7/11/2019

RENCANA JAHAT TAKKAN MENIMPA SELAIN PERENCANANYA


Rencana Jahat

Takkan
Menimpa
Selain Perencananya


Tak pernah terlintas di benak para pemimpin Shahawat di Syam yang mengkhianati Daulah Islam, bahwa akhir semua perkara akan berujung pada kondisi seperti saat ini. Dan sebelumnya, tidak pernah terbayangkan di benak siapa saja yang mengkhianati dan melanggar sejumlah perjanjian, bahwa hasil perbuatan dirinya dan kelompok kejinya adalah kondisi seperti sekarang ini. Sebagaimana takkan pernah terlintas di benak kebanyakan mujahidin bahwa buah manis kesabaran, hijrah, ribath, dan jihad mereka akan menjadi seperti saat ini. Milik Allah-lah setiap urusan, baik sebelum atau sesudahnya, dan kepada-Nyalah dikembalikan segala urusan.
Para petinggi Shahawat mengira bahwa dengan mengkhianati dan menikam mujahidin –yang ribath di berbagai front di Halab, Idlib, dan as-Sahil atau berjibaku di barak-barak tentara Nushairi di Wilayah Al-Khair— dan proyek mereka yang dirancang para Salibis beserta agen-agen mereka dari kalangan para thaghut akan berbuah hasil manis dalam pekan-pekan ke depan, merupakan akhir bagi eksistensi Daulah Islam di Syam, dan mengalienasi Daulah Islam di medan perang di bawah naungan kepuasan para thaghut Arab dan Salibis kepada mereka. Oleh karenya, mereka mengira dapat mengatasi pertempuran bersama rezim Nushairi dalam waktu beberapa bulan saja, melalui bantuan yang telah mereka janjikan. Lalu pemerintahan negara dapat kembali ke pangkuan mereka, untuk kemudian mereka memerintah negara dengan menerapkan undang-undang semau mereka.
Namun tak dinyana, mereka justru menjadi korban dari rencana jahat dan pengkhianatan mereka sendiri. Lalu Allah menguasai mereka melalui diri mereka sendiri atau melalui musuh-musuh mereka yang membunuh para petinggi mereka secara sekaligus. Juga sebagian mereka menguasai sebagian lainnya, sehingga mereka berseteru atas sejumlah sumber daya alam di kawasan kecil tempat mereka terkepung di dalamnya. Sebagaimana Allah juga membuat para Salibis Rusia dan kaum Rafidhah menghegemoni mereka. Lalu para Salibis dan Rafidhah itu merampas wilayah mereka dan mengembalikannya kepada rezim Nushairi.
Selanjutnya, keadaan akhir mereka mengharuskan mereka menjilat pejabat-pejabat Nushairi dan Salibis untuk memperbarui kesepakatan-kesepakatan hina lagi nista di Jenewa. Dari perjanjian-perjanjian itu, hal maksimal yang mereka dapatkan adalah ampunan dari thaghut Nushairi untuk para pejuang Shahawat yang masih hidup, setelah pembunuhan, luka-luka, penyeretan, dan pengusiran terhadap jutaan manusia di jalan “revolusi” yang dipimpin para penipu, dan selanjutnya dikuasai para kriminal. 

