7/08/2019

ANCAMAN MEMBUNUH AHLUL ’ILMI



Rosululloh -shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى الْعُلَمَأِ زَمَانٌ يُقْتَلُونَ فِيْهِ كَمَا يُقْتَلُ اللُّصُوصُ, فَيَالَيْتَ الْعُلَمَاءَ يَوْمَئِذٍ تَحَامَقُوا

Sungguh akan datang suatu masa ketika para ‘ulama dibunuh seperti dibunuhnya para pencuri. Oooh andai saja para ulama’ ketika itu menampakkan kebodohan (agar terhindar dari pembunuhan).”1

Dalam sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’ :

الْكلاب فيا ليت الْعلمَاء في ذلك الزَّمَان تحامقوا يقتل كَمَا

“…. Seperti dibunuhnya anjing-anjing. Oooh andai saja para ulama ketika itu menampakkan kebodohan (agar terhindar dari pembunuhan).”2

Dan Rosululloh -shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

وَيَكْثُرَ الجَهْلُ، العِلْمُ ، يُرْفَعَ أَنْ السَّاعَةِ أَشْرَاطِ مِنْ إِنَّ

Sesungguhnya tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan.”3. ‘itu karena banyaknya ulama yang dibunuh disebabkan banyaknya fitnah”4.

Syaikhul islam Ibnu Taimiyah –rahimahulloh- berkata: “ketika al-Husain dibunuh di hari Asyuro’ oleh thoifah dzolim lagi pemberontak. Alloh muliakan al-Husain dengan kesyahidan, sebagaimana sebelumnya Alloh telah memuliakan kerabat-kerabatnya dengan kesyahidan pula. Seperti Hamzah, Ja’far dan ayahnya (‘Ali) dan selain mereka. Dengan kesyahidan itulah Alloh mengangkat derajatnya dan meninggikan kedudukannya.”5

Disebutkan oleh Al-Ifriqiy dalam al-Mihan bahwa Hajjaj berkata: ’Datangkanlah padaku seorang lelaki dari penjara!’. Maka lelaki tsb didatangkan padanya. Lalu dia berkata lagi: “Ambilkan aku sebilah pedang!” maka didatangkan sebilah pedang untuknya. Kemudian dia berkata: “Wahai Salim bin ‘Abdulloh bin ‘Umar, Ambil pedang ini dan tebas lehernya!”. Dan sesungguhnya yang diinginkan Hajjaj adalah agar ‘Ibnu ‘Umar berkata kepada anaknya; ‘Jangan lakukan itu!” lalu ia akan berkata; ‘Sesungguhnya aku adalah Imam, aku memerintahkan sesuatu dan melarangmu darinya.”

Kemudian dia berkata ‘Ambillah pedang ini oleh kalian.’ ‘Ibnu ‘Umar mengetahui maksudnya maka ia memegangnya. Lalu Salim mengambil pedang itu, menyeretnya dan maju mendekat menuju lelaki yang tertawan sembari berkata; ‘Bentangkan lehermu.” Maka lelaki itu pun membentangkannya.

Lalu Salim berkata padanya; ‘Wahai lelaki, apakah kamu telah berzina setelah menikah?’ lelaki itu menjawab; ‘Tidak, aku tidak melakukannya” dia bertanya lagi; ‘lalu apakah kamu keluar dari islam? Lelaki itu menjawab; ‘tidak, aku tidak melakukannya” Salim bertanya lagi; ‘apakah kamu membunuh tanpa hak?’ lelaki tadi menjawab; ‘tidak, aku tidak melakukannya.’ Salim berkata; “wahai Hajjaj, aku telah mendengar ayahku, dan ayahku sekarang mendengarku. Bahwa Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Tidak halal seorang mukmin dibunuh kecuali karena tiga perbuatannya, yaitu; karena berzina padahal sudah menikah, murtad dari agama Islam, atau karena membunuh nyawa tanpa hak.’ Dan tidak ada satu pun hal di atas yang dilakukan lelaki ini. Lalu kenapa kau ingin membunuhnya?”

Hajjaj berkata; “tebas saja lehernya sebagaimana yang aku perintahkan padamu!’ Maka Salim berkata lagi pada lelaki tsb; ‘bentangkan lehermu.” Maka lelaki itu membentangkan lehernya. Salim kemudian berkata padanya; ‘wahai saudaraku, apakah kamu sudah sholat dua roka’at fajar tadi pagi?’ lelaki tadi menjawab; ‘iya, aku sudah sholat.’ Maka Salim berkata; ‘Aku telah mendengar ayahku, dan sekarang ayahku mendengarku. Bahwa ia pernah mendengar Rosululloh – shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda; ‘Barangsiapa yang sholat dua raka’at fajar maka ia berada dalam jaminan Alloh dan jaminan Rosulnya sampai matahari terbenam.

Wahai Hajjaj, bagaimana kau akan membunuh seseorang yang berada dalam jaminan Alloh?” Hajjaj berkata; ‘Wahai Salim, letakkan pedang itu dari tanganmu!” lalu dia memanggil seorang lelaki celaka dari yang paling celaka di antara umat ini. Dia berkata; ‘tebaslah lehernya” maka lelaki tadi menebasnya hingga membunuhnya. Kemudian Hajjaj berkata kepada Salim; ‘Tariklah dia sampai kau mengeluarkannya.”

Lalu Salim memegang kaki si korban dan menyeretnya seraya berkata; ‘wahai saudaraku, menarikmu lebih ringan bagiku daripada membunuhmu. Dan aku adalah saksi bagimu nanti di hari kiamat, bahwa kau dizholimi.” Setelah itu ‘Abdulloh bin ‘Umar berdiri dengan memuji Alloh lalu keluar dan berseru; “Wahai sekalian kaum muslimin, datangkanlah anakku Salim padaku.’ Lalu ketika anaknya sudah didatangkan padanya. Ia berkata padanya; ‘Wahai Salim, mendekatlah padaku agar aku bisa menciummu. Wahai anakku, sungguh aku menamaimu  Salim agar kau selamat, maka bebaskan dirimu dari dunia wahai anakku agar kau dapat mengambil hasil.”6

Dan agar kalian mengetahui wahai umaro’, bahwa Alloh menyandingkan hukuman pembunuhan para ‘ulama dengan hukuman pembunuhan para Nabi. Alloh – subhanahu wa ta’ala- berfirman:

إِنَّ الّذِيْنَ يَكُفُرُونَ بِآيَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّيْنَ بِغّيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِيْنَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Alloh dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu azab yang pedih.” [Alu ‘Imron: 21]

Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarroh –rodhiyallohu ‘anh- berkata: ”Aku berkata kepada Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- : ’Siapakah manusia yang paling berat adzabnya di hari kiamat?’ Beliau menjawab: ’Orang yang membunuh Nabi  atau yang membunuh orang yang menyeru kepada yang ma’ruf dan melarang akan yang munkar” lalu beliau membaca: [Ali ‘Imron:21]7

إِنَّ الّذِيْنَ يَكُفُرُونَ بِآيَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّيْنَ بِغّيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِيْنَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ


Berkata Abul ‘Abbas al-Mubarrid: “Sebagian orang dari Bani Isroil ketika datang kepada mereka para Nabi yang menyeru kepada Alloh –‘Azza wa jalla- mereka membunuh Nabi-Nabi tersebut. Lalu sebagian orang dari mereka yang beriman menyeru mereka kepada Islam, mereka juga membunuhnya. Dan kepada merekalah ayat ini turun.”8

Dan sungguh telah diriwayatkan dari Ibnu Mas’udrodhiyallohu ‘anhu- bahwa dia berkata; ‘Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang membunuhi orang yang menyeru manusia untuk berbuat adil.

Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang tidak menyeru kepada yang ma’ruf dan tidak melarang akan yang munkar. Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang mana seorang mukmin berjalan di antara mereka dengan taqiyyah.”9

Berkata Asy-Syinqithi rohimahulloh- :”kedzoliman dan sikap aniaya inilah yang menyebabkan Alloh mengharamkan atas mereka apa yang sebelumnya halal bagi mereka. Sebagaimana dalam firmannya;

ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِبَغْيِهِمْ

Demikianlah Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya.[Al-An’am:146]10            

Dan telah berkata Hasan al-Bashri rohimahulloh- : “Berkata Abdulloh bin Mas’ud; ‘Kematian seorang ‘alim laksana robeknya sesuatu yang tidak bisa ditambal, selama siang dan malam masih berputar.”11

Sungguh telah dihadapkan Junaid dan kawan-kawannya kepada Sulthon. Dan dihunuskan pedang kepada mereka lalu Alloh mengasihi mereka. Dan kisahnya adalah sebagai berikut: Para fuqoha ’Baghdad berkata kepada Al-Mutawakkil; “Sesungguhnya Junaid beserta kawan-kawannya telah zindiq.’ Maka kholifah berkata kepada mereka beliau condong kepada Junaid- : “Wahai para musuh Alloh, sesungguhnya kalian itu hanya menginginkan binasanya para wali Alloh di bumi, satu per satu. Kalian telah membunuh Hallaj. Dan setiap hari kalian melihat ‘Ibroh darinya tetapi kalian tetap tidak berhenti. Dan inilah Junaid, tidak ada jalan bagi kalian atasnya kecuali kalian mengalahkannya dengan hujjah, maka kumpulkanlah para fuqoha’ lalu buatlah suatu majlis dengannya. Apabila kalian mengalahkannya dan manusia menyaksikan bahwa kalian benar-benar mengalahkannya. Maka aku akan membunuhnya. Namun apabila dia mengalahkan kalian. Demi Alloh, aku akan menebas leher-leher kalian sampai tak tersisa seorangpun dari kalian.” Mereka menjawab; ‘Iya.”



***
Judul Asli : Bab at-Tarhib bi maa Jaa-a Fii Qotli Ahlil ‘Ilmi dari Bayan min Tholabatil ‘Ilmi fit Dawlah Dzabban ‘an ‘Irdhis Syaykh Abi Ya’qub al-Maqdisiy farrojahulloh.

Ditarjamah oleh Harun
Maktabatul ‘ilmi
SEBARKAN

1 Sunan al-waridah fil fitan. Milik Ad-Dani : (3/661) No.302.
2 Al-Firdaus bi ma’tsur al-Khitob oleh Abu Syuja’ da-Daylamiy (5/439) No.8971.
3 Muttafaq ‘alaihi. dikeluarkan oleh Al-Bukhori: (1/84) No.80 dan Muslim: (2/2056) No.2671.
4 Syarh al-Qoshtholani: Irsyadus Sari li Syarhi Shohih Bukhori (8/115).
5 Fatawa al-Kubro milik Ibnu Taimiyah: (1/196).
6 Al Mihan : hal 226-228
7 Ditahkrij oleh al-Bazzar (1/223). Dan bisa melihat ke: Mukhtashor tafsir al-Baghowi yg dinamai Ma’alimut tanzil (1/119)
8 Tafsir al-Qurthubi (4/46), Tafsir fathul qodir: (1/327,328)
9 Al Jami’ li ahkamil Qur’an (4/46)
10 Al-‘adzbun namir min majalis Asy-Syinqithi fit tafsir (3/393)
11 Tafsir al-Baghowi (4/327), dan ditakhrij oleh ad-Darimi (1/106) No 324, Ibnu AbdilBarr dalam Jami’ bayanul ‘ilmi hal 260 dari Hasan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...