7/09/2019

BUNUHLAH PARA PEMIMPIN KEKAFIRAN


Bunuhlah Para Pemimpin Kekafiran,
Karena Mereka Tak Dapat Dipegang Janjinya

Tidaklah seorang thaghut, dari sekian banyaknya mereka, yang menghegemoni manusia, melainkan dia pasti berupaya menjadikan manusia itu sebagai budak bagi dirinya. Di antara para thaghut, ada yang memanfaatkan iming-iming harta dan kedudukan untuk mendekatkan manusia kepadanya. Ada pula yang menggunakan paksaan dan kekuatan untuk membuat mereka tunduk kepadanya. Ada juga yang menggunakan makar dan tipu daya agar mereka rela kepadanya. Dengan masing-masing menggunakan berbagai metode dan muslihatnya, para thaghut senantiasa menggunakan semua itu sejak lama, sehingga semuanya sangat dikenal dan populer, diikuti dan diulang-ulang sepanjang masa dan tempat.

Dan di antara sarana terpenting yang dilakukan para thaghut untuk memperdaya kaum muslimin adalah para ulama suu` (durjana) yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya, menyembunyikan keterangan-keterangan, menulis ‘Al-Kitab’ dengan tangan mereka sendiri kemudian menisbatkan apa yang mereka tulis itu kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya yang mulia. Atau mereka mengubah syariat Allah; menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

Di tangan para thaghut, kaum murtad dari kalangan ulama durjana senantiasa menjadi alat kendali untuk menaklukkan manusia, dan agar manusia menghamba kepada mereka yang menjadi tuhan selain Allah subhanahu wa ta’ala. Para ulama durjana masih menjalani peran para penyihir Firaun; mereka menyihir mata dan akal manusia, membuat kerancuan untuk mereka, sehingga memperlihatkan kebenaran sebagai kebatilan dan kebatilan sebagai kebenaran, mendorong manusia agar loyal kepada para thaghut dan bala tentara mereka, serta berlepas diri dari para nabi dan para pengikut mereka dengan baik hingga Hari Akhir.

Seiring semakin hebatnya peperangan antara kaum muslimin dengan para thaghut, beserta pihak-pihak di belakang mereka dari berbagai bangsa kekafiran –utamanya para Salibis– pasar para ulama durjana kian laris. Nilai mereka semakin tinggi di istana-istana para thaghut. Berbagai saluran dan stasiun televisi milik thaghut berlomba-lomba untuk mewancarai mereka. Di hadapan mereka dibukakanlah seluruh masjid dan forum-forum keilmuan, buku-buku mereka dicetak, foto mereka disebarluaskan, dan mereka diberi julukan tak terhitung. Demikianlah agar mereka sukses menunaikan misi yang dibebankan, yaitu memerangi tauhid dan para pengusungnya, serta membela thaghut dan para loyalisnya.

Lebih dari itu, sejumlah ulama durjana melakukan semua itu secara sukarela, menambah perkataan keji dengan perbuatan yang lebih keji. Mereka turut memata-matai (tajassus) aib kaum muslimin, mengorek-ngorek pernyataan mereka, dan berusaha menjatuhkan mereka untuk kemudian diserahkan kepada bala tentara thaghut, sehingga kemudian menjebloskan mereka ke dalam penjara, menimpakan fitnah (cobaan) untuk agama mereka, dan membunuh mereka. Semua itu dilakukan melalui fatwa-fatwa artifisial orang-orang murtad dari kalangan para ulama thaghut.

Sejumlah mujahidin melakukan kekeliruan beberapa tahun terakhir ini tatkala mereka berbaik sangka kepada para ‘rahib’ kekafiran itu. Mereka mengira bahwa yang mendorong mereka untuk memusuhi kaum muwahhid (bertauhid) adalah syubhat yang akan lenyap dengan ilmu, atau ketidaktahuan akan kondisi yang dapat ditutup dengan penjelasan. Sehingga mujahidin mengupayakan diri mereka dan menyia-nyiakan waktu mereka; dengan mengirim banyak surat dan perwakilan untuk berdialog dengan mereka serta menjelaskan kemuskilan mereka. Besar harapan, mereka mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus. Namun, para kriminal itu justru malah semakin jauh dari kebenaran dan para pengusungnya, serta lengket dengan thaghut dan para anteknya.

Mujahidin Daulah Islam sejak lama telah menyadari bahwa wacana para ulama thaghut adalah wacana kekafiran kepada Allah Yang Maha Agung. Sejatinya status hukum seorang ulama thaghut tidaklah berbeda dengan status bala tentara thaghut, sehingga diperangi oleh mujahidin yang mendekatkan diri kepada Allah dengan membunuhi mereka. Bahkan, mujahidin tidak ragu lagi bahwa para ulama thaghut lebih dahsyat kekafirannya dan perang yang dilancarkan mereka melawan kaum muslimin lebih hebat ketimbang bala tentara thaghut dan institusi-institusi intelijen mereka. Pasalnya, merekalah yang menjustifikasi kekafiran dan kemurtadan mereka dari Islam. Merekalah yang mengagitasi para tentara thaghut untuk memerangi kaum muslimin dan loyal kepada orang-orang musyrik. Dan mereka jugalah yang merintangi manusia dari berjihad melawan musuh-musuh Allah, sehingga menyesatkan mereka dari jalan Allah. Bahkan mereka adalah para pemimpin kekafiran yang difirmankan oleh Allah:
فَقَٰتِلُوٓاْ أَئِمَّةَ ٱلۡكُفۡرِ إِنَّهُمۡ لَآ أَيۡمَٰنَ لَهُمۡ لَعَلَّهُمۡ يَنتَهُونَ

“maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti,” (At-Taubah: 12).

Oleh karenanya, sesungguhnya tentara Daulah Islam –berkat karunia Allah– tidak segan-segan membunuh para ulama durjana yang loyal kepada orang-orang musyrik. Popularitas nama mereka, segudang julukan mereka, banyaknya murid dan pengikut mereka, serta besarnya organisasi dan partai-partai mereka, semua itu tidak menghalangi mujahidin menerapkan hukum Allah kepada mereka. Mujahidin juga tidak takut kepada celaan orang dungu atau tikaman orang dengki. Mujahidin akan memenggal kepala mereka, baik dengan muslihat atau secara terang-terangan, menyembelih dengan pisau, meledakkan dengan alat-alat peledak, serta menghancurkan kepada mereka dengan senapan dan pistol. Berkat anugerah Allah, mujahidin tiada henti mengintai mereka, mencari-cari kesempatan untuk membunuh mereka, sebagaimana keadaan sejumlah kelompok murtad yang mengklaim mendekatkan diri kepada Allah dengan memerangi mujahidin.

Para ulama thaghut di negara-negara kafir mengira mereka akan aman dari serangan mujahidin serta selamat dari senapan-senapan serbu unit pasukan inghimasi (jibaku), pistol-pistol berperedam unit detasemen rahasia, dan belati-belati para ‘serigala sendirian’. Sungguh jauh persangkaan mereka.

Sesungguhnya kami –dengan izin Allah– akan mengintai mereka di mana pun mereka berada, mengikuti mereka kemana pun mereka lari, untuk kami penggal kepala mereka, kami bungkam lisan mereka dalam memerangi kaum muslimin, dan kami akan kawal syariat Allah dari mereka yang telah menyelewengkan teks-teks syariat dan mengubah hukum-hukumnya. Kami akan memerangi mereka sebagaimana kami memerangi majikan mereka, yaitu para thaghut. Mereka tiada bedanya. Sebagaimana Rabb kami telah memerintahkan kami dengan berfirman,
وَقَٰتِلُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ كَآفَّةٗ كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمۡ كَآفَّةٗۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ

“Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa,(At-Taubah: 36)

Kami menggelorakan kaum muslimin di setiap tempat untuk membunuh mereka, sebagaimana kami mengagitasi kalian untuk memerangi kaum Salibis dan murtadin, kecuali apabila mereka bertaubat dari kemurtadan mereka dan kembali kepada agama mereka.
Allah berfirman,

يَحۡلِفُونَ بِٱللَّهِ مَا قَالُواْ وَلَقَدۡ قَالُواْ كَلِمَةَ ٱلۡكُفۡرِ وَكَفَرُواْ بَعۡدَ إِسۡلَٰمِهِمۡ وَهَمُّواْ بِمَا لَمۡ يَنَالُواْۚ وَمَا نَقَمُوٓاْ إِلَّآ أَنۡ أَغۡنَىٰهُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ مِن فَضۡلِهِۦۚ فَإِن يَتُوبُواْ يَكُ خَيۡرٗا لَّهُمۡۖ وَإِن يَتَوَلَّوۡاْ يُعَذِّبۡهُمُ ٱللَّهُ عَذَابًا أَلِيمٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ وَمَا لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مِن وَلِيّٖ وَلَا نَصِيرٖ

karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi,” (At-Taubah: 74).

Source: ALFATIHIN 03








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...