GARIS BESAR HURU-HARA
YANG AKAN TERJADI
MENJELANG KIAMAT
Kebaikan dan Keburukan Silih
Berganti
38. Al-Bukhari meriwayatkan, bahwa
perawi hadits ini mendengar Hudzaifah bin Yaman berkata, orang-orang bertanya
kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang kebaikan, sedangkan aku
bertanya kepada beliau tentang keburukan. karena aku khawatir mengalaminya.
Aku berkata, “Ya Rasul Allah,
sesunggunya kami dahulu telah mengalami zaman Jahiliyah dan keburukan, lalu
Allah mendatangkan kepada kami kebaikan ini. Apakah setelah kebaikan ini ada
keburukan?”
Rasul menjawab, “Ya.”
Aku bertanya, “Dan apakah setelah
keburukan itu ada lagi kebaikan?”
Rasul menjawab, “Ya, dan ada
keburukannya.”
Aku bertanya, “Apa keburukannya?”
.
Beliau menjawab, “Suatu kaum yang
memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Di antara merekà ada yang dikenal,
dan ada pula yang tidak.”
Aku bertanya, “Apakah setelah kebaikan
itu masih ada lagi keburukan?”
Rasul menjawab, “Ya, yaitu para
penyeru yang ada di di pintu-pintu Jahanam. Barangsìapa memenuhi seruan mereka
menuju ke neraka itu, maka mereka melemparkanya masuk ke dalamnya.”
Aku berkata, “Ya Rasul Allah.
terangkan mereka kepada kami!”
Rasul menerangkan, “Mereka
mempunyai kulit seperti kita, dan berbicara dengan bahasa kita.”
Aku bertanya, “Apa yang anda
perintahkan kepadaku, andaikan aku mengalami masa itu?”
Beliau menjawab, “Bergabunglah
kamu dengan jamaah kaum muslimin dan pemimpin mereka.”
Aku bertanya, “Jika mereka tidak
mempunyai pemimpin ataupun jamaah?”
Jawab Rasul, “Tinggalkan semua
golongan, walaupun kamu harus menggigit pangkal pohon, sehingga maut datang
menjemputmu, sedang kamu tetap seperti itu.”
Islam Kembali Menjadi Asing
Seperti Ketika Baru Muncul
39. Diriwayatkan dalam sebuah hadits
shahib dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam,
إِنَّ الْإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيْبًا
وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لَلْغُرَبَاءِ قِيْلَ وَمَنِ
الْإغُرَبَاءِ قَالَ النَّزَائِحُ مِنَ الْقَبَائِلَ
“Sesungguhnya Islam bermula
merupakan sesuatu yang asing, dan akan kembali menjadi asing seperti semula.
Maka berbahagialah orang-orang yang asing.”
Rasul ditanya, ‘Siapakah orang-orang yang asing itu ? “Beliau
menjawab,
"Kabilah-kabilah yang jauh (terasing)”.
PERPECAHAN UMAT
40. Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Sabda Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam,
تَفَرَّقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى
إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتْ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثَ وَ
سَبْعِيْنَ فِرْقَةً
“Kaum Yahudi terpecah menjadi
tujuh puluh Shallallahu
Alaihi wa Sallam golongan,
umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.”
Huru-hara Penyebab Perpecahan
Umat
Yang Selamat Hanyalah Orang Yang
Bergabung
dengan Jamaah
41. Ibnu Majah meriwayatkan pula dari ‘Auf bin Malik, sabda Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam,
افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فَي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فَي النَّارِ
وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَإِحْدَى
وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَ وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ
بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتْي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ
فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ قِيْلَ يَا رَسُولَ اللهِ
مَنْ هُمْ قَالَ الْجَمَاعَةُ
“Kaum Yahudi telah terpecah
menjadi tujuh puluh satu golongan. Satu golongan di antaranya masuk surga, dan
tujuh puluh Iainnya masuk neraka. Kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh
puluh dua golongan. Tujuh puluh satu diantaranya masuk neraka, dan hanya satu
golongan yang masuk surga. Demi Allah Yang Menggenggam jiwaku, sesungguhnya umatku
benar-benar akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Satu golongan di
antaranya masuk surga, dan tujuh puluh dua lainnya masuk neraka. Seseorang
bertanya, ‘Ya Rasul Allah, siapakah yang masuk sùrga itu, menurut anda?’ Beliau
menjawab, “Jamaah”.
Hadits
ini hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah sendiri dengan sanad la ba’sa bih.
Boleh Menyingkir dan Masyarakat
Ketika Menghebatnya Huru-hara dan
Merajalelanya Hawa Nafsu
Sebagaimana
disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat
Hudzaifah Radhiyallahu Anhu tersebut di atas, dimana dia bertanya kepada, “Kalau
mereka tidak memiliki pemimpin ataupun jamaah?”.
42. Maka jawab beliau, “Maka
tinggalkan semua golongan itu, sekalipun kamu harus menggigit pangkal pohon,
sehingga maut datang menjemputmu, sedang kamu tetap seperti itu.”
43. Juga sebagaimana dinyatakan
dalam hadits shahih yang lalu, “Islam bermula merupakan sesuatu yang asing, dan
akan kembali menjadi asing seperti semula. “
44. Dan diriwayatkan pula dalam
sebuah hadits:
لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ عَلَى أَحَدٍ
يَقُوْلُ "اللهُ اللهُ"
“Kiamat takkan dialami seseorang yang tetap
mengucapkan, Allah, Allah” .
Maksudnya,
jika huru-hara merajalela, maka waktu itu boleh menyìngkir dari masyarakat.
45. Demikian pula disebutkan dalam
sebuah hadits,
إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا
وَهَوَى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ
فَعَلَيْكَ يَعْنِي بِنَفْسِكَ وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَامَّ
“Apabila kamu melihat kikir telah dipatuhi,
hawa nafsu telah dipeturutkan, dan setiap orang yang berpendapat mengagumi pendapatnya
sendiri, maka berpeganglah kamu pada pendirianmu, jangan pedulikan penilaian
masyarakat umum. “
46. Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari
meriwayatkan dari Abi Sa’id sabda Rasulullah ShallallahuAlaihi wa Sallam,
يُوشِكُ أَنْ يَكُونَ مَالِ
الْمُسْلِمِ غَنَمٌ يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الْجِبَالِ وَمَوَاقِعَ الْقَطْرِ يَفِرُّ
بِدِيْنِهِ مِنَ الْفِتَنِ
“Takkan lama lagi waktunya, dimana
sebaik-baik harta seorang muslim adalah kambing yang digiring sampai ke
puncak-puncak gunung, dan tempat-tempat terpencil untuk menyelamatkan agamanya
dan huru-hara.”
Di waktu itu, yakni
merajalelanya huru-hara. Diperbolehkan meminta mati. Padahal mati itu sendiri
sebenarnya tidak boleh diminta tanpa alasan seperti itu, sebagaimana dinyatakan
dalam hadits shahih yang lain.
Larangan Menginginkan Mati
47. Menurut riwayat Ahmad dari Abu
Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda,
لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ
وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدَكُمُ
انْقَطَعَ عَمَلُهُ وَإِنَّهُ لَا يَزِيدُ الْمَؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا
“Janganlah sekali-kali seorang
dari kamu sekalian menginginkan mati. Hendaknya dia jangan berdoa meminta mati
sebelum datang waktunya. Dan sesungguhnya apabila orang itu telah mati, maka terputus
amalnya. Padahal umur seorang mukmin itu sesungguhnya justru akan menambah
kebaikan kepadanya.“
[HR. Ahmad dalam Musnadnya,
2/263-359, 3/1 00-104, dan 5/109-115.]
Dicabutnya Ilmu dengan Meninggalnya
Para Ulama
48. Diriwayatkan dalam sebuab
hadits shahih riwayat Abdullah bin Amr, sabda Rasulullah ShallallahuAlaihi wa
Sallam,
إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ
انْتِزَاعًا يَنْزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ
الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّحَذَ النَّاسُ رُءُوسًا
جُهَّلًا فَسُئِلُوا فَأْفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah takkan
mencabut ilmu dan umat manusia begjtu saja, tetapi Dia mencabutnya dengan matinya
para ulama, sehingga manakala benar-benar sudah tidak ada lagi seorangpun yang
berilmu, maka manusia mengangkat para pemimpin yang bodoh. Para pemimpin itu
ditanya, mereka memberi fatwa tanpa ilmu. Dengan demikian mereka sesat dan
menyesatkan.”
Akan Tetap Ada Sekelompok Orang
Yang Berpegang Pada Kebenaran Sampai Datangnya Kiamat
49. Dalam hadits yang lain
dinyatakan,
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي
ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ
أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلَكَ
“‘Akan tetap ada segolongan dari
umatku yang menyatakan kebenaran. Mereka tidak peduli dengan siapa pun yang menghinakan
mereka dan siapa pun yang menentang mereka, sehingga datangnya perintah Allah
(Kiamat), sedang mereka tetap seperti itu.”
Sedang menurut ShahihAl-Bukhari
وَهُمْ عَلَآ ذَلَكُ
“Sedang mereka tetap dalam
keadaan seperti itu.”
50. Sementara itu dalam sebuah
hadits lain yang dìriwayatkan oleb Ibnu Majah dari Anas bin Malik Radhiyallahu
Anhu dia berkata, “Maukah kamu sekalian, aku ceritakan kepadamu sebuab hadits
yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yang takkan
ada seorang pun yang menceritakannya kepadamu sepeninggalku?”