Adapun kelompok pengkhianat dan pelanggar perjanjian-perjanjian yang murtad karena membantu kaum murtaddin dari kalangan Free Syirian Army (FSA/Jaisyul-Hurr) dan kelompok-kelompok lainnya untuk menyerang Muhajirin dan Anshar –lalu mereka memandang baik perbuatan mereka dan setan mewahyukan kepada mereka bahwa suatu hari barangkali kemenangan datang melalui kemaksiatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, bahwa melanggar perjanjian adalah sebuah seni, bahwa pengkhianatan adalah  suatu kecerdikan, dan kelompok banyak yang rusak lebih baik dari kelompok kecil yang shalih— mereka mendapati pihak-pihak yang kemarin berkoalisi dengan mereka untuk melawan Daulah Islam, kini telah berbalik menjadi musuh mereka. Mereka menyaksikan bahwa hadhinah asy-sya’biyyah (penjaga rakyat) –yang dijadikan mereka sebagai ilah selain Allah— kini pura-pura bodoh menentang mereka. Para penjaga rakyat itu mencela organisasi mereka, menyalahkan para komandan dan petinggi mereka, dan Allah mencerai-beraikan persatuan mereka. Sehingga mereka menjadi partai-partai yang satu sama lain saling bersaing dan saling mengklaim bahwa yang lain merepresentasikan organisasi menyimpang. Bahkan mereka diam menyaksikan berbagai konspirasi mendera mereka di antara para sekutu mereka dan para thaghut, dan semua itu berlangsung secara terang-terangan, tidak ditutup-tutupi dan tanpa malu-malu. Dengan demikian, yang terjadi pada mereka adalah para Salibis dan para Rafidhah merampas satu persatu wilayah-wilayah mereka, sampai-sampai bumi pun terasa sempit oleh mereka. Padahal mereka membayangkan diri mereka menjadi pemimpin umat, dan pemimpin kaum muslimin.
Sementara itu, para mujahidin adalah orang-orang sabar dan melakukan ribath yang silih berganti ditimpa banyak cobaan dan fitnah. Sampai-sampai, apabila suatu fitnah (petaka, huru-hara) menimpa mereka, maka salah seorang dari mereka mengatakan, “Inilah kebinasaanku.” Tetapi fitnah itu lenyap darinya, namun datang lagi fitnah lain yang lebih dahsyat dan lebih pahit menimpanya, lagi-lagi dia berkata, “Inilah kebinasaanku, dan ini lebih besar.” Namun kemudian fitnah itu lenyap dan berubah berwujud kemenangan nyata setelah masa kesabaran dan melipatgandakan kesabaran dalam waktu panjang.
Sesungguhnya orang yang dapat membedakan kondisi kedua golongan hari ini, dengan wawasan arif dan hati yang inshaf (adil), maka dia akan mengetahui perbedaan-perbedaan di antara dua kesudahan. Satu kelompok yang Allah muliakan, dikarenakan ia menegakkan agama dan mengikuti as-Sunnah, dan satu kelompok lainnya Allah hinakan dan nistakan dikarenakan menempatkan keuntungan (dunia) di atas kedudukan agama, mengikuti hawa nafsu dan syahwat. Maka akan nampak jelas baginya, bahwa pengusung kesesatan, betapapun kuatnya makar mereka bahkan sampai gunung lenyap sekalipun, maka hal itu sedikitpun tidak setara dengan makar Allah ta'ala kepada mereka, dan istidraj (dibiarkan berangsur-angsur dalam kesesatan, Penj.) Allah bagi mereka. Dan sejatinya bagi mujahidin, Allah bekali mereka kemampuan untuk menghadapi tipu daya, kekuatan, dan kekuasaan musuh-musuh mereka, dengan mereka mengikuti kebenaran, meniti jalan as-Sunnah, kesabaran mereka, dan ketakwaan mereka. Apabila mereka melakukan semua itu, maka Allah berkewajiban menolong mereka.
Seandainya para pengusung kebatilan dari kalangan para Shahawat Syam mempunyai mata untuk dipakai melihat, atau telinga untuk dipakai mendengar, atau hati untuk memahami, niscaya mereka akan merenungkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

RENCANA YANG JAHAT ITU TIDAK AKAN MENIMPA SELAIN ORANG YANG MERENCANAKANNYA SENDIRI.
Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu.

Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapati penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.
(QS. Faathir: 43)

Dan firman Allah:
DAN ORANG-ORANG YANG MERENCANAKAN KEJAHATAN BAGI MEREKA AZAB YANG KERAS. DAN RENCANA JAHAT MEREKA AKAN HANCUR.”
(QS. Faathir: 10)

Seandainya mereka seperti itu, niscaya mereka akan menghindarkan diri mereka dan para pengikut mereka dari kerugian yang mereka terima di dunia dan akhirat. Orang yang berakal adalah orang yang mau bertaubat, mengadakan perbaikan, dan menerangkan kebenaran. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.

Source: AL FATIHIN 07

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...