8/02/2019

Sikap Meniru-niru Pasti Akan Menimbulkan Rasa Cinta dan Kasih Sayang - lbnu Taimiyyah


Sikap Meniru-niru Pasti Akan Menimbulkan
Rasa Cinta dan Kasih Sayang
Oleh : Syaikhul Islam lbnu Taimiyyah

Meniru-niru gaya hidup secara lahiriyah akan menimbulkan semacam cinta dan kasih sayang serta simpati dan loyalitas dalam hati. Demikian juga sebaliknya, kecintaan dalam hati juga dapat menimbulkan sikap meniru gaya hidup secara lahiriyah. Ini hal yang dapat dibuktikan secara kongkrit berdasarkan pengalaman. Sehingga bila ada dua orang lelaki yang berasal dari satu negeri, kebetulan keduanya saling bersua di rantau, antara keduanya pasti timbul rasa cinta, simpati dan keakraban yang amat sangat. Meskipun di negeri mereka sendiri keduanya tidak saling mengenal, atau bahkan mungkin malah saling berjauhan.

Karena kehidupan sosial di negeri sendiri memiliki karakter tertentu yang menskhususkan masing-masing mereka, vang berbeda dengan di negeri asing. Bahkan bila ada dua orang lelaki di negeri rantau atau di negeri asing, sementara di antara kedunya ada kesamaan dalam sorban, pakaian, rambut, ataupun  tunnggangan dan lain-lain, di antara keduanya pasti tercipta keakraban yang lebih dibandingkan dengan para perantau lainnya. Demikian juga kita dapati para pengrajin berbagai industri keduniaan. Mereka lebih akrab satu sama lainnya dibandingkan dengan teman lain profesi. Bahkan keakraban itu masih bisa terjadi meskipun di antara mereka terdapat permusuhan dan peperangan, atas dasar agama ataupun kekuasaan. Demikian juga halnya dengan para raja, pemimpin dan sejenisnya. Meskipun mereka tinggal di negeri-negeri dan kerajaan yang saling berjauhan, namun di antara mereka tetap terdapat kesesuaian yang menimbulkan sikap saling meniru dan saling menjaga satu sama lainnva. Demikianlah, semua itu terjadi dari dasar tabiat dan kecenderungan-kecenderungan. Kecuali bila hal itu dihalangi oleh ikatan agama atau tujuan tertentu lainnya.

Apabila meniru-niru dalam urusan dunia saja dapat menimbulkan kecintaan dan rasa simpati, terlebih lagi meniru-niru dalam urusan agama. Sesungguhnya dorongan untuk saling menunjukkan loyalitas dan bersimpati lebih besar dan lebih kuat. Padahal kecintaan dan loyalitas terhadap orang kafir sangat bertentangan dengan keimanan, sebagaimana difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (51) فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ (52) وَيَقُولُ الَّذِينَ آمَنُوا أَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ أَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ إِنَّهُمْ لَمَعَكُمْ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَأَصْبَحُوا خَاسِرِينَ (53)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (kalian); sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Barang siapa di anta­ra kalian mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Maka kami akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani) seraya berkata, "Kami takut akan mendapat bencana, " Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan, "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?” Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.” (Al -Maaidah: 51 - 53)

Demikian juga difirmankan Allah sehubungan dengan celaan-Nya terhadap ahli kitab:

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (78) كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (79) تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ (80) وَلَوْ كَانُوا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (81)

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada nabi dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrik itu menjadi penolong-penolong, tapi keba­nyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Al-Maidah : 78 - 81)

Allah –subhanahu wa ta’ala- menjelaskan bahwa iman kepada-Nva, kepada Nabi-Nya dan kepada apa yang diturunkan kepada rasul-Nya mengharuskan seorang mukmin untuk tidak bersikap loyal kepada ahli kitab. Dengan demikian, loyalitas kepada mereka menyebabkan hilangnva keimanan. Karena ada sebab pasti ada akibat, demikian pula sebaliknya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (22)

Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.”  (Al-Mujaadalah : 22)

Allah memberitahukan dalam ayat tersebut bahwa tidak ada seorang mukmin pun yang mencintai orang kafir. Seseorang yang mencintai orang kafir berarti bukan mukmin. Meniru bentuk lahiriyah adalah sarana yang dapat menimbulkan kecintaan. Sehingga hukumnya haram. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam masalah yang sejenis dengan itu sebelumnya.

Perlu diketahui, bahwa sisi kerusakan dalam menyerupai mereka amat banyak sekali. Kita cukupkan saja apa yang telah di singgung tadi.

Wallahu A'lam.


Source:
JuduI Asli:
IQTIDHA' SHIRATHIL MUSTAQIM
MUKHALAFATA ASHHABIL JAHIM

Penulis : Syaikhul Islam lbnu Taimiyyah
Di Tahqiq oleh: Khalid bin Abdul Lathif As-Sab'ul Alamiy
Edisi Indonesia;
JALAN ISLAM VERSUS JALAN SETAN
Penerjemah : ABU FUDHAIL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...