“Aku mendengar dari beliau,
إَنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ
يُرْفَعَ الْعِلْمَ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَفْشُوَ الزَّنَا وَيُسْرَبَ
الْخَمْرُ وَيَذْهَبَ الرِّجَالُ وَتَبْقَى النِّسَاءُ حَتَّى يَكُوْنَ
لِخَمْسِيْنَ امْرَأَةً قَيِّمٌ وَاحِدٌ
“Sesungguhnya di antara
tanda-tanda Hari Kiamat ialah: dicabutnya ilmu, merajalelanya kebodohan,
tersebarnya perzinaan, diminunya khamer, hilangnya kaum laki-laki, dan
bertambahnya kaum wanita, sehingga ada seorang telaki menanggung lima puluh wanita.”
Hadits ini telah dîriwayatkan Al-Bukhari
dan Muslim dalam kitab Shahih masing-masìng, berasal dari Ghandar dengan Iafazh
yang sama.
Dicabutnya Ilmu dan Umat Manusia
Pada Akhir Zaman
51.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Abdullah, sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa SaIlam,
يَكُوْنُ بَيْنَ يَدَيِّ السَّاعَةِ أَّيَّامًا يُرْفَعُ فِيْهَا الْعِلْمُ وَيَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ وَيَكْثُرُ فِيْهَا الْهَرْجُ وَالْهَرْجُ الْقَتْلَ
“Menjelang Kiamat akan ada
beberapa hari, di mana ilmu dicabut, lalu
diturunkanlah kebodohan, dan terjadi banyak kerusuhan. Adapun kerusuhan ialah
pembunuhan.”
Demikian pula yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Al-A’masy dengan lafazh yang sama.
Ini semua menunjukkan, bahwa
suatu ketika nanti ilmu akan dicabut dari umat manusia di akhir zaman, sehingga
Al-Qur’an pun akan lenyap dari mushaf-mushaf dan dari dalam hati manusia.
Akhirnya manusia tidak memiliki ilmu, yang ada hanyalah kakek-kakek dan nenek-nenek
yang sudah lanjut usia. Mereka mengeluh dan
menyatakan bahwa mereka hanya bisa mengucapkan, “La ilaha illalIah”. Padahal
mereka mengucapkannya hanya sekedar ingin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Namun demikian ucapan itu berguna
bagi mereka, sekalipun mereka tidak pernah melakukan amal saleh dan tidak
memiliki ilmu yang bermanfaat, selain ucapan itu saja.
Kalau ada pendapat yang
mengatakan, bahwa ucapan mereka itu dapat menyelamatkan mereka dan neraka, boleh
jadi maksudnya adalah, bahwa kalimat tauhid itu mencegah mereka dari masuk
neraka sama sekali. Karena kewajiban mereka hanya sekedar mengucapkan kata-kata
itu, sebab mereka tidak lagi dibebani melakukan amalan-amalan yang seruannya tak
pernah sampai kepada mereka. Dan Allah Ta’ala jualah yang lebih tahu.
Tetapi mungkin juga yang dimaksud
adalah, bahwa kalimat tauhid itu menyelamatkan mereka dari neraka setelah
terlebih dahulu memasukinya. Dan dengan pengertian ini, boleh jadi mereka
itulah yang dimaksud firman Allah Ta ‘ala dalam sebuah hadits Qudsi,
52.
وَعَزَّتِي وَجَلَالِي
لَأُخْرِجَنَّ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ يْوْمًا مِنَ الدَّهْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ
“Demi kemuliaan-Ku dan
keagungan-Ku, sesungguhnya Aku benar-benar akan mengeluarkan dari neraka siapa
pun yang pada suatu hari selama hidupnya pernah mengucapkan “La ilaha illallah.”
Yakni. sebagaimana yang akan
diterangkan nanti pada Bab Syafaat. Dan mungkin juga yang dimaksud adalah kaum
yang lain. Wallahu A’lam.
Adapun yang dimaksud di sini
ialah bahwa ilmu akan dicabut di akhir zaman dan akan terjadi banyak kebodohan.
Selain itu, terkandung pula dalam hadits ini pemberitahuan tentang bakal
diturunkannya kebodohan. Yakni bahwa orang-orang yang hidup di zaman itu akan diilhami
kebodohan, yang berarti ketidakpedulian Allah tehadap mereka. Na’udzu billahi
min dzalik. Kemudian mereka akan tetap seperti itu, bahkan semakin bodoh dan
sesat, sampai dengan berakhirnya kehidupan dunia, sebagaimana yang dinyatakan
dalam sébuah hadits, dimana Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang selalu
berkata benar dan dipercaya perkataannya itu mengabarkan,
53.
لَاتَقُوْمَ
السَّاعَةُ عَلَى أَحَدٍ يَقُوْلُ اللهُ اللهُ وَلَا تَقُومُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ
النَّاسِ
"Tidak akan terjadi Kiamat
pada seorang pun yang mengucapkan, “Allah, AIIah,” dan tidak akan terjadi
Kiamat kecuali atas manusia-manusia yang jahat."
***************
source:
HURU-HARA HARI KIAMAT
Oleh : Ibnu Katsir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar