SIFAT-SIFAT
ORANG
MUNAFIK
Oleh
: IBNU QAYYIM
Segala puji bagi Allah. Kita
memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, memohon ampunan-Nya, dan berlindung
kepada-Nya dari keburukan jiwa kita dan kejelekan perbuatan kita. Barangsiapa
diberi petunjuk-Nya maka tak akan ada yang mampu menyesatkannya, dan
barangsiapa disesatkan-Nya maka tak akan ada yang mampu memberi petunjuk
kepadanya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali ‘Imran: 102)
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ
مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ
ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabbmu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisaa`:
1)
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا * يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ
لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا
عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya iatelah
mendapat kemenangan yang besar.” (Al-Ahzab: 70-71).
Amma ba’du:
Munafik (nifak) adalah
penyakit hati akut. Bisa jadi hati seseorang itu terjangkiti kemunafikan namun
dia tidak merasakannya. Nifak adalah perkara yang tersembunyi dan tidak
disadari banyak manusia. Apalagi oleh orang yang hatinya terjangkit nifak
sehingga mengklaim dirinya itu reformer namun sejatinya perusak.
Nifak ada dua macam; Ashghar (kecil) dan Akbar (besar). Nifak akbar menyebabkan kekal di neraka yang
paling bawah. Di mata kaum muslimin seseorang nampak beriman kepada Allah,
malaikat, kitab-kitab, para rasul, dan Hari Akhir, namun batinnya terlepas dari
semua itu lagi mendustakannya. Dia tidak beriman bahwa Allah berbicara dengan
kata-kata yang diturunkan-Nya kepada seorang manusia yang dijadikan-Nya sebagai
rasul, memberi petunjuk dengan seizin-Nya, memperingatkan mereka akan
keperkasaan- Nya, dan menakut-nakuti mereka akan siksa-Nya.
Allah Yang Mahasuci
telah menyingkap tirai orang-orang munafik dan membongkar rahasia mereka di
dalam Al-Quran. Dia telah mengekspos perkara orang-orang munafik kepada para
hamba- Nya agar mereka berhati-hati dari nifak dan orang-orang munafik. Di awal
Surat Al-Baqarah, Allah menyebutkan tiga golongan manusia; orang-orang beriman,
orang-orang kafir, dan orang-orang munafik. Empat ayat menjelaskan mengenai
orang-orang beriman, dua ayat mengenai orang-orang kafir, dan sepuluh ayat
mengenai orang-orang munafik.
Hal itu dikarenakan
banyaknya jumlah munafik, efeknya yang komprehensif, dan fitnah mereka yang
teramat dahsyat bagi Islam dan kaum muslimin. Hantaman mereka terhadap Islam
teramat keras, karena mereka terlihat konsekuen dengan Islam, serta mengklaim
membela dan bekerja demi Islam, namun sejatinya dia adalah musuh bebuyutan.
Dalam setiap kesempatan, mereka akan mengeluarkan permusuhannya. Orang-orang
bodoh mengira mereka berilmu dan reformer, namun sesungguhnya amat bodoh lagi
perusak.
Demi Allah, betapa
banyak kubu pertahanan Islam yang telah mereka hancurkan. Betapa banyak benteng
Islam yang telah mereka porak-porandakan. Betapa banyak syiar Islam yang telah
mereka padamkan. Betapa banyak bendera Islam yang berkibar yang telah mereka
turunkan paksa. Betapa banyak mereka tanamkan akar-akar syubhat (penyimpangan/kerancuan)
untuk membongkar akar Islam. Betapa banyak ‘mata air’ Islam yang mereka kubur
dan mereka bendung.
Islam dan kaum muslimin
senantiasa terganggu dan tertimpa malapetaka karena mereka. Serangan demi
serangan syubhat mereka tiada henti menggedor pintunya. Semua itu, mereka
mengklaim sebagai reformer.
أَلَآ
إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya
mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah: 12).
يُرِيدُونَ
لِيُطۡفُِٔواْ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفۡوَٰهِهِمۡ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوۡ
كَرِهَ ٱلۡكَٰفِرُونَ
“Mereka ingin memadamkan
cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru)
menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” (Ash-Shaff: 8)
Mereka sepakat untuk
meninggalkan wahyu. Mereka bersatu untuk tidak mencari petunjuk dari wahyu. “Kemudian
mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah
menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada sisi mereka (masing-masing).” (Al-Mukminun: 53). “Sebagian
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112). Untuk itulah, “Mereka
menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (Al-Furqan: 30)
Tanda-tanda iman telah
punah dari hati mereka hingga mereka tak mengetahuinya lagi. Bangunannya telah
ambruk karena mereka membiarkannya terbengkalai begitu saja. Cahayanya yang
gemerlap telah padam karena mereka tak menjaganya. Sinarnya tenggelam
terhalangi gelapnya pikiran mereka hingga mereka tak melihatnya lagi.
Mereka tak menerima
petunjuk Allah yang disampaikan melalui utusan-Nya. Mereka tak mengacuhkannya
dan tak merasa jengah mengabaikannya demi kata-kata dan pikiran mereka sendiri.
Mereka telanjangi nash-nash (teks) wahyu dari hakikat sejatinya. Mereka
lengserkan nash-nash wahyu dari wilayah yakin. Mereka lancarkan serangan demi
serangan takwil-takwil batil. Nash-nash wahyu itu laksana seseorang yang
bertemu segerombolan preman. Seharusnya diterima dengan tangan terbuka dan
penghormatan, namun mereka malah mencengkeram kerahnya dan mendorong dadanya.
“Anda tak boleh lewat, kecuali bisa mengalahkan kami,” demikian ujar mereka.
Mereka siapkan berbagai macam rintangan untuk menghalanginya.
Ketika nash-nash wahyu
menang, mereka berkata, “Kami tak peduli dengan lafazh-lafazh lahir yang tak
memberikan keyakinan sedikitpun.” Yang awam berkata, “Cukuplah bagi kami apa
yang ditinggalkan cendekiawan kontemporer. Mereka lebih alim daripada
orang-orang yang sudah berlalu, dan lebih memahami argumentasi dan bukti-bukti
nyata.” Orang-orang yang terlalu lugu dan polos. Tak pernah berusaha memahami
kaidah, yang penting melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. Bagi
mereka, metode orang-orang kontemporer itu lebih cerdas dan bijak, sedangkan
metode orang-orang terdahulu lebih bodoh namun lebih selamat.
Bagi
mereka, nash-nash wahyu itu laksana khalifah pada zaman ini. Namanya terpampang
di jalanan dan disebut-sebut di mimbar-mimbar, namun kekuasaannya milik orang
lain. Hukumnya tak diterima dan tak didengar. Mereka kenakan pakaian iman pada
hati yang menyimpang dan rugi, dan hati yang dengki dan kafir. Lahirnya
layaknya seorang penolong, namun batinya berpihak pada orang-orang
kafir. Lisannya enak didengar, namun hatinya penuh api peperangan. Mereka
berkata,
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن
يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ
“Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir, padahal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah: 8)
Modal mereka adalah makar dan tipu
daya. Barang dagangannya adalah dusta dan curang. Yang ada di otak mereka
hanyalah agar bisa hidup aman, sentosa, dan disukai oleh dua kelompok.
يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَمَا يَخۡدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمۡ وَمَا يَشۡعُرُونَ
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak
sadar.” (Al- Baqarah: 9)
Penyakit syubhat dan syahwat telah
menjangkiti hati mereka hingga membinasakannya. Keinginan-keinginan buruk telah
menguasai niat dan kehendak mereka hingga merusaknya. Amat rusak hingga hampir
binasa. Dokter ahli pun tak mampu mengobatinya.
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ
فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ
يَكۡذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah: 10)
Barangsiapa di hatinya tertanam
kuku-kuku keraguan, mereka niscaya akan tercabik-cabik habis. Barangsiapa
hatinya terkena bara fitnah mereka niscaya akan terbakar habis. Siapa yang
telinganya termasuki syubhat-syubhat tipuan mereka niscaya hatinya akan
terhalangi dari kebenaran. Betapa banyak kerusakan mereka di bumi ini, namun
kebanyakan manusia lalai.
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمۡ لَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ قَالُوٓاْ إِنَّمَا نَحۡنُ
مُصۡلِحُونَ ١١ أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلۡمُفۡسِدُونَ وَلَٰكِن لَّا يَشۡعُرُونَ
١٢
“Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi.’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah:
11-12)
Mereka menganggap orang yang
berpegang pada Kitabullah dan Sunnah itu orang yang hanya mengerti kulit
luarnya saja, tak memahami intisarinya. Bagi mereka, orang yang mengikuti nash
itu seperti keledai yang membawa bertumpuk-tumpuk buku, tak memahami sedikitpun
yang dibawanya. Barang dagangan “pedagang wahyu” bagi mereka itu teramat buruk,
tak bisa diterima. Bagi mereka, ahlul-ittiba’ (orang-orang yang berpegang kepada
Al-Quran dan As-Sunnah, Edt.) adalah orang-orang dungu. Pasti mereka akan
mengolok-oloknya di setiap kesempatan forum.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ ءَامِنُواْ
كَمَآ ءَامَنَ ٱلنَّاسُ قَالُوٓاْ أَنُؤۡمِنُ كَمَآ ءَامَنَ ٱلسُّفَهَآءُۗ
أَلَآ إِنَّهُمۡ هُمُ ٱلسُّفَهَآءُ وَلَٰكِن لَّا يَعۡلَمُونَ
“Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kamu
sebagaimana orang-orang lain telah beriman.’ Mereka menjawab, ‘Akan berimankah
kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?’ Ingatlah,
sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (Al-Baqarah: 13)
Tiap-tiap mereka mempunyai dua muka,
muka yang diperlihatkannya ketika bertemu dengan orang-orang beriman, dan muka
ketika bertemu kawan-kawan segerombolan mereka. Tiap-tiap mereka mempunyai dua
lidah, yang manis-manis diucapkannya kepada kaum muslimin dan yang lainnya
mengungkapkan rahasia terdalam hatinya. “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
beriman, mereka mengatakan, ‘Kami telah beriman.’ Dan bila mereka kembali
kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.’” (Al-Baqarah: 14)
Mereka berpaling dari Kitabullah dan As-Sunnah karena
memperolok-olok dan menghina orang-orang yang mengikuti keduanya. Mereka
menolak tunduk kepada aturan dua wahyu demi pengetahuan yang ada pada diri
mereka, yang tidak menambah kecuali semakin tinggi hati dan sombong. Selamanya
mereka akan terlihat memperolok-olok orang-orang yang berpegang pada teks
wahyu.
ٱللَّهُ
يَسۡتَهۡزِئُ بِهِمۡ وَيَمُدُّهُمۡ فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka
terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (Al-Baqarah: 15)
Mereka mengarungi lautan kegelapan dalam perdagangan
yang sudah pasti rugi. Menaiki kapal-kapal syubhat dan keraguan.
Terombang-ambing dalam gelombang khayalan. Angin ribut menghantam kapal-kapal
mereka hingga menghempaskannya dalam kapal-kapal orang-orang binasa.
أُوْلَٰٓئِكَ
ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلضَّلَٰلَةَ بِٱلۡهُدَىٰ فَمَا رَبِحَت تِّجَٰرَتُهُمۡ
وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ
“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka
tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 16)
Api iman tampak berkelip di depan mereka hingga
terlihatlah tempat-tempat petunjuk dan tempat-tempat kesesatan. Namun tiba-tiba
cahayanya padam. Yang tersisanya hanya api yang membakar menyala-nyala. Mereka
diazab dengan api itu, dan dalam kegelapan itu mereka kebingungan.
مَثَلُهُمۡ
كَمَثَلِ ٱلَّذِي ٱسۡتَوۡقَدَ نَارٗا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ
بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِي ظُلُمَٰتٖ لَّا يُبۡصِرُونَ
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka
setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (Al-Baqarah: 17)
Telinga hati mereka telah tertutupi kotoran.
Panggilan iman tak terdengar lagi. Basirah (mata hati) mereka telah dibutakan.
Hakikat-hakikat Al-Quran tak terlihat lagi. Lidah-lidah mereka telah terkunci
dari kebenaran. Kebenaran takkan terucap lagi.
صُمُّۢ
بُكۡمٌ عُمۡيٞ فَهُمۡ لَا يَرۡجِعُونَ
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke
jalan yang benar).” (Al-Baqarah: 18)
Tetesan wahyu yang menghidupkan roh
dan hati terdengar menitik. Namun mereka tak mendengarnya kecuali gelegar petir
ancaman demi ancaman beban yang harus dilaksanakan setiap hari. Maka
disumbatlah telinga mereka dengan telunjuk, ditutupkanlah baju ke kepala, dan mereka
segera kabur. Namun dibelakang mereka teriakan-teriakan pengejar membuntuti.
Mereka diseru di depan khalayak. Orang-orang melihat hakikat mereka. Lalu
jadilah ungkapan yang menggambarkan para pengekor dan idelognya sekaligus.
أَوۡ
كَصَيِّبٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ فِيهِ ظُلُمَٰتٞ وَرَعۡدٞ وَبَرۡقٞ يَجۡعَلُونَ
أَصَٰبِعَهُمۡ فِيٓ ءَاذَانِهِم مِّنَ ٱلصَّوَٰعِقِ حَذَرَ ٱلۡمَوۡتِۚ وَٱللَّهُ
مُحِيطُۢ بِٱلۡكَٰفِرِينَ
“Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat
dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya
dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut
akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (Al-
Baqarah: 19)
Pandangan mereka tak
mampu menahan terangnya cahaya kilat makna-makna yang menyelingi hujan itu.
Telinga mereka tak mampu menahan gelegar petir ancaman, perintah, dan
larangan-larangannya. Mereka berdiri kebingungan di lembah kesesatan. Suara dan
cahaya apapun tak akan bermanfaat sedikitpun.
يَكَادُ
ٱلۡبَرۡقُ يَخۡطَفُ أَبۡصَٰرَهُمۡۖ كُلَّمَآ أَضَآءَ لَهُم مَّشَوۡاْ فِيهِ
وَإِذَآ أَظۡلَمَ عَلَيۡهِمۡ قَامُواْۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ
بِسَمۡعِهِمۡ وَأَبۡصَٰرِهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
“Hampir-hampir kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka
berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 20)
Mereka mempunyai
tanda-tanda yang telah diterangkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Akan
terlihat jelas pada basirah siapapun orang-orang beriman yang mentadaburinya.
Demi Allah, mereka berdiri di atas riya, dan itulah seburuk-buruk tempat
berdiri manusia. Rasa malas mendudukkan mereka dari perintah-perintah
Ar-Rahman. Ikhlas akan terasa amat berat bagi mereka. Jika mereka berdiri untuk
melaksanakan shalat maka mereka berdiri dengan bermalas-malasan, hanya agar
manusia melihatnya, dan tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit.
Mereka seperti anak
kambing yang kebingungan di antara dua kambing. Terkadang pergi ke yang
pertama, terkadang pergi ke yang kedua. Tidak bisa memilih salah satunya.
Posisi mereka berada di antara dua kelompok, untuk melihat mana yang lebih kuat
dan lebih mulia. Kebingungan di antara keduanya, tidak ke salah satu sisi,
tidak juga ke sisi yang lain. Barangsiapa disesatkan oleh Allah maka dia tidak
akan mendapat petunjuk. Mereka menunggu-nunggu dan melihat-lihat pihak yang
berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah. Jika mendapatkan kemenangan dari Allah
maka mereka berkata, “Bukankah kami bersama kalian?” Mereka bersungguh-sungguh
bersumpah atas nama Allah. Namun jika musuh-musuh Kitabullah dan As-Sunnah
mendapat kemenangan, maka mereka akan berkata, “Bukankah kita dan kalian
terikat pertemanan, dan nasab kita dekat?” Wahai orang yang hendak memahami
mereka, ambillah sifat-sifat mereka dari kalam Rabb semesta alam. Engkau tak
membutuhkan dalil lain.
ٱلَّذِينَ
يَتَرَبَّصُونَ بِكُمۡ فَإِن كَانَ لَكُمۡ فَتۡحٞ مِّنَ ٱللَّهِ قَالُوٓاْ أَلَمۡ
نَكُن مَّعَكُمۡ وَإِن كَانَ لِلۡكَٰفِرِينَ نَصِيبٞ قَالُوٓاْ أَلَمۡ
نَسۡتَحۡوِذۡ عَلَيۡكُمۡ وَنَمۡنَعۡكُم مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَۚ فَٱللَّهُ يَحۡكُمُ
بَيۡنَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ وَلَن يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لِلۡكَٰفِرِينَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
سَبِيلًا
“Yaitu orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata, ‘Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?’ Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata, ‘Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?’ Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (An-Nisaa`: 141)
Manis dan lembut
kata-kata mereka akan menakjubkan pendengar. Namun Allah bersaksi bahwa hati
mereka penuh dengan dusta dan tipu daya. Anda melihatnya tertidur di hadapan
kebenaran, namun berdiri tegak di hadapan kebatilan. Maka perhatikanlah sifat
mereka dari kalam Yang Mahasuci,
وَمِنَ
ٱلنَّاسِ مَن يُعۡجِبُكَ قَوۡلُهُۥ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَيُشۡهِدُ ٱللَّهَ
عَلَىٰ مَا فِي قَلۡبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلۡخِصَامِ
“Dan di antara manusia
ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah
penantang yang paling keras.” (Al-Baqarah: 204)
Perintah-perintah yang
mereka titahkan kepada pengikutnya hanya membuahkan kerusakan. Sebaliknya,
mereka melarang dari hal-hal yang membuahkan kebaikan di dunia dan akhirat.
Mungkin anda akan menemukan mereka terlihat bersama orang-orang beriman dalam
shalat, zikir, zuhud, dan sungguh-sungguh beribadah.
وَإِذَا
تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ لِيُفۡسِدَ فِيهَا وَيُهۡلِكَ ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۚ
وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلۡفَسَادَ
“Dan apabila ia
berpaling (dari kamu), dia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya,
dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan.” (Al-Baqarah: 205)
Tiap-tiap mereka adalah jenis yang saling
menyerupai. Memerintahkan kepada yang mungkar setelah mereka sendiri
mengerjakannya. Melarang dari yang makruf setelah mereka sendiri
meninggalkannya. Pelit tidak mau menafkahkan hartanya demi keridhaan dan di
jalan Allah. Betapa sering Allah mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Nya
namun mereka enggan mengingatnya. Betapa sering Allah menyingkap hakikat mereka
kepada para hamba-Nya yang beriman agar mereka menjauhinya. Dengarlah wahai
orang-orang beriman:
ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ
بَعۡضُهُم مِّنۢ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ
وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡۚ نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمۡۚ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ
هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
“Orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka
menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka
menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan
mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 67)
SOURCE: RUMIYAH edisi 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar