7/14/2019

JAUHILAH PRASANGKA, PERKATAAN DUSTA


Jauhilah Prasangka,
Perkataan Paling Dusta
Akibat prasangka, orang baik dituduh, orang yang jujur didustakan, orang yang amanat dianggap khianat, orang suci dituduh berzina, dan orang yang terzalimi ditindas. Prasangka adalah salah satu pintu kezaliman yang menyusup dalam situasi paling sulit dihadapi seseorang di dalam hidupnya. Rabb Pemilik Kemuliaan memberikan peringatakan sekaligus memerintahkan kepada kita untuk mejauhinya. Allah ta’ala berfirman, Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.” (Al-Hujurat: 12)

Itulah prasangka buruk. Ia memiliki banyak motif. Pertama, anggapan bahwa ia mengetahui apa yang ada di dalam hati, dan asumsi bahwa ia mampu melongok bersitan hati. Padahal, syariat yang hanif telah mengajarkan kepada kita agar tidak menghukumi manusia melalui sesuatu yang tersembunyi (hati). Karena hanya Allah-lah yang mampu melongok hati dan tidak memperkenankan kita untuk memeriksa dan menilai sesuatu yang ada di dalamnya.

Akhi Mujahid,
Sesungguhnya menghukumi sesuatu yang ada di dalam hati manusia, akan mendorong seseorang untuk berprasangka buruk kepada mereka, sehingga seseorang melihat kesalahan yang tidak disengaja sebagai rekayasa, bahkan dituduh telah direncanakan jauh-jauh hari, mendengar perkataan yang mengandung banyak kemungkinan sebagai sebuah celaan, melihat senyuman sebagai hinaan, canda dianggap songong, nasehat dianggap tuduhan, dan menolong dianggap pelecehan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anh, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, Jauhilah prasangka, karena prasangka adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah kalian saling menguntit keburukan yang lain dan jangan pula saling mengintai, jangan saling hasad, jangan saling membelakangi dan jangan saling membenci, tetapi jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.(HR. Al-Bukhari dan Ahmad)

Di dalam hadits di atas terdapat peringatan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang sikap mengorek dan mengintai keburukan orang lain, karena keduanya akan menghasilkan analisa sebagian, tidak utuh, yang terkadang kebenarannya tersamarkan. Begitu juga sikap dengki yang merupakan salah satu pintu masuknya prasangka buruk terhadap orang lain. Ia menjadi provokatornya. Tidak ada legalisasi yang berisi harapan untuk hilangnya suatu nikmat dari saudaranya, melainkan unjug-ujungnya dia akan melakukan begini, berkata begitu, dan berniat demikian, yang dengan itu dia telah melegalkan sikap dengkinya dan tidak akan pernah menemukan pembela yang paling tepat untuk itu, selain sikap berburuk sangka. Demikian juga sikap benci. Jika seseorang membenci orang lain, niscaya dia akan berburuk sangka kepadanya.
Yang selayaknya dilakukan oleh seorang muslim adalah sibuk berzikir kepada Allah ketimbang harus sibuk dengan ‘aurat’ orang lain dan mengintainya, beraksi untuk mengobati penyakit pada dirinya, daripada berupaya ‘mengobati’ penyakit orang lain. Karena, siapa yang sibuk dengan dirinya, niscaya tidak akan ada kesempatan baginya untuk sibuk dengan urusan orang lain.
Hal ini bukan berarti berhenti dari amar makruf nahyi munkar, tetapi maksudnya hendaklah seseorang menjauhi sikap buruk sangka, jika dia tidak memiliki bukti nyata, jelas, akurat dan berbaik sangka terhadap sesuatu yang masih samar.
Salah seorang di antara mereka berkata, “Jika ada sesuatu yang tidak kamu sukai dari saudaramu sampai kepadamu, maka carikanlah uzur (alasan) untuk dirinya. Jika kamu tidak menemukan alasan baginya, maka katakanlah pada dirimu sendiri, ‘Barang kali saudaraku memiliki alasan yang tidak aku ketahui’.”
Allah ta’ala berfirman, Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.” (An-Najm: 28)

Akhi Mujahid,
Sesungguhnya setan berkepentingan dengan buruk sangka. Ia adalah bahan bakar yang akan digunakan untuk menanamkan permusuhan di antara para ikhwah, dan hampir-hampir tidak pernah futur (putus asa) untuk menciptakan pertikaian di antara mereka. Hal terpenting yang bisa dijalankan untuk memangkas jalan setan dalam bab ini adalah berbaik sangka kepada para ikhwah dan kaum muslimin.

Mereka Berkata tentang Buruk Sangka
“Barangsiapa memvonis buruk orang lain hanya berdasarkan prasangka, niscaya setan akan menyeretnya untuk menghinakannya, tidak menunaikan haknya, enggan menghormatinya dan lidah ceroboh terhadap kehormatannya. Semua hal tersebut adalah hal-hal yang membinasakan. Tidak ada sesuatu yang mampu membuat hatinya rileks dan dirinya senang selain berbaik sangka, dengannya dia akan terlepas dari gangguan perasaan gelisah yang mengganggu psikis, mengotori hati dan membuat tubuh kelelahan.”
“Kemudian, di antara bencana berburuk sangka adalah hal itu akan membawa pelakunya untuk menuduh yang lain dan berbaik sangka hanya kepada diri sendiri. Ini termasuk justifikasi diri yang dilarang oleh Allah di dalam Kitab-Nya. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa,” (An-Najm: 32)
Di antara beberapa faktor agar seorang muslim berbaik sangka kepada orang lain, sebagian mereka menuturkan beberapa hal, di antara yang paling penting adalah:
Berbicara dengan sopan dan baik, senantiasa mengingat bencana dari buruk sangka, berdoa dan memelas kepada Allah agar selamat dari bencana ini, dan memposisikan diri sebagai orang lain. Jika masing-masing kita memposisikan diri dengan orang lain, ketika muncul perbuatan atau perkataan dari saudaranya, niscaya hal tersebut akan membawa pada sikap berbaik sangka kepada yang lain. Allah telah mengarahkan para hamba-Nya kepada makna ini, ketika Dia berfirman, “Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-orang mukmin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri.” (An-Nur: 12)

Source; AL FATIHIN 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...