Rosululloh -shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
لَيَأْتِيَنَّ
عَلَى الْعُلَمَأِ زَمَانٌ يُقْتَلُونَ فِيْهِ كَمَا يُقْتَلُ اللُّصُوصُ,
فَيَالَيْتَ الْعُلَمَاءَ يَوْمَئِذٍ تَحَامَقُوا
“Sungguh
akan datang suatu masa ketika para ‘ulama dibunuh seperti dibunuhnya para
pencuri. Oooh andai saja para ulama’ ketika itu menampakkan kebodohan (agar
terhindar dari pembunuhan).”1
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas secara marfu’ :
الْكلاب
فيا ليت الْعلمَاء في ذلك الزَّمَان تحامقوا يقتل كَمَا
“…. Seperti
dibunuhnya anjing-anjing. Oooh andai saja para ulama ketika itu menampakkan
kebodohan (agar terhindar dari pembunuhan).”2
Dan Rosululloh -shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
وَيَكْثُرَ
الجَهْلُ، العِلْمُ ، يُرْفَعَ أَنْ السَّاعَةِ أَشْرَاطِ مِنْ إِنَّ
“Sesungguhnya
tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu dan merebaknya kebodohan.”3. ‘itu karena
banyaknya ulama yang dibunuh disebabkan banyaknya fitnah”4.
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah –rahimahulloh-
berkata: “ketika al-Husain dibunuh di hari Asyuro’ oleh thoifah dzolim lagi
pemberontak. Alloh muliakan al-Husain dengan kesyahidan, sebagaimana sebelumnya
Alloh telah memuliakan kerabat-kerabatnya dengan kesyahidan pula. Seperti
Hamzah, Ja’far dan ayahnya (‘Ali) dan selain mereka. Dengan kesyahidan itulah
Alloh mengangkat derajatnya dan meninggikan kedudukannya.”5
Disebutkan oleh Al-Ifriqiy dalam al-Mihan
bahwa Hajjaj berkata: ’Datangkanlah padaku seorang lelaki dari penjara!’. Maka
lelaki tsb didatangkan padanya. Lalu dia berkata lagi: “Ambilkan aku sebilah
pedang!” maka didatangkan sebilah pedang untuknya. Kemudian dia berkata: “Wahai
Salim bin ‘Abdulloh bin ‘Umar, Ambil pedang ini dan tebas lehernya!”. Dan
sesungguhnya yang diinginkan Hajjaj adalah agar ‘Ibnu ‘Umar berkata kepada
anaknya; ‘Jangan lakukan itu!” lalu ia akan berkata; ‘Sesungguhnya aku adalah
Imam, aku memerintahkan sesuatu dan melarangmu darinya.”
Kemudian dia berkata ‘Ambillah pedang ini
oleh kalian.’ ‘Ibnu ‘Umar mengetahui maksudnya maka ia memegangnya. Lalu Salim
mengambil pedang itu, menyeretnya dan maju mendekat menuju lelaki yang tertawan
sembari berkata; ‘Bentangkan lehermu.” Maka lelaki itu pun membentangkannya.
Lalu Salim berkata padanya; ‘Wahai
lelaki, apakah kamu telah berzina setelah menikah?’ lelaki itu menjawab; ‘Tidak,
aku tidak melakukannya” dia bertanya lagi; ‘lalu apakah kamu keluar dari islam?
Lelaki itu menjawab; ‘tidak, aku tidak melakukannya” Salim bertanya lagi; ‘apakah
kamu membunuh tanpa hak?’ lelaki tadi menjawab; ‘tidak, aku tidak melakukannya.’
Salim berkata; “wahai Hajjaj, aku telah mendengar ayahku, dan ayahku sekarang
mendengarku. Bahwa Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Tidak halal seorang mukmin dibunuh kecuali
karena tiga perbuatannya, yaitu; karena berzina padahal sudah menikah, murtad
dari agama Islam, atau karena membunuh nyawa tanpa hak.’ Dan tidak ada satu pun hal di atas yang
dilakukan lelaki ini. Lalu kenapa kau ingin membunuhnya?”
Hajjaj berkata; “tebas saja lehernya sebagaimana
yang aku perintahkan padamu!’ Maka Salim berkata lagi pada lelaki tsb; ‘bentangkan
lehermu.” Maka lelaki itu membentangkan lehernya. Salim kemudian berkata
padanya; ‘wahai saudaraku, apakah kamu sudah sholat dua roka’at fajar tadi
pagi?’ lelaki tadi menjawab; ‘iya, aku sudah sholat.’ Maka Salim berkata; ‘Aku
telah mendengar ayahku, dan sekarang ayahku mendengarku. Bahwa ia pernah
mendengar Rosululloh – shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda; ‘Barangsiapa yang sholat dua raka’at
fajar maka ia berada dalam jaminan Alloh dan jaminan Rosulnya sampai matahari
terbenam.”
Wahai Hajjaj, bagaimana kau akan membunuh
seseorang yang berada dalam jaminan Alloh?” Hajjaj berkata; ‘Wahai Salim,
letakkan pedang itu dari tanganmu!” lalu dia memanggil seorang lelaki celaka
dari yang paling celaka di antara umat ini. Dia berkata; ‘tebaslah lehernya”
maka lelaki tadi menebasnya hingga membunuhnya. Kemudian Hajjaj berkata kepada
Salim; ‘Tariklah dia sampai kau mengeluarkannya.”
Lalu Salim memegang kaki si korban dan
menyeretnya seraya berkata; ‘wahai saudaraku, menarikmu lebih ringan bagiku
daripada membunuhmu. Dan aku adalah saksi bagimu nanti di hari kiamat, bahwa
kau dizholimi.” Setelah itu ‘Abdulloh bin ‘Umar berdiri dengan memuji Alloh
lalu keluar dan berseru; “Wahai sekalian kaum muslimin, datangkanlah anakku
Salim padaku.’ Lalu ketika anaknya sudah didatangkan padanya. Ia berkata padanya;
‘Wahai Salim, mendekatlah padaku agar aku bisa menciummu. Wahai anakku, sungguh
aku menamaimu Salim agar kau selamat,
maka bebaskan dirimu dari dunia wahai anakku agar kau dapat mengambil hasil.”6
Dan agar kalian mengetahui wahai umaro’,
bahwa Alloh menyandingkan hukuman pembunuhan para ‘ulama dengan hukuman
pembunuhan para Nabi. Alloh – subhanahu wa ta’ala- berfirman:
إِنَّ
الّذِيْنَ يَكُفُرُونَ بِآيَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّيْنَ بِغّيْرِ
حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِيْنَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Alloh dan membunuh para nabi tanpa hak
(alasan yang benar) dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat
adil, sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu azab yang pedih.” [Alu ‘Imron: 21]
Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarroh –rodhiyallohu ‘anh-
berkata: ”Aku berkata kepada Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- : ’Siapakah
manusia yang paling berat adzabnya di hari kiamat?’ Beliau menjawab: ’Orang yang membunuh Nabi atau yang membunuh orang yang menyeru kepada
yang ma’ruf dan melarang akan yang munkar” lalu beliau membaca: [Ali
‘Imron:21]7
إِنَّ
الّذِيْنَ يَكُفُرُونَ بِآيَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّيْنَ بِغّيْرِ
حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِيْنَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ
Berkata Abul ‘Abbas al-Mubarrid: “Sebagian orang dari Bani
Isroil ketika datang kepada mereka para Nabi yang menyeru kepada Alloh –‘Azza wa jalla- mereka membunuh Nabi-Nabi tersebut. Lalu sebagian orang dari
mereka yang beriman menyeru mereka kepada Islam, mereka juga membunuhnya. Dan
kepada merekalah ayat ini turun.”8
Dan sungguh telah diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud –rodhiyallohu
‘anhu- bahwa dia berkata; ‘Nabi
–shollaAllohu ‘alaihi wa sallam-
bersabda: “Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang membunuhi orang yang
menyeru manusia untuk berbuat adil.
Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang tidak menyeru kepada yang
ma’ruf dan tidak melarang akan yang munkar. Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang
mana seorang mukmin berjalan di antara mereka dengan taqiyyah.”9
Berkata Asy-Syinqithi –rohimahulloh- :”kedzoliman dan sikap
aniaya inilah yang menyebabkan Alloh mengharamkan atas mereka apa
yang sebelumnya halal bagi mereka. Sebagaimana dalam firmannya;
ذَلِكَ
جَزَيْنَاهُمْ بِبَغْيِهِمْ
“Demikianlah
Kami menghukum mereka karena kedurhakaannya.” [Al-An’am:146]10
Dan telah berkata Hasan al-Bashri –rohimahulloh-
: “Berkata Abdulloh bin Mas’ud; ‘Kematian seorang
‘alim laksana robeknya sesuatu yang
tidak bisa ditambal, selama siang dan malam
masih berputar.”11
Sungguh telah dihadapkan Junaid dan
kawan-kawannya kepada Sulthon. Dan dihunuskan pedang kepada mereka lalu Alloh
mengasihi mereka. Dan kisahnya adalah sebagai
berikut: Para fuqoha ’Baghdad berkata kepada Al-Mutawakkil;
“Sesungguhnya Junaid beserta kawan-kawannya
telah zindiq.’ Maka kholifah berkata kepada mereka –beliau
condong kepada Junaid- : “Wahai para musuh Alloh, sesungguhnya kalian itu hanya
menginginkan binasanya para wali Alloh di bumi, satu per satu. Kalian telah
membunuh Hallaj. Dan setiap hari kalian melihat ‘Ibroh
darinya tetapi kalian tetap tidak berhenti. Dan
inilah Junaid, tidak ada jalan bagi kalian atasnya kecuali kalian
mengalahkannya dengan hujjah, maka kumpulkanlah
para fuqoha’ lalu buatlah suatu majlis dengannya. Apabila kalian mengalahkannya dan manusia menyaksikan
bahwa kalian benar-benar mengalahkannya. Maka aku akan membunuhnya. Namun
apabila dia mengalahkan kalian. Demi Alloh, aku akan menebas leher-leher kalian
sampai tak tersisa seorangpun dari kalian.” Mereka menjawab; ‘Iya.”
***
Judul Asli : Bab at-Tarhib bi maa Jaa-a Fii Qotli Ahlil ‘Ilmi
dari Bayan min Tholabatil ‘Ilmi fit Dawlah Dzabban ‘an ‘Irdhis Syaykh Abi Ya’qub
al-Maqdisiy farrojahulloh.
Ditarjamah oleh Harun
Maktabatul ‘ilmi
SEBARKAN
1 Sunan
al-waridah fil fitan. Milik Ad-Dani : (3/661) No.302.
2
Al-Firdaus bi ma’tsur al-Khitob oleh Abu Syuja’
da-Daylamiy (5/439) No.8971.
3
Muttafaq ‘alaihi. dikeluarkan oleh Al-Bukhori:
(1/84) No.80 dan Muslim: (2/2056) No.2671.
4
Syarh al-Qoshtholani: Irsyadus Sari li Syarhi
Shohih Bukhori (8/115).
5
Fatawa al-Kubro milik Ibnu Taimiyah: (1/196).
6
Al Mihan : hal 226-228
7
Ditahkrij oleh al-Bazzar (1/223). Dan bisa melihat ke:
Mukhtashor tafsir al-Baghowi yg dinamai
Ma’alimut tanzil (1/119)
8
Tafsir al-Qurthubi (4/46), Tafsir fathul qodir: (1/327,328)
9
Al Jami’ li ahkamil Qur’an (4/46)
10
Al-‘adzbun namir min
majalis Asy-Syinqithi fit tafsir (3/393)
11
Tafsir al-Baghowi (4/327), dan ditakhrij oleh ad-Darimi (1/106) No 324, Ibnu AbdilBarr dalam Jami’ bayanul ‘ilmi hal 260 dari Hasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar