Kami
Beriman Kepada Allah,
Rabb (Tuhan)-Nya
Ashabul Baghuz (Penduduk Baghuz)
Telah beriman satu umat dari umat-umat (terdahulu) karena suatu kejadian yang disaksikan, yaitu Ghulam yang Allah Ta'ala teguhkan dalam posisi yang mematikan, maka ia pun terbunuh dalam keadaan bersabar diatas keimanannya, yakin bahwasanya ia kembali menuju Rabb yang Maha Mulia, maka berkatalah segolongan manusia dari umat tersebut: "Aamanna bi Rabbil Ghulam" kami beriman kepada Rabb (Tuhan)nya Ghulam, kami beriman kepada Rabb (Tuhan)nya Ghulam, kami beriman kepada Rabb (Tuhan)nya Ghulam." (Diriwayatkan oleh Muslim)
Maka tatkala thaghut memposisikan ummat yang beriman tersebut pada posisi Ghulam, dan memberikan pilihan pada mereka antara ruju' (kembali) dari Diin (agama) mereka atau dibakar dengan api diparit (ukhdud). Keimanan mereka tidaklah lebih lemah dari imam mereka (Ghulam), dan tidak sedikit pula kesabaran dan keteguhan (mereka) atas Diin Allah Ta'ala. Sampai-sampai bayi berbicara ditengah mereka, memperingatkan ibu nya agar tidak ragu-ragu dari mengutamakan siksaan dunia dari pada siksaan akhirat: "Sabarlah wahai ibu sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran (al-haq)" (Diriwayatkan oleh Muslim)
Sebagaimana Allah Ta'ala menjadikan kesabaran Ghulam atas ketetapan Allah Subhanah, menjadi sebab teguhnya suatu umat dari kalangan mukminin setelahnya, maka sungguh Allah Jalla Jalaalu telah menjadikan kesabaran Ashabul Ukhdud sebagai sebab teguhnya kaum muslimin sampai hari kiamat. Meskipun Allah yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah, telah memberikan keringanan bagi umat yang berbarakah ini, maka Allah angkat dosa yang orang dipaksa untuk melakukannya, akan tetapi pahala sangat besar yang diperoleh Ashabul Ukhdud, yang mana Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang salih bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar".(QS. Al-Buruj : 11) mendorong orang-orang yang sempurna iman, untuk mencarinya, dengan tetap teguh diatas tauhid mereka, dan sabar terhadap gangguan atau disakiti di dalamnya, meskipun apa saja yang mereka hadapi dalam jalan tersebut.
Begitulah Rabb kita yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, memerintahkan Nabi-Nya yang mulia, agar mentauladani para pendahulunya yang bersabar, yang mana Allah telah menjelaskan keteguhan mereka diatas al-haq (kebenaran), dan kesabaran mereka padanya, meski apa saja yang menimpa mereka lewat tangan-tangan musyrikin. Sebagaimana dalam firman Allah Subhanah: "Maka bersabarlah kamu sebagaimana para Rasul bertekad kuat -Ulul 'Azmi- bersabar (QS. Al-Ahqaf : 35)
Dan senantiasa ahlul bala' dari kaum muslimin -sepanjang zaman- mendapati pelipur lara dalam berbagai kisah dan kabar orang-orang sabar dari para Nabi dan pengikut mereka yang terdahulu. Diantara kebijaksanaan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah, memperlihatkan pada kita, dalam setiap zaman, dari kalangan Ahlul Islam, sebuah contoh khas dalam kesabaran dan tsabat (keteguhan), yang akan menjadi hujjah bagi orang-orang yang terkalahkan dari putra-putra generasi mereka, yang menyangka bahwa kisah-kisah hidayah (petunjuk) adalah hikayat yang diriwayatkan dan para pelakunya tidak perlu ditauladani. Tidak ada lagi ibroh (pelajaran) bagi generasi setelah mereka dari kalangan kaum mukminin.
Sungguh Allah Ta'ala telah memperlihatkan pada kita di zaman ini, sebagian dari berbagai kisah keteguhan saudara kita dari Junud Daulah Islamiyyah, yang tidak bisa digambarkan oleh pena-pena, serta tidak bisa diungkapkan oleh akal secara keseluruhannya. Semoga Allah yang Maha Mulia membalas (kebaikan) mereka terhadap umat Islam dengan balasan terbaik. Sungguh mereka telah memperlihatkan pada umat Islam, sesuatu yang mereka cintai, dan menampakkan pada kuffar, sesuatu yang mereka benci.
Ashabul Baghuz (Penduduk Baghuz)
tidak lain adalah buah yang baik dari pohon yang baik Bi'idznillah Ta'ala. Para
pahlawan mulia itu tidak lain seperti para saudara mereka di Fallujah, Ramadi,
Mosul, Damaskus, Sirte, Marawi dan yang lainnya dari kota-kota Daulah
Islamiyyah, yang mana mereka memerangi orang-orang musyrik sampai mereka
meminta maaf pada Rabb mereka dengan menghabiskan seluruh tenaga dan
mengerahkan semua kemampuannya, mulai dari keringat sampai darah. Maka diantara
mereka ada yang sudah memenuhi janjinya, dan diantara mereka ada yang masih
menunggu, dan mereka sekali-kali tidak akan mengganti dengan yang lainnya. Kami
menganggap mereka demikian, sedangkan Allah Ta'ala yang memperhitungkan mereka,
dan kami tidak mensucikan seorangpun kepada Allah.
Bahwasanya sungguh ujian di Baghuz terhadap Ahlul Islam, telah menampakkan kembali kilapan permata Ahlul Tauhid dari kalangan lelaki, wanita, dan anak-anak, dengan kuatnya keteguhan mereka, serta dalamnya keyakinan dalam jiwa-jiwa mereka, dengan janji Allah Ta'ala bagi siapa saja diantara mereka yang bersabar, (yaitu) kemenangan di dunia dan di akhirat, kami menganggap mereka itu demikian. Sesungguhnya penyakit hati orang-orang yang takut pada manusia, sebagaimana takutnya mereka pada Allah Ta'ala, atau (bahkan) melebihi takutnya (kepada Allah), tidaklah akan menambah bagi mereka kecuali penyakit belaka. Maka keluarlah mereka, untuk menakut-nakuti para sekutu mereka, dengan akhir para Ashabul Baghuz, sebagaimana dahulu mereka membuat takut orang-orang, dengan akhir dari penduduk Raqqah dan Mosul. Beginilah kondisi manusia, setiap mendengar ayat-ayat Qur'aniyah yang diturunkan Allah Ta'ala atas mereka, atau ayat kauniyah yang Allah perlihatkan pada mereka.
"Maka adapun orang-orang yang
beriman, maka hal tersebut semakin menambah keimanan mereka, sedangkan mereka
merasa senang. Adapun orang-orang yang didalam hati mereka terdapat penyakit,
maka hanya menambah keraguan mereka, disamping keraguannya (yang telah
ada)"
(QS. At-Taubah :124-125)
Sungguh para saudara kita telah bersyukur tatkala Rabb mereka telah memberikan kemenangan dan tamkin, agar mereka bisa menegakkan Diin-Nya, menerapkan Syari'at-Nya, serta memerangi musuh-Nya dengan jihad yang sebenar-benarnya. Sebagaimana mereka juga telah bersabar tatkala Allah menguji mereka berupa di invasi musuh dan ditelantarkan teman. Mereka terus menggigit Diin dengan gigi geraham mereka, bersabar atas apa yang menimpa mereka disisi Allah Ta'ala, dan tidak menyerah dalam (memegang) Diin mereka. Kami menyangka mereka demikian, dan kami tidak mensucikan seorangpun dihadapan Allah.
Diatas jalan mereka, dengan izin Allah Ta'ala, akan berjalan umat-umat dari kalangan Muwahhidin setelah mereka, setiap kali suatu thaghut menyeru mereka untuk memujanya, niscaya mereka akan menjawabnya sebagaimana jawaban para pendahulu mereka dari pengikut Ghulam (Pemuda) Shalih: Kami beriman kepada Allah, Rabbnya Ashabul Baghuz, Kami beriman kepada Allah, Rabbnya Ashabul Baghuz.
Bulletin Pekanan an-Naba' - Seri 175 Kamis 21 Rajab 1440 H
Diterjemahkan oleh: MEDIA DAKWAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar