NASEHAT-NASEHAT UNTUK MUJAHIDIN
Syaikh Abû Mush’ab
Al-Zarqawi berkata :
Segala
puji bagi Alloh; kami memuji, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya, dan
kami berlindung kepada Alloh dari kejahatan diri serta keburukan amal perbuatan
kami. Siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada seorangpun mampu
menyesatkannya, dan siapa yang Alloh sesatkan maka tidak ada seorangpun yang
bisa memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang
haq) selain Alloh; satu-satu-Nya dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan rosul-Nya; beliau telah menyampaikan risalah,
menunaikan amanah dan menasehati umat, serta meninggalkan mereka di atas mahajjatul
baidho‟ (keterangan
yang sangat jelas), malamnya seperti siang, tidak ada yang menyimpang dari keterangan
tersebut kecuali orang yang binasa.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada
Alloh dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam
keadaan Islam.” (QS. Ali Imron:
102)
“Hai manusia, bertakwalah kepada Robb kalian yang telah
menciptakan kalian dari satu jiwa dan menciptakan darinya pasangannya serta
mengeluarkan dari keduanya keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kalian kepada Alloh yang (dengan menyebut nama-Nya) kalian saling meminta
serta (peliharalah) tali silaturrohmi. Sesungguhnya Alloh Mahamengawasi kalian.”
(QS. An-Nisa‘:
1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh
dan katakanlah perkataan yang lurus. Niscaya Alloh akan memperbaiki amal kalian
serta mengampuni dosa-dosa kalian, dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan
rosul-Nya maka sungguh ia telah meraih kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 70-71 )
Tsumma Amma ba’du…
Sejarah
akan terus terulang:
Sejarah kembali
terulang, jalan cerita sejarah dari zaman ke zaman tidak pernah berubah…
manusia dan pemerannya boleh berubah, peralatan-peralatan boleh berkembang
pesat; akan tetapi pentas sejarah tetaplah baku; kisah permusuhan hanya satu,
yaitu kebenaran melawan kebatilan, Islam memerangi kekafiran, kejahilaya-han,
dan kemunafikan yang terselu-bung. Adapun orang-orang lemah dan benyali rendah,
mereka memegang tongkat pada bagian tengahnya; satu sisi ia menyatakan
bergabung dengan umatnya, tapi di sisi lain ia lebih mengedepankan kepentingan
dunia-nya sembari menunggu kabut tersingkap dan peperangan berakhir; dengan
maksud ingin bergabung dengan kelompok yang kuat dan menumpang kapal fihak yang
menang, sungguh teramat jelek apa yang diperbuat orang-orang seperti ini.
Tapi mereka
dihentikan oleh orang-orang Robbaniyyuun, yang mengangkat bendera di zaman
kerusakan, mengangkat kepala di zaman kehinaan, tekat mereka mengarungi
angkasa, pergi menuju Alloh, Dzat Yang Maha melihat lagi Maha mendengar,
meneladani Sang pembawa peringatan dan kabar gembira, Muhammad Shollallohu
Alaihi wa Sallam, mereka orang-orang asing yang wajahnya hangus terbakar angin
keterasingan, kaki mereka yang tanpa alas kaki meneteskan darah di sahara yang
berkobar oleh api permusuhan, tidak ada pintu yang mau menerima mereka sehingga
mereka mengetuk pintu langit, lalu dibukalah pintu tersebut untuk mereka,
langsung dari tengah-tengah surga untuk menghidupkan hati, tersirat kegembiraan
iman dalam diri mereka, sehingga tidak ada seorangpun dari mereka yang mundur,
karena mereka marah demi agamanya, walaupun seluruh dunia bersatu-padu
membidiknya.
Jihad
adalah solusi!
Ummatku…
Sungguh bahaya telah mencapai klimaksnya, orang-orang dzalim
telah melampaui batas, di negeri kita bertebaran orang-orang jahat,
serigala-serigala, bahkan anjing-anjing, mereka telah berani lancang kepada
kita. Di sisi lain, manusia tengah kebingungan mencari solusi di tengah
fatamorgana padang pasir, padahal solusi itu ada di hadapan mata mereka! Solusi
itu adalah jihad fi sabilillah.
Inilah wasiat-wasiat para imam jihad yang telah mendahului
kita dalam menempuh jalan penuh berkah ini, yang akan kusampaikan kepada
kalian. Aku sengaja menyusunnya dengan sedikit merubah susunan kata-katanya;
dengan harapan ini akan menjadi peringatan untuk diriku sendiri dan
ikhwan-ikhwanku para mujahidin, agar mereka tetap teguh, dan untuk mengajak
mereka mempertahankan kesabaran dalam memegang prinsip serta ajaran Islam yang
baku.
Lemah
Nyali Dan Perbuatan Maksiat, Menunda Kemenangan:
Wahai para mujahidin…
Aku sama sekali tidak mengkhawatirkan banyaknya musuh kalian
dan besarnya senjata mereka, aku tidak mengkhawatirkan kalian lantaran
berkumpulnya seluruh kekuatan jahat memerangi kalian, atau sikap melemah-kan
semangat dari saudara-saudara kalian sesama muslim di berbagai belahan dunia; yang
aku khawatirkan justru dari diri kalian sendiri, aku khawatir kalian terkena
penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), merasa lemah dan kalah,
kemudian banyak melakukan maksiat.
Kalian bisa mengambil pelajaran dari peristiwa perang Uhud,
Alloh Ta’ala berfirman:
“…sampai
pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan bermaksiat kepada
perintah (Rosul) sesudah Alloh memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di
antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang
menghendaki akhirat. Kemudian Alloh memalingkan kamu dari mereka untuk menguji
kamu…” (QS. Ali Imron: 152.)
Ibnu Katsir berkata, ―Tadinya keunggulan dan kemenangan
berada di fihak Islam pada pagi harinya, tapi tatkala para pemanah bermaksiat
dan sebagian pasukan merasa gagal, janji kemenanganpun tertunda, di mana
datangnya kemenangan ini disyaratkan adanya keteguhan dan sikap taat.‖
Peristiwa Uhud ini sungguh telah menorehkan peristiwa yang
menakjubkan, antara lain: jumlah musuh tiga kali lipat lebih banyak daripada
jumlah kaum muslimin, lalu Alloh memenangkan kaum muslimin di pagi hari; tapi
tatkala mereka bermaksiat, Alloh timpakan musibah di sore hari.
Shahabat Jâbir Radhyilallohu ‘Anhu berkata, ―Ketika perang
Uhud, manusia bercerai berai dari sisi Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, yang
tinggal menyertai beliau hanya 13 orang Anshor dan Tholhah.‖
Dalam hadits Anas Radhyilallohu ‘Anhu ia berkata, ―Ketika
pecah perang Uhud, kaum muslimin tercerai berai. Maka Anas bin Nadhr berkata, “Ya
Alloh, aku memohon udzur kepada-Mu dari perbuatan shahabat-shahabatku, dan aku
berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan orang-orang musyrik itu”.
Dulu, setelah pulau Qibrish ditaklukkan, Abud-Darda‘ duduk
sambil menangis tatkala menyaksikan penduduknya menangis dan dalam kondisi
kacau balau. Maka ada yang bertanya, ―Wahai Abu `d-Darda‘, apa yang membuatmu
menangis di hari ketika Alloh memuliakan Islam? beliau menjawab, ―Celakalah
kalian, alangkah rendahnya makhluk di sisi Alloh ketika mereka meninggalkan
perintah-Nya, padahal mereka dulu adalah bangsa yang menang dan kuat, mereka
meninggalkan perintah Alloh dan akhirnya menjadi seperti yang kalian lihat.
Tamkîn Hanya Datang Setelah Ujian:
Wahai para mujahidin…
Memang, pertolongan kadang tertunda, tak jarang kekalahan dan
luka-luka terjadi pada barisan kalian, dan ini bukanlah hal yang aneh. Sebab
itu adalah sunnatulloh pada orang-orang terdahulu. Dan tidak ada perubahan pada
sunnatulloh.
Heraklius berkata kepada Abu Sufyan: ―Aku tadi bertanya
kepadamu tentang bagaimana kalian memerangi orang itu –yang ia maksud adalah
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam— lantas engkau katakan bahwa
peperangan itu silih berganti (kadang menang kadang kalah); memang seperti
itulah keadaan para rosul; mereka diuji kemudian kemenangan akhir ada di tangan
mereka.
Sungguh, ujian terberat bagi kalian ketika memerangi musuh
adalah bersabar dan yakin. Yakin bahwa Alloh akan menepati janji-Nya, menolong
tentara dan pasukan-Nya, walaupun setelah lewat masa yang panjang. Dan sabar
ketika mengalami kegoncangan-kegonca-ngan, dan yakin bahwa jalan keluar ada
bersama kesulitan, dalam kesuli-tan ada kemudahan.
Ada seseorang bertanya kepada Imam Syafi’i, ―Wahai Abu
Abdillah, mana yang lebih baik bagi seseorang; diberi kekuasaan ataukah diuji?
Maka Imam Syafi’i menjawab, “IA TIDAK AKAN DIBERI KEKUASAAN SEBELUM DIUJI”.
Sesungguhnya Alloh telah menguji Nabi Nuh, Ibrohim, Musa,
Isa, dan Muhammad –semoga sholawat dan salam tercurah selalu kepada mereka—,
tatkala mereka bersabar, Alloh pun memantabkan kedudukan mereka di muka bumi.
Maka jangan ada seorangpun menyangka bisa terlepas dari kepedihan!
Kelirulah orang yang berburuk sangka kepada Alloh, di mana ia
hanya melihat kepada jumlah dan peralatan yang dimiliki musuh dengan melupakan
janji Alloh :
“…Alloh telah tetapkan: Aku pasti memenangkan diri-Ku dan
rosul-rosul-Ku,” (QS.
Al-Mujadilah: 21).
“…Barang siapa
berwali kepada Alloh, rosul-Nya, dan orang-orang beriman, maka sesungguhnya
pasukan Alloh lah orang-orang yang menang.” ( QS. Al-Maidah: 56).
“Adalah kewajiban Kami menolong orang-orang beriman,” ( QS. Ar-Rum: 47).
“Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana menjadikan berkuasa
orang-orang sebelum mereka, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa…” (QS. An-Nur: 55).
Di sini ada syarat sebelum mendapatkan janji, yaitu iman,
ikhlas (tidak menyekutukan Alloh), dan beramal sholeh, barulah datang
kemenangan, kekuasaan, dan ke-khilafahan di muka bumi, “Itulah janji
Alloh, Alloh tidak menyelisihi janji-Nya.” (QS. Az-Zumar: 20).
Sungguh indah apa yang dikatakan Sayyid Quthb Rahimahulloh
ketika mengomentari firman Alloh: “Betapa banyak kelompok yang
sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Alloh…” (QS.
Al-Baqoroh: 249).
Beliau
berkata, ―Ayat ini adalah kaidah dalam perasaan orang-orang yang yakin bahwa
mereka pasti akan berjumpa dengan Alloh, kaidah ini menyatakan bahwa kelompok
orang-orang beriman itu sedikit, sebab kelompok inilah yang bisa menapaki
tangga ujian yang berat hingga puncaknya, sehingga mereka mencapai predikat
sebagai pasukan pilihan. Meski sedikit, tapi merekalah yang menang, sebab
mereka memiliki kontak dengan sumber segala kekuatan, dan mewakili kekuatan
yang pasti menang; yaitu kekuatan Alloh yang pasti memenangkan urusan-Nya, Dzat
Yang Mahapemaksa di atas hamba-hamba-Nya, yang menghancurkan orang-orang bengis,
menghinakan orang-orang dzolim, dan menundukkan orang-orang sombong.
Source:
Judul Asli: Washôya li `l-Mujâhidîn
Oleh: Syaikh Abû Mush‗ab Al-Zarqawi
Edisi Indonesia: Kumpulan Nasehat Untuk Mujahidin
Penerjemah: Ahmad Ilham Al-Kandari
Editor Ulang: AKM PUSTAKA
Publikasi I: AL-QAEDOON GROUP
Publikasi II: AKM PUSTAKA
9 Rabiul Awal 1440 H - 17 November 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar