HIDUP DAN BERSINARNYA HATI
Adalah Modal Segala Kebaikan
Dan MATI SERTA GELAPNYA
HATI
Adalah Modal Segala Keburukan
Oleh : Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
DASAR SEGALA KEBAIKAN DAN KEBAHAGIAAN HAMBA,
BAHKAN SETIAP MAKHLUK
HIDUP
ADALAH KESEMPURNAAN HIDUP DAN CAHAYANYA.
HIDUP DAN CAHAYA ADALAH MODAL SEGALA KEBAIKAN.
Allah befirman,
أَوَ
مَن كَانَ مَيۡتٗا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورٗا يَمۡشِي بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ
كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ لَيۡسَ بِخَارِجٖ مِّنۡهَاۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ
لِلۡكَٰفِرِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٢٢
"Dan
apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan kami berikan
kepadanya cahaya yang terang yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?" (Al-An'am:
122).
Allah
menghimpun dua dasar fundamental: Kehidupan dan cahaya. Hidup akan melahirkan
kekuatan; kekuatan pendengaran, penglihatan, malu, 'iffah (menahan diri
dari yang diharamkan), keberanian, kesabaran dan segenap akhlak mulia lainnya.
Juga ia akan melahirkan kecintaan pada kebaikan dan benci keburukan. Semakin
kuat hidup seseorang semakin kuat pula sifat-sifat di atas. Sebaliknya, jika
hidupnya lemah maka lemah pula sifat-sifat itu pada dirinya. Tingkat malunya
dari berba-gai keburukan adalah sebanding dengan kehidupan yang ada pada dirinya. Hati yang
sehat dan hidup secara naluriah akan lari dan membenci jika disodorkan padanya
berbagai keburukan, ia tidak akan menoleh sedikit pun padanya. Ini tentu
berbeda dengan hati yang mati, ia tidak bisa membedakan antara kebaikan dan
keburukan.
Dalam hal ini Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu berkata,
"Binasalah orang yang dengan hatinya tidak mengetahui kebaikan dan tidak
mengingkari kemungkaran."
Demikian
pula hati yang mengidap penyakit syahwat, karena kelemahannya ia condong pada
apa yang disodorkan padanya, dan itu tergantung stadium penyakit yang
dideritanya.
Jika
cahaya dan sinar hati kuat maka terbukalah baginya pengetahuan dan hakikatnya.
Tampaklah baginya kebaikan sebagai kebaikan, karena cahayanya lalu ia
mengedepankannya dalam kehidupan. Demikian pula dengan keburukan, ia akan
tampak buruk baginya. Tentang dua dasar fundamental ini, Allah telah
menyebutkannya dalam banyak ayat, di antaranya,
وَكَذَٰلِكَ
أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ رُوحٗا مِّنۡ أَمۡرِنَاۚ مَا كُنتَ تَدۡرِي مَا ٱلۡكِتَٰبُ
وَلَا ٱلۡإِيمَٰنُ وَلَٰكِن جَعَلۡنَٰهُ نُورٗا نَّهۡدِي بِهِۦ مَن نَّشَآءُ مِنۡ
عِبَادِنَاۚ وَإِنَّكَ لَتَهۡدِيٓ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ ٥٢
"Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al-Qur'an) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur'an itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."
(Asy-Syura: 52).
Dia menghimpunkan antara ruh
yang menghasilkan kehidupan dengan cahaya yang menghasilkan sinar dan pancaran.
Ia juga mengabar-kan bahwa Al-Qur'an yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya Shallallahu
Alaihi wa Sallam mengandung dua hal: Ruh yang dengannya hati menjadi hidup
dan cahaya yang dengannya didapatkan penerangan dan pancaran, sebagaimana
firman Allah,
أَوَ
مَن كَانَ مَيۡتٗا فَأَحۡيَيۡنَٰهُ وَجَعَلۡنَا لَهُۥ نُورٗا يَمۡشِي بِهِۦ فِي ٱلنَّاسِ
كَمَن مَّثَلُهُۥ فِي ٱلظُّلُمَٰتِ لَيۡسَ بِخَارِجٖ مِّنۡهَاۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ
لِلۡكَٰفِرِينَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٢٢
"Dan apakah
orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan padanya
cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap
gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya?" (Al-An'am:
122).
Artinya, apakah orang kafir
yang hatinya mati, tenggelam dalam gelapnya kebodohan, lalu Kami tunjuki jalan
kebenaran, Kami beri taufiq pada keimanan dan Kami jadikan hatinya hidup
setelah ia mati, bercahaya dan memancar setelah kegelapannya? Dia menjadikan
orang kafir -karena membelot dari ketaatan, karena kebodohannya tentang Allah,
tauhid dan syariat agama-Nya, serta tidak berusaha mendapatkan ridha-Nya, juga
tidak beramal demi keselamatan dan kebahagiaannya-seumpama mayit yang tidak
memberi manfaat sedikit pun pada dirinya, tidak pula menolak apa yang
dibencinya, lalu ia Kami beri petunjuk kepada Islam dan Kami hidupkan dia
dengannya, sehingga ia mengetahui apa yang berbahaya dan bermanfaat untuk dirinya,
lalu berusaha menghindar dari kemurkaan dan siksa Allah, ia dapat melihat
kebenaran setelah sebelumnya buta tentangnya, dapat mengetahuinya setelah
dahulunya bodoh, mengikutinya setelah dahulunya berpaling daripadanya, ia
akhirnya mendapat cahaya dan sinar yang menerangi dirinya, sehingga ia berjalan
dengan cahayanya di tengah-tengah masyarakat manusia, sedang mereka masih dalam
pekatnya kegelapan.
Seperti dikatakan dalam
syair,
"Malamku karena wajahmu tampak bercahaya, sedang gelapnya
malam di tengah manusia masih terns menyelimuti.
Orang-orang masih dalam gelap pekatnya malam, sedang kita berada
di bawah cahaya siang."
Karena
itu Allah melukiskan perumpamaan air dan api untuk wahyu dan hamba-Nya.
Perumpamaan
Air dan Api bagi Wahyu adalah sebagaimana firman
Allah,
أَنزَلَ
مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَسَالَتۡ أَوۡدِيَةُۢ بِقَدَرِهَا فَٱحۡتَمَلَ ٱلسَّيۡلُ
زَبَدٗا رَّابِيٗاۖ وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيۡهِ فِي ٱلنَّارِ ٱبۡتِغَآءَ
حِلۡيَةٍ أَوۡ مَتَٰعٖ زَبَدٞ مِّثۡلُهُۥۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡحَقَّ وَٱلۡبَٰطِلَۚ
فَأَمَّا ٱلزَّبَدُ فَيَذۡهَبُ جُفَآءٗۖ وَأَمَّا مَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ
فَيَمۡكُثُ فِي ٱلۡأَرۡضِۚ كَذَٰلِكَ يَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ
"Allah
telah menurunkan air (hujan) dari langit maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang
mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula)
buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi)
yang benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu
yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia maka ia tetap
dibumi. Demikianlah Allah membuat perum-pamaan-perumpamaan." (Ar-Ra'd: 17).
Allah
mengumpamakan wahyu-Nya dengan air karena dengannya didapatkan kehidupan dan
dengan api karena dengannya didapatkan cahaya dan pancaran. Allah mengabarkan
bahwa air mengalir di lembah-lembah sesuai ukurannya. Lembah luas akan
menampung air yang banyak dan lembah sempit hanya menampung air yang sedikit
pula. Lalu Allah mengumpamakan apa yang dikandung hati dari berbagai syubhat
dan syahwat karena kerancuannya menyikapi wahyu dengan buih yang dibawa oleh
air, dan mengumpamakan kebatilan berbagai syubhat itu karena tak adanya ilmu
bermanfaat di dalam hati dengan buih yang hilang serta yang dilemparkan oleh
lembah, dan hanya air yang bermanfaatlah yang tetap mengendap di dalamnya.
Demikian pula dengan per-umpamaan selanjutnya, akan hilang sesuatu yang jelek
dari mutiara itu dan yang murni daripadanya akan tetap tinggal.
Adapun
perumpamaan dua hal di atas bagi hamba maka
sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah,
مَثَلُهُمۡ كَمَثَلِ ٱلَّذِي
ٱسۡتَوۡقَدَ نَارٗا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ
بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِي ظُلُمَٰتٖ لَّا يُبۡصِرُونَ ١٧ صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡيٞ
فَهُمۡ لَا يَرۡجِعُونَ ١٨
"Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka
tidaklah mereka akan kembali (kejalan yang benar)." (Al-Baqarah:
17-18).
