencurahkan kesabaran dan keteguhan
kepada mereka.
Untuk dia yang diuji dengan pemenjaraan, hendaklah
meneladani para saudaranya tersebut dan mencontoh orang yang telah mendahului
mereka. Sehingga dia berusaha untuk membebaskan dirinya dari kaum kafir dan
murtad. Karena tidak ada kebaikan sama sekali hidup di dalam penjara mereka
dalam keadaan hina lagi rendah. Mereka menimpakan kepadanya berbagai macam
warna kematian dan siksaan, serta mengekangnya dari jihad di jalan Allah dan
peperangan melawan para musuh-Nya, dan menghalanginya untuk mendapatkan
kesyahidan. Apabila Allah memudahkannya untuk membebaskan diri, maka dia bisa
bergabung dengan saudara-saudaranya di medan jihad. Dan jika dia terbunuh dalam
usahanya melepaskan diri, maka dia meraih kesyahidan yang selama ini dia
impikan dan usahakan. Sesungguhnya jihad yang dia harapkan, jika Allah
membebaskannya dari penjara, dan mati syahid yang dia idamkan sebagai akhir
dari jihadnya, sangat dekat kepadanya dari yang lainnya seandainya dia mau
melakukan sepenuh tekad. Orang-orang murtad dan Salibis tidaklah jauh darinya
kecuali hanya beberapa meter saja, dan senjata terkadang sangat dekat dari
jangkauannya sepanjang waktu. Dan sungguh itu hanyalah soal taufik, tekad, dan
saat penentuan dengan takdir Allah, keadaan akan berbalik dari tahanan menjadi
seorang kesatria inghimasi (jibaku).
Dan
seyogianya para tawanan mengetahui bahwa saudara mereka dari bala tentara
Khilafah sangat ingin membebaskan mereka, dan mengerahkan segala kemampuan
mereka untuk hal itu. Mereka tidak akan tenang dan tentram hinggadapat
melepaskan belenggu mereka dan membalaskan dendam kepada para sipir penjara
untuk mereka. Maka hendaklah mereka bersabar dan teguh. Barangsiapa bertakwa
kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar untuknya, dan memberikan
rezeki kepadanya dari arah yang tidak dia sangka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar