8/02/2019

HIKMAH DIGANTINYA KIBLAT - Ibnu Taimiyah


Hikmah Digantinya Kiblat

Oleh : Ibnu Taimiyah

Allah Subhanahu menjelaskan, bahwa hikmah diubah dan digantinya kiblat adalah untuk menyelisihi orang-orang kafir dalam kiblat mereka. Hal ini dimaksud agar menjadi kata pemutus untuk kebatilan yang mereka harapkan. Suatu hal yang wajar untuk dimaklumi. Ini berlaku pada setiap bentuk penyamaan diri dan pembedaan diri.

Karena orang kafir bila ditiru sedikit saja perilakunya, la sudah mempunyai hujjah sebagaimana tersebut, atau yang mirip dengari itu sebagaimana dilakukan Yahudi dengan hujjah mereka dalam soal kiblat, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ ١٠٥

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka.” (Ali lmran : 105)

Mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nashrani. Yang terpecah belah menjadi lebih dari tujuh puluh golongan. Oleb sebab itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita untuk meniru perpecahan dan perselisihan tersebut. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan: Bahwa umatnya juga akan terpecah menjadi tuju puluh tiga golongan. Adapun sabdanya:

“Janganlah kamu seperti si fulan”, kadang mencakup penyerupaan diri dengan mereka secara tersirat maupun tersurat. Kalaupun tak mencakup semua, hal itu sudah menunjukkan bahwa menyelisihi mereka, dan menghindarkan diri untuk menyerupai mereka adalah perkara yang syar’i. Dan semakin jauh seseorang menyerupai mereka meski dalam hal yang tak disyari’atkan (untuk menghindarinya), maka semakin jauh pula dia dari terjerumus ke dalam pertyerupaan diri dengan mereka yang dilarang syari’at. ini adalah satu kemaslahatan yang agung.

Allah berfirman kepada Nabi Musa dan Nabi Harun ‘Alaihimas salaam:

قَالَ قَدۡ أُجِيبَت دَّعۡوَتُكُمَا فَٱسۡتَقِيمَا وَلَا تَتَّبِعَآنِّ سَبِيلَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ

“Sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui.” (Yunus: 89)

Allah juga berfirman:

۞وَوَٰعَدۡنَا مُوسَىٰ ثَلَٰثِينَ لَيۡلَةٗ وَأَتۡمَمۡنَٰهَا بِعَشۡرٖ فَتَمَّ مِيقَٰتُ رَبِّهِۦٓ أَرۡبَعِينَ لَيۡلَةٗۚ وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَٰرُونَ ٱخۡلُفۡنِي فِي قَوۡمِي وَأَصۡلِحۡ وَلَا تَتَّبِعۡ سَبِيلَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ ١٤٢

“Dan berkatalah Musa kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”. (AI-A’raf : 142)

Allah juga berfirman:

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا ١١٥

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikutí jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” (An-Nisaa’: 115)

Dan banyak lagi ayat-ayat lainnya.

Petunjuk serta perbuatan yang umumnya mereka lakukan pada dasarnya bukanlah jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang beriman, bahkan merupakan jalan orang-orang yang berbuat kerusakan dan jalan orang-orang yang tidak berilmu. Apabila hal ini (hal meniru mereka) tidak termasuk ke dalam larangan secara umum, (tidak menjadi masalah) sebab larangan terhadap perbuatan semacam itu secara khusus telah ditetapkan sebelumnya (pada nash-nash lainnya). Maka menghindari perbuatan meniru mereka secara umum adalah lebih mempermudah untuk menghindarkan perkara yang dilarang. Sedangkan mendekati perbuatan tersebut, sangat memungkinkan seseorang untuk terjerumus kepada perkara yang dilarang.

Allah berfirman:

وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٤٨ وَأَنِ ٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ وَٱحۡذَرۡهُمۡ أَن يَفۡتِنُوكَ عَنۢ بَعۡضِ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَٱعۡلَمۡ أَنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعۡضِ ذُنُوبِهِمۡۗ وَإِنَّ كَثِيرٗا مِّنَ ٱلنَّاسِ لَفَٰسِقُونَ ٤٩

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadíkan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatílah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu....” (Al-Maaîdah : 48-49)

Harus diketahui, bahwa dalam Kitabullah banyak terdapat larangan untuk menyerupai orang-orang kafir, disertai dengan penuturan kisah-kisah mereka yang mengandung pelajaran buat kita agar kita mau meninggalkan apa-apa yang telah banyak mereka perbuat. Diantaranya tatkala Allah menyebutkan apa yang telah diperbuat-Nya terhadap ahli kitab berupa beberapa contoh permisalan:

فَٱعۡتَبِرُواْ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَبۡصَٰرِ

Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang berakal.” (Al-Hasyr : 2)

Juga firman-Nya:

لَقَدۡ كَانَ فِي قَصَصِهِمۡ عِبۡرَةٞ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِۗ

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Yusuf: 111)

Ada di antara ayat-ayat tersebut yang berindikasi langsung terhadap apa yang kita ulas, ada juga yang berupa isyarat dan pelengkap dari tujuan pembahasan.

Karena tujuan pembahasan adalah menjelaskan bahwa membedakan diri dari mereka dalam kebanyakan perbuatan mereka itu lebih baik buat kita, maka seluruh ayat Al-Qur’an memiliki indikasi ke arah tujuan tersebut.

Adapun apabila tujuan pembahasan adalah bahwa pembedaan diri terhadap mereka itu wajib atas diri kita, maka indikasinya terdapat pada sebagian ayat, tidak seluruhnya. Sementara kita memaparkan hal-hal yang menunjukkan bahwa membedakan diri dari mereka secara umum adalah disyariatkan. Karena demikianlah tujuan pembahasan di sini.

Adapun untuk membedakan antara indikasi yang mengarah kepada pengharusan atau adanya kewajiban (dalam pembedaan diri tersebut), dengan indikasi yang tidak mengharuskan, bukanlah menjadi tujuan pembahasan dalam buku ini.

Akan kita uraikan -Insya Allah- pembahasan bahwa menyerupai mereka dalam hari-hari raya mereka adalah termasuk perkara yang diharamkan. Karena itulah persoalan ini secara khusus menjadi pembahasan di sini. Adapun segala persoalan lainnya semata-mata dibahas di sini untuk menetapkan; kaidah universal/ menyeluruh yang besar manfaatnya.

Allah Subhanahu berfirman:

ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ بَعۡضُهُم مِّنۢ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡۚ نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمۡۚ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٦٧ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ هِيَ حَسۡبُهُمۡۚ وَلَعَنَهُمُ ٱللَّهُۖ وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّقِيمٞ ٦٨ كَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ كَانُوٓاْ أَشَدَّ مِنكُمۡ قُوَّةٗ وَأَكۡثَرَ أَمۡوَٰلٗا وَأَوۡلَٰدٗا فَٱسۡتَمۡتَعُواْ بِخَلَٰقِهِمۡ فَٱسۡتَمۡتَعۡتُم بِخَلَٰقِكُمۡ كَمَا ٱسۡتَمۡتَعَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُم بِخَلَٰقِهِمۡ وَخُضۡتُمۡ كَٱلَّذِي خَاضُوٓاْۚ أُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ ٦٩ أَلَمۡ يَأۡتِهِمۡ نَبَأُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ قَوۡمِ نُوحٖ وَعَادٖ وَثَمُودَ وَقَوۡمِ إِبۡرَٰهِيمَ وَأَصۡحَٰبِ مَدۡيَنَ وَٱلۡمُؤۡتَفِكَٰتِۚ أَتَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِۖ فَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظۡلِمَهُمۡ وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ ٧٠ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٧١ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ٧٢ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ جَٰهِدِ ٱلۡكُفَّارَ وَٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱغۡلُظۡ عَلَيۡهِمۡۚ وَمَأۡوَىٰهُمۡ جَهَنَّمُۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ ٧٣

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan-perempuan, sebagian dari sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggam tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan naar Jahannam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah naar ini bagi mereka; dan Allah mela’nati mereka; dan bagi mereka adzab yang kekal. (keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyirikin adalah) seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebíh banyak haría benda dan anak-anaknya daripada kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah nikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmatí bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batíl) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu, amalannya menjadi sia-sia dí dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi. Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah. Telah datang kepada mereka Rasul-Rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dan yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu’min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) jannah yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di jannah ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; Itu adalah keberuntungan yang besar. Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah naar Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (At-Taubah : 67 - 73)


Source:
JuduI Asli:
IQTIDHA' SHIRATHIL MUSTAQIM
MUKHALAFATA ASHHABIL JAHIM

Penulis : Syaikhul Islam lbnu Taimiyyah
Di Tahqiq oleh: Khalid bin Abdul Lathif As-Sab'ul Alamiy
Edisi Indonesia;
JALAN ISLAM VERSUS JALAN SETAN
Penerjemah : ABU FUDHAIL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...