Ini adalah perumpamaan
dengan api. Selanjutnya Allah befirman,
أَوۡ
كَصَيِّبٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فِيهِ ظُلُمَٰتٞ وَرَعۡدٞ وَبَرۡقٞ يَجۡعَلُونَ
أَصَٰبِعَهُمۡ فِيٓ ءَاذَانِهِم مِّنَ ٱلصَّوَٰعِقِ حَذَرَ ٱلۡمَوۡتِۚ وَٱللَّهُ
مُحِيطُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ ١٩
"Atau sepertt
(orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit di-sertai gelap gulita,
guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena
(mendengar suara) petir, sebab takut akan mati." (Al-Baqarah:
19).
Ini adalah perumpamaan
dengan air.
Kami telah menjelaskan
tentang rahasia-rahasia dua perumpamaan ini berikut sebagian hukum-hukum yang
dikandungnya dalam kitab Al-Ma'alim dan lainnya.*'
*) Dalam kitab Ijtima'ul Juyusy Al-Islamiyah terdapat
keterangan yang sangat baik tentang dua perumpamaan ini.
Maksudnya, Kebaikan Hati, Kebahagiaan dan Kemenangannya
tergantung pada dua hal pokok tersebut Allah
befirman,
وَمَا
عَلَّمۡنَٰهُ ٱلشِّعۡرَ وَمَا يَنۢبَغِي لَهُۥٓۚ إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرٞ
وَقُرۡءَانٞ مُّبِينٞ ٦٩ لِّيُنذِرَ مَن
كَانَ حَيّٗا وَيَحِقَّ ٱلۡقَوۡلُ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ ٧٠
"Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab yang
memberi penerangan, supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang
yang hidup (hatinya)." (Yasin: 69-70).
إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلۡبٌ أَوۡ أَلۡقَى ٱلسَّمۡعَ وَهُوَ
شَهِيدٞ
"Sesungguhnya pada
yang demikian itu terdapat peringatan bagi orang yang memiliki hati." (Qaaf:
37).
Allah memberitahukan bahwa
mengambil manfaat dari Al-Qur'an berikut peringatannya hanyalah bisa diperoleh
orang yang hatinya hidup. Seperti disebutkan pula dalam ayat lain,
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا
يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ
وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ ٢٤
"Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan rasul, apabila rasul menyeru kamu
kepada suatu yang memberi kehidupan kepadamu." (Al-Anfal:
24).
Allah mengabarkan bahwa
kehidupan kita hanyalah dengan memenuhi apa yang diserukan oleh Allah dan
Rasul-Nya, baik berupa ilmu maupun iman. Dari sini diketahui, mati dan
binasanya hati adalah dengan hilangnya hal tersebut.
Allah menyamakan
orang yang tidak memenuhi seruan Rasul-Nya dengan para penghuni kubur. Ini
adalah sebaik-baik perumpamaan. Sesungguhnya, tubuh-tubuh mereka adalah kuburan
bagi hati mereka. Hati mereka telah mati dan dikubur dalam tubuh-tubuh mereka.
Allah befirman,
وَمَا
يَسۡتَوِي ٱلۡأَحۡيَآءُ وَلَا ٱلۡأَمۡوَٰتُۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُسۡمِعُ مَن
يَشَآءُۖ وَمَآ أَنتَ بِمُسۡمِعٖ مَّن فِي ٱلۡقُبُورِ
"Sesungguhnya Allah
memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan kamu sekali-kali
tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar." (Faathir:
22).
Sungguh sangat tepat apa yang diungkapkan seorang penyair,
"Dan
dalam kebodohan, sebelum kematian adalah kematian bagi pemiliknya.
Jasad-jasad mereka, sebelum kuburan adalah kuburan.
Ruh-ruh mereka berada dalam kebuasan tubuh-tubuh mereka dan mereka
tidak memiliki kebangkitan, meskipun pada saat Hari Kebangkitan."
Karena itu Allah menjadikan
wahyu yang disampaikan-Nya kepada para nabi sebagai ruh, seperti dalam
firman-Nya,
رَفِيعُ ٱلدَّرَجَٰتِ ذُو ٱلۡعَرۡشِ
يُلۡقِي ٱلرُّوحَ مِنۡ أَمۡرِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ لِيُنذِرَ
يَوۡمَ ٱلتَّلَاقِ
"la
menyampaikan ruh (wahyu) atas perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya." (Al-Mu'min: 15).
Dan itu terdapat dalam dua tempat dalam Kitab-Nya. Allah befirman,
وَكَذَٰلِكَ أَوۡحَيۡنَآ
إِلَيۡكَ رُوحٗا مِّنۡ أَمۡرِنَاۚ
"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami." (Asy-Syuura: 52).
*) Ayat yang lain yaitu pada surat An-Nahl, "Dia
menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada
siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya." (An-Nahl: 2).
Sebab kehidupan segenap ruh
dan hati adalah dengan wahyu itu dan kehidupan yang baik inilah kehidupan yang
diberikan Allah secara khusus kepada orang yang mau menerima wahyu-Nya, serta
mengamalkannya.
Allah befirman,
مَنۡ
عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ
حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ
يَعۡمَلُونَ
"Siapa yang
mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl: 97).
Allah mengkhususkan mereka
dengan kehidupan yang baik di kampung dunia dan akhirat. Dalam ayat senada
Allah befirman,
وَأَنِ
ٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِ يُمَتِّعۡكُم مَّتَٰعًا
حَسَنًا إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗى وَيُؤۡتِ كُلَّ ذِي فَضۡلٖ فَضۡلَهُۥۖ وَإِن
تَوَلَّوۡاْ فَإِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٖ كَبِيرٍ
"Dan hendaklah kamu
meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. Jika kamu mengerjakan
yang demikian, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus)
kepadamu sampai pada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada
tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya." (Huud:
3).
Allah iuga befirman,
وَقِيلَ
لِلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ مَاذَآ أَنزَلَ رَبُّكُمۡۚ قَالُواْ خَيۡرٗاۗ لِّلَّذِينَ
أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۚ وَلَدَارُ ٱلۡأٓخِرَةِ خَيۡرٞۚ
وَلَنِعۡمَ دَارُ ٱلۡمُتَّقِينَ
"Orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya
kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik~baik tempat bagi orang yang
bertakwa." (An-Nahl: 30).
Allah menjelaskan bahwa
kebaikan yang dilakukan orang yang berbuat baik itu sungguh akan
membahagiakannya, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana Allah juga
memberitahukan bahwa orang yang berbuat jahat akan sengsara dengan
kejahatannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah befirman,
وَمَنۡ
أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ
أَعۡمَىٰ
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada Hart Kiamat dalam keadaan buta." (Thaha: 124).
Dan Allah menghimpun keduanya dalam firman-Nya,
فَمَن
يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهۡدِيَهُۥ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِۖ وَمَن يُرِدۡ
أَن يُضِلَّهُۥ يَجۡعَلۡ صَدۡرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجٗا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِۚ
كَذَٰلِكَ يَجۡعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ
"Siapa
yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan
siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." (Al-An'am:
125).
Orang yang beriman dan memperoleh petunjuk akan mendapatkan
kelapangan dan keluasan dada, sedang orang yang sesat akan sempit dan sesak
dadanya.
Allah befirman,
أَفَمَن
شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٖ مِّن رَّبِّهِۦۚ
فَوَيۡلٞ لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي
ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ
"Maka
apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam
lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)
?" (Az-Zumar: 22).
Orang-orang yang beriman
berada dalam cahaya dan kelapangan dada, sedangkan orang-orang yang sesat
berada dalam kegelapan dan kesempitan dada. Pada Bab Kebersihan Hati, insya
Allah akan dibicarakan lebih luas. Maksudnya adalah, kehidupan dan
bercahayanya hati merupakan modal bagi segala kebaikan, sedang kematian dan
kegelapan hati merupakan modal bagi segala keburukan.
Source:
Ringkasan - MANAJEMEN QOLBU - (Melumpuhkan Senjata
Syetan )
Judul
Asli: Mawaridul Aman Al-Muntaqa min Ighatsatul Lahfan fi Mashayidisy Syaithan
Penulis:
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Penerjemah: Ainul Haris Umar Arifin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar