7/12/2019

NASEHAT UNTUK MUJAHIDIN BAG. 1


NASEHAT-NASEHAT UNTUK MUJAHIDIN
Syaikh Abû Mush’ab Al-Zarqawi berkata :


Segala puji bagi Alloh; kami memuji, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya, dan kami berlindung kepada Alloh dari kejahatan diri serta keburukan amal perbuatan kami. Siapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada seorangpun mampu menyesatkannya, dan siapa yang Alloh sesatkan maka tidak ada seorangpun yang bisa memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang haq) selain Alloh; satu-satu-Nya dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rosul-Nya; beliau telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah dan menasehati umat, serta meninggalkan mereka di atas mahajjatul baidho (keterangan yang sangat jelas), malamnya seperti siang, tidak ada yang menyimpang dari keterangan tersebut kecuali orang yang binasa.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Alloh dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.” (QS. Ali Imron: 102)

Hai manusia, bertakwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa dan menciptakan darinya pasangannya serta mengeluarkan dari keduanya keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kalian kepada Alloh yang (dengan menyebut nama-Nya) kalian saling meminta serta (peliharalah) tali silaturrohmi. Sesungguhnya Alloh Mahamengawasi kalian.” (QS. An-Nisa‘: 1)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang lurus. Niscaya Alloh akan memperbaiki amal kalian serta mengampuni dosa-dosa kalian, dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan rosul-Nya maka sungguh ia telah meraih kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 70-71 )


Tsumma Amma ba’du…

Sejarah akan terus terulang:

Sejarah kembali terulang, jalan cerita sejarah dari zaman ke zaman tidak pernah berubah… manusia dan pemerannya boleh berubah, peralatan-peralatan boleh berkembang pesat; akan tetapi pentas sejarah tetaplah baku; kisah permusuhan hanya satu, yaitu kebenaran melawan kebatilan, Islam memerangi kekafiran, kejahilaya-han, dan kemunafikan yang terselu-bung. Adapun orang-orang lemah dan benyali rendah, mereka memegang tongkat pada bagian tengahnya; satu sisi ia menyatakan bergabung dengan umatnya, tapi di sisi lain ia lebih mengedepankan kepentingan dunia-nya sembari menunggu kabut tersingkap dan peperangan berakhir; dengan maksud ingin bergabung dengan kelompok yang kuat dan menumpang kapal fihak yang menang, sungguh teramat jelek apa yang diperbuat orang-orang seperti ini.

Tapi mereka dihentikan oleh orang-orang Robbaniyyuun, yang mengangkat bendera di zaman kerusakan, mengangkat kepala di zaman kehinaan, tekat mereka mengarungi angkasa, pergi menuju Alloh, Dzat Yang Maha melihat lagi Maha mendengar, meneladani Sang pembawa peringatan dan kabar gembira, Muhammad Shollallohu Alaihi wa Sallam, mereka orang-orang asing yang wajahnya hangus terbakar angin keterasingan, kaki mereka yang tanpa alas kaki meneteskan darah di sahara yang berkobar oleh api permusuhan, tidak ada pintu yang mau menerima mereka sehingga mereka mengetuk pintu langit, lalu dibukalah pintu tersebut untuk mereka, langsung dari tengah-tengah surga untuk menghidupkan hati, tersirat kegembiraan iman dalam diri mereka, sehingga tidak ada seorangpun dari mereka yang mundur, karena mereka marah demi agamanya, walaupun seluruh dunia bersatu-padu membidiknya.

Jihad adalah solusi!


Ummatku…

Sungguh bahaya telah mencapai klimaksnya, orang-orang dzalim telah melampaui batas, di negeri kita bertebaran orang-orang jahat, serigala-serigala, bahkan anjing-anjing, mereka telah berani lancang kepada kita. Di sisi lain, manusia tengah kebingungan mencari solusi di tengah fatamorgana padang pasir, padahal solusi itu ada di hadapan mata mereka! Solusi itu adalah jihad fi sabilillah.

Inilah wasiat-wasiat para imam jihad yang telah mendahului kita dalam menempuh jalan penuh berkah ini, yang akan kusampaikan kepada kalian. Aku sengaja menyusunnya dengan sedikit merubah susunan kata-katanya; dengan harapan ini akan menjadi peringatan untuk diriku sendiri dan ikhwan-ikhwanku para mujahidin, agar mereka tetap teguh, dan untuk mengajak mereka mempertahankan kesabaran dalam memegang prinsip serta ajaran Islam yang baku.


Lemah Nyali Dan Perbuatan Maksiat, Menunda Kemenangan:


Wahai para mujahidin…

Aku sama sekali tidak mengkhawatirkan banyaknya musuh kalian dan besarnya senjata mereka, aku tidak mengkhawatirkan kalian lantaran berkumpulnya seluruh kekuatan jahat memerangi kalian, atau sikap melemah-kan semangat dari saudara-saudara kalian sesama muslim di berbagai belahan dunia; yang aku khawatirkan justru dari diri kalian sendiri, aku khawatir kalian terkena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), merasa lemah dan kalah, kemudian banyak melakukan maksiat.

Kalian bisa mengambil pelajaran dari peristiwa perang Uhud, Alloh Ta’ala berfirman:
“…sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan bermaksiat kepada perintah (Rosul) sesudah Alloh memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Alloh memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu…” (QS. Ali Imron: 152.)

Ibnu Katsir berkata, ―Tadinya keunggulan dan kemenangan berada di fihak Islam pada pagi harinya, tapi tatkala para pemanah bermaksiat dan sebagian pasukan merasa gagal, janji kemenanganpun tertunda, di mana datangnya kemenangan ini disyaratkan adanya keteguhan dan sikap taat.

Peristiwa Uhud ini sungguh telah menorehkan peristiwa yang menakjubkan, antara lain: jumlah musuh tiga kali lipat lebih banyak daripada jumlah kaum muslimin, lalu Alloh memenangkan kaum muslimin di pagi hari; tapi tatkala mereka bermaksiat, Alloh timpakan musibah di sore hari.

Shahabat Jâbir Radhyilallohu ‘Anhu berkata, ―Ketika perang Uhud, manusia bercerai berai dari sisi Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam, yang tinggal menyertai beliau hanya 13 orang Anshor dan Tholhah.

Dalam hadits Anas Radhyilallohu ‘Anhu ia berkata, ―Ketika pecah perang Uhud, kaum muslimin tercerai berai. Maka Anas bin Nadhr berkata, “Ya Alloh, aku memohon udzur kepada-Mu dari perbuatan shahabat-shahabatku, dan aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan orang-orang musyrik itu”.

Dulu, setelah pulau Qibrish ditaklukkan, Abud-Darda‘ duduk sambil menangis tatkala menyaksikan penduduknya menangis dan dalam kondisi kacau balau. Maka ada yang bertanya, ―Wahai Abu `d-Darda‘, apa yang membuatmu menangis di hari ketika Alloh memuliakan Islam? beliau menjawab, ―Celakalah kalian, alangkah rendahnya makhluk di sisi Alloh ketika mereka meninggalkan perintah-Nya, padahal mereka dulu adalah bangsa yang menang dan kuat, mereka meninggalkan perintah Alloh dan akhirnya menjadi seperti yang kalian lihat.


Tamkîn Hanya Datang Setelah Ujian:



Wahai para mujahidin…

Memang, pertolongan kadang tertunda, tak jarang kekalahan dan luka-luka terjadi pada barisan kalian, dan ini bukanlah hal yang aneh. Sebab itu adalah sunnatulloh pada orang-orang terdahulu. Dan tidak ada perubahan pada sunnatulloh.

Heraklius berkata kepada Abu Sufyan: ―Aku tadi bertanya kepadamu tentang bagaimana kalian memerangi orang itu –yang ia maksud adalah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam— lantas engkau katakan bahwa peperangan itu silih berganti (kadang menang kadang kalah); memang seperti itulah keadaan para rosul; mereka diuji kemudian kemenangan akhir ada di tangan mereka.

Sungguh, ujian terberat bagi kalian ketika memerangi musuh adalah bersabar dan yakin. Yakin bahwa Alloh akan menepati janji-Nya, menolong tentara dan pasukan-Nya, walaupun setelah lewat masa yang panjang. Dan sabar ketika mengalami kegoncangan-kegonca-ngan, dan yakin bahwa jalan keluar ada bersama kesulitan, dalam kesuli-tan ada kemudahan.

Ada seseorang bertanya kepada Imam Syafi’i, ―Wahai Abu Abdillah, mana yang lebih baik bagi seseorang; diberi kekuasaan ataukah diuji? Maka Imam Syafi’i menjawab, “IA TIDAK AKAN DIBERI KEKUASAAN SEBELUM DIUJI”.

Sesungguhnya Alloh telah menguji Nabi Nuh, Ibrohim, Musa, Isa, dan Muhammad –semoga sholawat dan salam tercurah selalu kepada mereka—, tatkala mereka bersabar, Alloh pun memantabkan kedudukan mereka di muka bumi. Maka jangan ada seorangpun menyangka bisa terlepas dari kepedihan!

Kelirulah orang yang berburuk sangka kepada Alloh, di mana ia hanya melihat kepada jumlah dan peralatan yang dimiliki musuh dengan melupakan janji Alloh :

“…Alloh telah tetapkan: Aku pasti memenangkan diri-Ku dan rosul-rosul-Ku,” (QS. Al-Mujadilah: 21).

 “…Barang siapa berwali kepada Alloh, rosul-Nya, dan orang-orang beriman, maka sesungguhnya pasukan Alloh lah orang-orang yang menang.” ( QS. Al-Maidah: 56).

Adalah kewajiban Kami menolong orang-orang beriman,” ( QS. Ar-Rum: 47).

Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana menjadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa…” (QS. An-Nur: 55).

Di sini ada syarat sebelum mendapatkan janji, yaitu iman, ikhlas (tidak menyekutukan Alloh), dan beramal sholeh, barulah datang kemenangan, kekuasaan, dan ke-khilafahan di muka bumi, Itulah janji Alloh, Alloh tidak menyelisihi janji-Nya.” (QS. Az-Zumar: 20).

Sungguh indah apa yang dikatakan Sayyid Quthb Rahimahulloh ketika mengomentari firman Alloh: Betapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Alloh…” (QS. Al-Baqoroh: 249).

Beliau berkata, ―Ayat ini adalah kaidah dalam perasaan orang-orang yang yakin bahwa mereka pasti akan berjumpa dengan Alloh, kaidah ini menyatakan bahwa kelompok orang-orang beriman itu sedikit, sebab kelompok inilah yang bisa menapaki tangga ujian yang berat hingga puncaknya, sehingga mereka mencapai predikat sebagai pasukan pilihan. Meski sedikit, tapi merekalah yang menang, sebab mereka memiliki kontak dengan sumber segala kekuatan, dan mewakili kekuatan yang pasti menang; yaitu kekuatan Alloh yang pasti memenangkan urusan-Nya, Dzat Yang Mahapemaksa di atas hamba-hamba-Nya, yang menghancurkan orang-orang bengis, menghinakan orang-orang dzolim, dan menundukkan orang-orang sombong.

Source:
Judul Asli: Washôya li `l-Mujâhidîn
Oleh: Syaikh Abû Mush‗ab Al-Zarqawi
Edisi Indonesia: Kumpulan Nasehat Untuk Mujahidin
Penerjemah: Ahmad Ilham Al-Kandari
Editor Ulang: AKM PUSTAKA
Publikasi I: AL-QAEDOON GROUP
Publikasi II: AKM PUSTAKA
9 Rabiul Awal 1440 H - 17 November 2018

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...